Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh
Mungkin ini kesempatan Keineer untuk menyicipi bibir mungil pelayannya. Sebagai seorang pria yang sudah berpengalaman Keineer menubrukan bibirnya dengan sangat lembut, giginya menggigit sampai mulut lawan mainnya terbuka dan dengan leluasa dia bisa menerobos masuk.
"Gerakan lidahmu!" geram Keineer.
Eve yang tidak mengerti hanya membalas seadanya tapi siapa sangka ternyata gerakan kecil Eve bisa membuat akal Keineer menghilang. Ciuman lembut yang berubah menjadi menuntut. Dia melupakan Eve yang masih belum terbiasa, gadis itu sudah kesusahan bernafas tapi Keineer masih belum mau melepaskannya.
... ---...
Keineer mengguyur tubuhnya di bawah shower, dia sedang mencoba untuk menurunkan suhu tubuhnya yang terasa begitu panas akibat menyentuh Eve.
Dia sudah kedinginan tapi tidak dengan pedang tumpulnya yang masih berdiri tegak, kedua matanya tertutup dengan bayangan Eve yang menari-nari di dalam kepalanya. Bajunya yang basah dan bibirnya yang terasa begitu manis.
"Siaal!"
Keineer menyudahi aktifitasnya, melingkarkan handuk di pinggang dan melenggang masuk ke dalam kamar. Bukannya langsung berpakaian, Keineer malah membuka pintu balkon. Pandangannya lurus menatap sebuah kamar di rumah khusus dengan lampu yang masih menyala. Dia yakin itu kamar Eve.
"Ini benar-benar gila!" Keineer sendiri tidak menyangka dia akan melakukan hal seperti ini. Dia bahkan bisa melupakan sang istri yang begitu ia cintai jika bersama Eve.
"Wajar bukan? Clara terlalu melupakan aku."
Selama beberapa hari Eve keluar masuk ruang kerja Keineer untuk menemui pria itu dengan alasan mengantar makanan. Keineer juga semakin lancang, bahkan pria itu sudah berani meraba-raba tubuhnya.
Eve berharap semoga sang Nyonya segera kembali supaya Keineer tidak bisa seenaknya. Sudah lebih dari satu minggu tapi belum ada kabar jika Clara akan pulang.
Hari ini Eve keluar dari dalam kamar dengan mata yang sembab, semalaman dia menangis karena merasa lemah. Keineer memperlakukannya dengan kurang ajar sementara dirinya tidak bisa apa-apa.
"Kau habis menangis, nak?" tanya Madam Ling.
Eve berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya, "Aku hanya merindukan ibu, Madam."
Madam Ling tersenyum lembut, dia sudah menganggap Eve seperti anaknya sendiri, "Bertahanlah! Bukankah kau pergi ke kota untuk ibu?"
"Aku akan berusaha, Madam."
"Jangan sedih lagi. Sekarang bantu aku untuk mengurus tanaman di rumah kaca, kau mau?"
"Tentu saja Madam."
Dengan begini Eve bisa sedikit melupakan masalahnya dia terlihat mengekori Madam Ling, tapi tiba-tiba langkah mereka berhenti saat sang tuan rumah menghadangnya. Siapa lagi kalau bukan Keineer.
"Kau! Ikut denganku!" tunjuk Keineer pada Eve yang sedang menunduk.
Baru saja Eve bisa bernafas dengan lega tapi Keineer malah muncul di hadapannya.
"Apa Eve melakukan kesalahan, Tuan?" tanya Madam Ling khawatir.
"Aku tidak suka menunggu!" Keineer mengabaikan pertanyaan kepala pelayannya.
Eve menatap Madam Ling untuk meminta pertolongan tapi wanita paru baya itu tidak berdaya, "Semuanya akan baik-baik saja." ucap Madam Ling meyakinkan. Padahal dia sendiri juga tidak yakin.
Eve menutup kedua matanya, entah perlakuan apa lagi yang akan dia terima kali ini.
Dan benar saja Keineer membawanya ke ruangan yang sama, ruang kerja. Sebelum masuk Eve mencoba untuk menguatkan diri.
"Kenapa kau tetap berdiri disana?" suara Keineer terdengar ketus. Berhari-hari bersama ternyata tak membuat rasa takut Eve berkurang padanya.
Keineer sudah menepuk pahanya dengan ragu Eve mendaratkan bokongnya tepat diatas pangkuan pria itu. Sejenak Keineer terdiam saat hidungnya menghirup aroma citrus yang terasa begitu memabukan.
"Clara akan pulang besok." ucap Keineer.
Kedua mata Eve berbinar saat mendengar kabar yang menurutnya membahagiakan.
"Apa yang kau pikirkan? Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu?"
"Ma-maksud Tuan?"
"Sekarang disini saat ini juga aku memecatmu sebagai pelayan, jadi bereskan pakaianmu karena satu jam lagi akan ada anak buahku yang datang menjemputmu."
"A-anda memecat saya?"
"Ya! Dan sebagai hadiah pertama untuk kekasihku aku memberimu satu unit apartemen. Mulai sekarang kau akan tinggal disana."
"Aku akan semakin leluasa untuk menemuimu." ucapnya tanpa beban.
Eve menggeleng lemah, "Tuan, ini salah." lirihnya.
kok tamat sihh ??
harap Carol membantu Eve mengumpul harta untuk masa depannya,jika Eve di buang, dia tidak terlunta lantung, kerana Kiener yang merusakkan masa depan Eve
gak niat banget nulis cerita, kalau emng punya kesibukan mending kasih catatan bilangya Hiatus dulu..jangan asal selesai aja padahal ceritanya gak selesai🙄