The Most Beautiful Revenge

Beberapa hari Serena tak ingin makan, hingga sebuah kabar dari Penyihir menemukan sebuah goa tempat pengorbanan. Ada begitu banyak mayat perempuan di dalamnya.

"Aku akan memeriksanya langsung." Ucap Arga yang tak ingin hanya diam dan menunggu kabar.

"Baik, kita gunakan teleportasi saja." Ucap salah seorang Penyihir, hingga merekapun sampai di depan sebuah goa di mana aroma amis tercium begitu menusuk.

Ada aroma busuk pula yang mendominasi hingga mereka masuk kian ke dalam, ada banyak mayat wanita tanpa busana. Kepalanya terpisah dari badan dengan tanda aneh di setiap kening mereka.

"Ini adalah ukiran sihir pembangkitan, di mana seorang Penyihir hitam para penyembah Raja Iblis biasanya melakukan ini untuk melakukan pembangkitan." Tutur seorang Penyihir senior yang faham mengenai sihir hitam.

"Tak ada tanda kehidupan di sini, orang-orang itu telah pergi. Tapi coba anda lihat ini!" Penyihir lainnya memperlihatkan sebuah kain yang membalut tubuh Cloaus sebelumnya.

"Ada lambang kerajaan dan juga tak ada tanda penghakiman. Setelah kain ini terlepas, dapat di pastikan bila yang mulia Pangeran masih hidup." Ucap yang lainnya yang memerlukan sihir pelacak di baliknya.

"Lalu, kalian menemukan jejak putra ku?" Semua orang diam, kemampuan mereka terbatas untuk melihat keberadaan Pangeran.

"Kami akan membawa ini ke menara sihir, semoga Pimpinan dapat menemukan solusinya." Ucap Penyihir yang lain, Arga menghela nafas panjang.

Mereka akhirnya kembali ke Istana, Serena yang kalut dalam kesedihan juga tak ingin tinggal diam. Dia menggunkan segala cara untuk dapat menemukan putranya.

"Baaimana?" Tanya Serena saat menyaksikan kedatangan Arga dengan kain pembalut Cloaus.

"Saya dapat memastikan bila Pangeran masih selamat, Pemimpin memberikan ini sebagai tanda kehidupan Pangeran. Beliau meninggalakan sebuah jejak dalam jiwa Pangeran namun nampaknya beliau saat ini masih baik-baik saja." Ucap para Penyihir merasa sangat yakin.

"Baiklah, aku akan menunggu kabar dari Pemimpin menara sihir." Serena pasrah, tapi dia tidak akan mungkin menyerah.

.

.

.

Pemimpin menara sihir dapat merasakan bila Cloaus berada di dunia yang berbeda, dia memeberikan kabar itu pada Serena. Tentu Serena sangat sedih dengan kabar tersebut.

"Sayang?" Arga yang telah melihat istrinya beberapa hari tak bergairah langsung mendekatinya.

"Apa kedua anak kita akan baik-baik saja?" Tanya Serena pada Arga.

"Pasti baik-baik aja sayang, ah iya aku ingat saat dulu aku juga sering sekali merindukan mu." Di tepi jendela itu, Arga mulai duduk di samping Serena.

"Saat berperang?" Tanya Serena, meski surat Arga sangat sedikit namun selalu ada nada kerinduan dalam suratnya.

"Bukan, saat aku menjadi budak Filip." Ucap Arga, seketika mata Serena terbelalak.

"Aku juga belum tahu, apa alasan mu menjadi budaknya dulu." Serena mulai berfikir, bertapa sulitnya dia dulu harus menghadapi Arga hingga mati putus asa.

"Aku hanya ingin hidup, saat itu tanpa aku ketahui ternyata Ratu telah memasangkan sihir hitam di tubuh ku." Ucap Arga, Serena tertegun mendengarnya.

"Bukankah, keturunan Kaisar tak dapat terjerat oleh sihir?" Tanya Serena.

"Iya, tapi bila sihir itu dipadukan dengan sumpah setia Kesatria maka akan beda lagi urusannya." Serena mengangguk, dia mulai faham kenapa Arga menjadi budak Filip.

"Setiap hari aku selalu mencari celah untuk membalas dendam dan bangkit dari keterpurukan, namun selalu saja gagal. Hingga suatu hari aku melakukan perjalanan wilayah setelah perang dan bertemu sosok cahaya dalam keputus asaan itu." Arga tersenyum mengusap pipi Serena.

"Kenapa saat itu kamu menakut-nakuti ku?" Serena merasa kesal, andai saja saat itu Arga memilih untuk diam.

"Aku tidak bisa sayang, bila aku membiarkan kamu maju. Filip telah bersiap karena Ratu telah mengetahui semua perbuatan mu." Serena tertegun mendengar hal tersebut.

"Meski mungkin dendam mu tidak terbalas, aku selalu berharap agar kamu bisa hidup dengan tenang." Ucap Arga lagi.

"Lalu apa maksud dari kedekatan mu dan Celsie?" Serena merengut, jujur saja saat itu Serena sangatlah cemburu.

Meski pada akhirnya dia sadar ternyata perasaannya pada Arga adalah cinta, namun dia juga merasa kesal dan sangat ingin melabrak mereka.

"Karena dulu ada sebuah kejadian yang membuat dia tertarik, oleh sebab itu aku menggodanya dan sangat yakin bila dia akan terjerat dan melakukan apa yang tidak aku katakan." Serena melotot mendengar ucapan Arga.

"Kamu pernah melakukan hubungan itu di kehidupan sebelumnya?" Tanya Serena kesal.

"Tidak, bila berhubungan aku hanya melakukan itu dengan mu sayang. Dan memang pernah aku melakukan itu dengan tangan, tapi aku tak pernah membayangkan dia. Aku hanya pernah membayangkan kamu sayang, sungguh!" Arga mengangkat tangan kanannya bersungguh-sungguh.

"Dulu kamu melakukan itu Sayang?" Serena tersenyum geli, tanpa di sangka ternyata Arga adalah pria nakal.

"Maaf, aku sangat menyukai mu saat itu. Wajah mu yang manis dan senyum aneh itu justru membuat ku merasa ingin melindungi mu. Saat kamu merasa terjepit situasi, aku sangat ingin menolong mu sayang." Serena terkekeh dan mengecup bibir Arga.

"Aku sungguh marah saat kamu bercumbu dengan dia, aku ingin memakan mu saat itu juga." Serena bergumam namun masih terdengar oleh Arga.

"Maafkan aku sayang, aku tak punya pilihan lain. Bila aku terus melawan dengan otot dan secara terang-terangan, aku sangat yakin bila Ratu akan melakukan sesuatu kepada mu." Arga menghela nafas panjang.

"Aku tahu bila dia memiliki sihir hitam, dia menjerat Kaisar dalam kegelapan dan ego yang luar biasa. Aku tidak mau bila dia melakukan hal aneh kepada mu sayang, itulah kenapa aku melakukan banyak cara agar aku bisa melindungi mu dan mendapatkan tujuan mu." Serena tersenyum, benar juga. Bila saja saat itu Arga melakukan pertempuran dengan terang-terang tentu tak akan berhasil dengan mudah.

"Sayang, apakah kamu tidak ingat say aku pertama melihat mu?" Serena memejamkan matanya mengingat kejadian itu, Arga juga tersenyum serta menganggukan kepalanya.

"Tentu saja aku ingat, tapi aku belum mengingat mengenai kejadian yang telah aku alami di kehidupan sebelumnya." Serena tertegun mendengar Arga.

"Aku mengingatnya saat aku bertempur melawan suku Barbarian, aku ingat dengan wajah-wajah dan teriakan mereka." Serena tertegun sejenak, dia ingat dengan banyaknya perajurit yang di bawa Arga setelah perang besar itu.

"Saat itu, kamu mengatakan bila akan memberikan hadiah pada ku. Meminta ku untuk diam dan percaya pada mu. Aku ingat dengan para perajurit yang kamu bawa kala itu, bagaimana kamu mendapatkannya?" Serena sangat ingat jumlah yang luar biasa dari pasukan itu.

Loyalitas yang di berikan oleh mereka juga tidak main-main, bahkan hingga saat ini mereka masih memilih untuk menetap di Atlan. Mereka juga akan datang saat Serena atau Arga memanggil mereka.