Seringkali hal-hal yang menakjubkan berada di tempat yang dipandang sebelah mata. Layaknya mutiara hitam, kecantikannya tersembunyi di dalam kerang yang kumuh.
__________________________________________
"Orang-orang hanya tahu dengan namaku. Menghinaku karena pekerjaanku. Tapi, mereka tidak pernah tahu dengan cerita hidupku."~~~ Ara, gadis berusia 25 tahun itu diberi julukan mutiara hitam oleh warga sekitar tempat tinggalnya karena bekerja disebuah club malam.
Hingga suatu hari, karena insiden kecil membawa Ara kedalam hubungan pernikahan kontrak dengan laki-laki yang bernama Reynan, dengan kata terpaksa. Ara membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya. Sedangkan Reynan membutuhkan istri untuk memenuhi syarat hak waris perusahaan keluarganya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. MERASA BERSALAH
"Bu, maafkan aku yang tidak bisa mempertahankan apa yang selalu Ibu banggakan."
Tubuh Ara merosot dibalik pintu kamar mandi bersamaan dengan air matanya yang kembali luruh. Karena membalas penghinaan suaminya, nasibnya malah jadi seperti ini. Mahkota yang selalu ia jaga kini telah terenggut.
Kedua tangannya meremat erat selimut ditubuhnya mengingat kejadian beberapa saat lalu. "Bu, aku akan tahan ini semua hanya demi Ibu." Lirihnya terisak.
Perlahan Ara beranjak menyalakan shower, mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air shower sembari menggosok setiap bagian tubuhnya yang disentuh oleh Rey.
.
.
.
Di dalam kamar, Rey terus mondar-mandir sambil menjambak rambutnya nampak frustasi. Sesekali ia berdiri di depan pintu kamar mandi menunggu Ara keluar dari dalam sana.
Merasa lelah sendiri Rey memilih duduk di tepi tempat tidur dan seketika mengumpat kesal kala tatapannya kembali tertuju pada noda darah di atas sprei. Bisa-bisanya ia memperkosa istri kontraknya itu hanya karena marah, Ara menghina kekasihnya. Tapi dari situ ia mengetahui sebuah fakta, bahwa Ara tidak seperti yang ia pikirkan. Namun, ketika mengingat Sherly, sejenak ia melupakan apa yang telah terjadi diantara dirinya dan Ara. Ia merasa telah mengkhianati kekasihnya itu dengan melanggar janjinya agar tidak menyentuh Ara.
Dalam hatinya berharap, semoga Sherly tidak mengetahui hal ini karena kekasihnya itu pasti akan marah besar atau mungkin saja akan meninggalkannya. Dan ia tidak ingin itu sampai terjadi.
"Apa yang dia lakukan di dalam sana? Kenapa lama sekali!" Dengan gusar ia kembali berdiri di depan pintu kamar mandi. Sudah hampir satu jam ia menunggu, tapi Ara belum juga keluar.
"Apa masih lama mandinya?" Seru Rey sembari mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban.
"Cepetan mandinya, aku pengen buang air kecil!" Teriaknya lagi berbohong, tapi belum ada jawaban juga dari dalam.
Rey benar-benar merasa tak tenang sekarang. Perasaan bersalah dan takut menyeruak di hatinya, mungkinkah Ara melukai dirinya sendiri di dalam sana. Akhirnya setelah berpikir panjang, ia langsung menekan handle pintu.
"Astaga, gak dikunci rupanya. Kalau tahu, dari tadi aku masuk." Ucapnya dengan sedikit menggerutu, ia pun lalu mendorong daun pintu. Pandangan pertama yang ia lihat adalah shower yang masih menyala, lalu tatapannya berpindah kearah bathtub. Kedua matanya seketika terbelalak.
"Ara...!" Detik itu juga ia langsung berlari kearah bathtub.
Ara berendam di dalam bathtub dengan kedua mata terpejam dan wajahnya sudah terlihat pucat.
Rey menepuk-nepuk pipi Ara tapi istrinya itu tidak bereaksi. Panik, ia mengeluarkan Ara dari bathtub dan bergegas membawa keluar dari kamar mandi. Dibaringkan tubuh istrinya di tempat tidur kemudian dengan cepat mengambil pakaian Ara lalu memakaikannya. Setelahnya ia mengambil selimut yang baru dari dalam lemari dan menyelimuti tubuh Ara sebatas dada.
Duduk di samping Ara dan terus menggosok-gosok kedua telapak tangannya yang terasa dingin, dan sesekali ia memegangi pipi dan kening Ara yang juga terasa dingin.
"Bagaimana ini?" Lirihnya dengan cemas. Tanpa berpikir panjang ia langsung menyusup kedalam selimut. Menjadikan lengannya bantal untuk Ara, lalu memeluk istrinya itu dengan erat.
Beberapa saat tubuh Ara masih saja terasa dingin, Rey semakin gusar. Tidak mungkin meminta bantuan mamanya ditengah malam seperti ini, yang ada ia akan dicecar dengan banyak pertanyaan. Hingga akhirnya Rey teringat dengan metode skin to skin yang mungkin saja bisa membantu menghangatkan tubuh Ara.
"Yah, tidak ada salahnya aku coba."
.
.
.
Pagi hari...
Perlahan kedua mata Rey terbuka dan yang pertama kali hadir dalam pandangannya adalah wajah Ara yang nampak sudah tidak pucat lagi seperti tadi malam.
Semalam, setelah Rey melakukan metode skin to skin, suhu tubuh Ara benar-benar membaik. Kurang dari satu jam tubuh Ara yang dingin perlahan mulai menghangat.
Setelah menyentuh kening Ara dan merasakan suhu tubuhnya sudah benar-benar membaik, Rey pun menghela nafas lega.
Rey menarik tubuhnya bangkit dari pembaringan, lalu menarik selimut yang melorot menutupi tubuh Ara. Kemudian beranjak turun dari tempat tidur, memunguti pakaiannya dan pakaian Ara yang berserakan. Memasukkan kedalam keranjang kotor dan pakaian Ara yang telah robek ia masukkan kedalam tempat sampah.
Setelahnya ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, tubuhnya benar-benar sudah terasa lengket. Semalam usai melakukan metode skin to skin terhadap Ara ia juga ikut tertidur tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Selesai mandi dan berpakaian lengkap, Rey kembali menghampiri Ara yang masih tertidur. Hal ini terasa aneh bagi Rey, karena biasanya Ara akan sudah berada di dapur sebelum ia bangun.
Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Rey bergegas keluar kamar, ia akan pergi menemui Sherly. Meski tadi malam mencemaskan keadaan Ara, ia juga terus memikirkan kekasihnya itu karena benar-benar merasa bersalah telah mengkhianatinya. Untuk menebus rasa bersalahnya itu, ia akan menyenangkan Sherly hari ini dengan mengajaknya jalan-jalan dan membelikan semua barang-barang yang diinginkan kekasihnya itu.
Sebelum pergi terlebih dahulu Rey menuju dapur, menghampiri art yang sedang memasak, "Bi, tolong temani Ara di kamar, dia sedang tidak enak badan. Sekarang dia masih tidur tapi setelah bangun segera siapkan air hangat untuk dia mandi dan jangan lupa siapkan juga sarapan untuknya. Oh ya, kalau Ara menanyakan saya, bilang saja saya ke kantor." Meski tahu Ara tidak akan mungkin menanyakannya terlebih setelah apa yang terjadi semalam, tapi tetap saja ia harus mengatakan itu pada art agar drama yang telah ia buat benar-benar terlihat sempurna, seperti yang diketahui oleh mamanya ia sangat menyayangi Ara.
"Baik Tuan," ujar art sembari mengangguk pelan. Rey pun bergegas pergi.
Tak lama setelah Rey meninggalkan dapur, mama Winda yang tak sengaja melihat putranya masuk ke dapur segera menghampiri art. "Bi, tadi Rey ngapain ke sini?" Tanyanya.
"Itu Nyonya, tadi Tuan Rey minta saya menemani Non Ara di kamar, katanya Non Ara lagi gak enak badan. Tapi sekarang saya lagi buatkan sarapan dulu untuk Non Ara."
Sontak saja mama Winda terkejut mendengar hal tersebut, pantas saja ia belum melihat menantunya itu pagi ini. Ternyata Ara sedang tidak enak badan.
"Terus Rey bilang gak mau kemana?" Tanya mama Winda lagi, penasaran mau pergi kemana putranya itu padahal istrinya sedang tidak enak badan.
"Katanya mau ke kantor,"
Mama Winda manggut-manggut, ia lalu bergegas menuju kamar Ara untuk melihat keadaan menantunya itu.
Sementara Rey yang telah berada di dalam mobil, lagi-lagi tampak gusar. Ia ingin pergi menemui kekasihnya tapi pikirannya kembali tertuju pada Ara. Yang terjadi semalam, dan tentang Ara rasanya ia benar-benar tidak percaya, tapi itulah yang terjadi. Ara benar-benar masih perawan dan ia adalah laki-laki pertama yang merenggut mahkota istri kontraknya itu.
'Ara, setelah aku pulang kau harus menjelaskannya.' Gumamnya kemudian segera melajukan mobilnya menuju apartemen Sherly.