Terima kasih narin, kamu sudah menepati janjimu" Ucap sari didalam hati.
Sari seorang gadis desa yang memiliki kelebihan dapat melihat sosok tak kasat mata mendapatkan beasiswa untuk bersekolah dikota. Hari-harinya selalu kesepian namun kesepian itu menjadi sirna setelah narin datang ke hidupannya. sari berteman baik dengan sosok tak kasat mata itu. Namun sayang mereka harus berpisah karna sesuatu
walaupun begitu tetap narin ingat dan menepati janjinya kepada sari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gitafiq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUJAN
Keesokan harinya, langit sangat terlihat cerah. Begitu pula dengan sari, terlihat wajahnya juga begitu cerah karena mendapatkan kabar sahabatnya ratna akan pulang dari rumah sakit.
Sari yang sudah siap untuk berangkat sekolah, kini masih menunggu ratih bersiap karena mereka setiap harinya berangkat ke sekolah bersama-sama.
Sambil menunggu ratih, dina mengajak sari untuk ke kamar sebelah untuk melihat keadaan santi.
Sari pun mengiyakan dan mereka berjalan bersama menuju kamar santi.
Dina pun mengetuk pintu kamar santi dan dibukakan oleh mira.
Disitu keadaan santi sudah mulai membaik tetapi kini santi sedikit demam namun mereka tidak terlalu panik karena mungkin demam santi hanya kelelahan setelah kesurupan tadi malam.
Untung saja santi memiliki teman sekamar yaitu mira dan eka yang sangat baik sampai rela tidak bersekolah karena khawatir takut meninggalkan santi sendirian di asrama.
Tak lama ratih pun datang, maka dina dan sari berpamitan karena akan bersekolah.
Disekolah sama seperti hari biasanya sampai akhirnya jam pulang pun tiba. Sama seperti tadi pagi saat berangkat sekolah, pulang sekolah pun sari, dina dan ratih juga pulang sekolah bersamaan.
Setiba di asrama saat menuju ke kamar langkah mereka terhenti dikamar santi karena ada yang memanggil mereka yaitu ratna yang ternyata sudah pulang dan tengah menjenguk santi.
Mereka melihat ratna ada disitu juga ikut masuk ke kamar sambil melihat keadaan santi lagi.
Terlihat disitu santi masih tampak terbaring lemah karena demam. "kalian udah kasih obat ke santi? Tanya ratih kepada mira dan eka.
"sudah kok tadi kami kasih obat penurun demam, kami juga terus kompres badan santi tapi panas badannya juga nggak turun-turun" jawab eka,
"iya sudah biarkan santi istirahat, kita lihat keadaan santi sampai malam, kalau tidak ada perubahan kita panggil pak deden lagi agar santi dibawa ke klinik" ucap dina sambil menenangkan.
kemudian sari, ratna, dina dan ratih kembali ke kamar mereka membiarkan santi beristirahat dengan tenang di kamarnya.
Seperti biasa saat pulang sekolah biasanya dina dan ratih hanya beristirahat sebentar di kamar lalu lanjut untuk berlatih anggar di gedung olahraga tak jauh dari asrama.
"ayo sari ratna mau lihat kami latihan nggak" ajak ratih. Mendengar ajakan ratih, sari dan ratna bersemangat dan tersenyum lebar mengiyakan karena mereka sudah lama tidak jalan-jalan bersama.
Setiba mereka di gedung latihan anggar, sari dan ratna dibuat kagum melihat dina dan ratih berlatih sangat lihai dan jago.
Ditengah asik melihat dina dan ratih berlatih, perhatian sari tertuju pada ada seorang laki-laki bertubuh tinggi sekitar 180cm berwajah tampan seperti bule, orang tersebut menatap lurus kaku tanpa berkedip sedikit pun.
Melihat itu sari tidak mau mengambil pusing, sari beranggapan kalau itu hanya sosok di gedung ini yang sedang iseng.
Tak lama waktu menunjukkan jam 5 sore, dina dan ratih sudah selesai latihan dan saatnya mereka pulang.
"nanti kita mampir ke warung makan sebrang asrama ya! Aku mau traktir kalian kebetulan orang tua ku ada kasih uang lebih" kata ratna.
Mendengar ucapan ratna dina dan ratih pun kegirangan "alhamdulillah pas pula habis pulang latihan perut lapar" jawab dina. Sontak sari, ratna dan ratih tertawa mendengar ucapan dina.
sari, ratna, dina dan ratih sekarang tengah menyantap makanan yang mereka pesan. Sambil asik makan hujan rintik pun mulai turun.
Sambil mengobrol pandangan sari terarah didepan warung makan ada sosok laki-laki yang ada di gedung latihan tadi mengikuti mereka dan tengah berdiri didepan warung.
Entah apa maksud dari sosok tersebut mengikuti mereka. Yang terpenting sosok tersebut tidak mengganggu sari dan teman-temannya.
mereka pun sudah selesai makan dan hujan tak kunjung berhenti. Karena jarak warung makan dengan asrama hanya berseberangan.
Mereka pun menerobos pulang ditengah derasnya hujan.
Saat memasuki asrama suasana asrama sangat hening, mereka berempat pun segera menuju ke kamar mereka dengan keadaan setengah basah.
Betapa terkejutnya mereka ternyata anak-anak asrama dan pak deden kini sedang berada di dalam kamar santi dengan penuh kesedihan.
Bagaimana tidak, santi yang semenjak kejadian kesurupan kemarin tidak kunjung pulih sekarang menjadi sakit parah karena selalu merasakan sakit kepala yang sangat hebat.
Bahkan betapa sakit kepalanya ia sampai membenturkan kepalanya ke dinding kamar sampai kepalanya berdarah.
Entah kenapa pikiran sari saat melihat kondisi santi terlintas dipikiran sari kalau ini ulah dari orang yang tidak suka kepada santi.
Melihat kondisi santi yang kian buruk pak deden pun berinisiatif menelpon ambulan untuk membawa santi segera ke rumah sakit.
Tak lama ambulan pun datang menjemput santi, santi yang sudah masuk ke dalam ambulan ditemani dengan pak deden masih sempat tersenyum kepada anak asrama.
Sambil melambaikan tangan dengan suara yang sendu "doakan aku ya!! Biar aku cepat sembuh" ucap santi yang tengah terbaring lemah.
Mereka yang melihat santi hanya bisa menganggukkan kepala sambil dengan mata yang berkaca-kaca mengantarkan santi dengan ambulan yang terus melaju meninggalkan asrama diiringi hujan yang masih deras.
Tapi ditengah hujan yang deras sari masih melihat laki-laki yang depan warung tadi masih berdiri didepan asrama namun saat ambulan yang tengah mengantarkan sari lewat sosok laki-laki tersebut menghilang seolah ikut masuk kedalam ambulan tersebut.
Hanya sari yang bisa melihat kejadian itu. Sari sangat terkejut hanya bisa berdoa memohon perlindungan untuk santi dan sambil terus menunggu kabar tentang santi.