Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku yang Akan Membahagiakanmu
Kediaman Keluarga Chen.
Chen Qi melihat kepergian Luo Feng. Setelah mendengar perkataan Ling, Luo Feng tanpa ragu semakin berjalan menjauh dari Keluarga Chen. Ia bahkan tak berbalik.
Luo Feng semakin sombong sekarang. Wuzhou bukanlah orang yang sama seperti dulu. Ia adalah jenius dalam bisnis, hingga Chen Qi waspada padanya. Bahkan memintanya untuk membantu Ling.
Wuzhou memiliki masa depan yang cerah. Sedangkan Ling masih sampah tak berguna seperti biasanya. Keluarga Chen belum memiliki siapapun untuk mewarisi perusahaan mereka. Belum sampai mereka mendapat kabar tentang prestasi Ling di arena pelatihan.
Chen Qi menghela napas khawatir. "Ling, apa kau tahu apa yang paling mengerikan di dunia ini? Orang jenius dan pertumbuhan mereka."
Ling berhenti memainkan ponselnya. Ia melengkungkan bibir. Bagaimanapun ia menyadari fakta itu lebih dari siapapun. Jika tidak, mengapa Kota Bayangan begitu menakutkan? Jenius dari segala bidang yang tak terhitung berkumpul di sana.
Chen Qi menganggap diamnya Ling sebagai tidak mengerti apapun. Dia melanjutkan, "Meskipun Wuzhou belum memiliki apapun sekarang, tapi dia jenius. Masa depannya terjamin. Sedangkan kau ... walau ramuan juga hebat, tapi aku tidak tahu darimana bakatmu itu. Kau tetap tidak bisa menandingi Wuzhou dalam hal bisnis."
Ling mengerutkan keningnya. Ia sedikit kesal. Lu Yan dan Liam pernah mengatakan hal ini. Bahkan sekarang Chen Qi juga mengatakannya. Sepertinya dia tidak akan sebagus Wuzhou di mata orang lain.
Ia tersenyum miris. "Kakek, itu tidak akan terjadi."
Chen Lin memasuki rumah. Sepertinya ia baru pulang dari kantor. Wajahnya terlihat sangat lelah.
"Aku melihat Feng dalam perjalanan pulang tadi. Dia tidak mengatakan hal serius, kan?" tanya Chen Lin khawatir.
Menyadari kehadiran Chen Lin, Chen Qi menceritakan semuanya, juga tentang Ling yang mengetahui perselingkuhan Luo Feng.
Setelah mendengar semua, Chen Lin menatap Ling tak percaya. "Darimana kau tahu tentang perselingkuhan itu? Kau masih kecil, tidak baik mengurusi urusan orang dewasa."
Ling menghela napas kasar. "Bu, kau terlalu baik. Sudahlah jangan pedulikan hal itu lagi. Jika dia tidak bisa membuatmu bahagia, aku yang akan membahagiakanmu," ucap Ling serius.
Chen Lin semakin terkejut. Perasaan hangat mengalir di tubuhnya. Ia tahu Ling hanya menghibur, tapi ia sudah merasa sangat senang.
"Aku sudah mendapat 5 bintang di arena pelatihan. Ini untuk kalian berdua," lanjut Ling.
Mata Chen Qi berbinar. "Bagus. Kau sudah bisa mengejar Wuzhou perlahan."
Ling hanya tersenyum mengangguk. Jika Chen Qi dan Chen Lin tahu Ling adalah yang terbaik di arena pelatihan, reaksi mereka tak hanya sekedar seperti ini.
Chen Lin memijat pelipisnya. Jari rampingnya naik turun sesuai gerakannya. "Kembalilah ke kamarmu dan berlatih. Perpustakaanmu sudah penuh. Kau bisa membaca di sana."
"Baiklah, Bu," Ling mengambil tasnya dan naik ke atas.
Saat sudah sampai di kamar, Ling mengambil ramuan obat untuknya berendam. Rumput gruvnya benar-benar habis. Ia hanya bisa mengandalkan ramuan sekarang. Ia harus lebih rajin lagi membuat ramuan.
Semenjak berendam dengan ramuan kemarin, fisiknya benar-benar berbeda. Mata dan pendengarannya semakin tajam. Tubuhnya semakin kekar. Baju-bajunya sudah sedikit ketat. Mungkin ia butuh pakaian baru agar tak terlalu menonjolkan bentuk tubuhnya.
Dia berdiri dari bak mandi. Tangannya mengambil handuk dan membalut tubuhnya dengan itu. Air di bak mandi tidak sehitam dulu.
Ia duduk dan mengambil pengering rambut. Ia menundukkan kepalanya. Air menetes dari rambut ke telapak kakinya, yang perlahan menyatu dengan kulit putihnya. Kemudian ia memakai baju dan celana olahraga.
Selesai berpakaian, Ling membuat ramuan. Ramuan yang ia rencanakan untuk seminggu sudah tinggal sedikit. Ia lebih sering haus sekarang. Selera makannya juga bertambah.
Ia sudah memurnikan beberapa botol ramuan. Kemampuannya perlahan mulai kembali seperti dulu. Kini ia tak perlu mengkhawatirkan apapun.
"Besok materi kekuatan fisik. Aku ingin mencoba beberapa," gumam Ling.
Ia melakukan beberapa peregangan sebelum olahraga. Kemudian ia berjalan ke arah ruangan kecil yang tersembunyi di kamar. Di sana ada beberapa alat olahraga. Ia mengambil barbel dengan panjang 2,1m seberat 20kg.
Ia mulai mengangkat barbel beberapa kali. Tangannya menegang saat mengangkat itu. Otot lengannya semakin terlihat.
Setelah cukup dengan barbel, ia beralih ke dumbbell, barbel yang lebih kecil. Ia juga melakukan beberapa kali hingga keringatnya keluar.
Ia terus melakukan latihan fisik hingga sore.
*
Ling dan Liam berangkat bersama pagi ini. Mereka sudah memakai pakaian olahraga karena hari ini akan menguji kekuatan fisik mereka.
Liam memainkan ponselnya sebentar. Ketika ia melirik Ling, ia tak sengaja melihat warna merah hijau di layar ponsel Ling.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Liam heran.
"Melihat-lihat," jawab Ling santai.
"Kau melihat-lihat saham? Apa kau mengerti apa yang sedang terjadi? Mungkin kau jenius bisa menjawab tes dengan sempurna, tapi apa yang ada di buku akan beda saat mempraktekkannya. Teori dan praktek berbeda," ucap Liam. Sebenarnya tidak ada nada menghina dalam ucapannya. Ia hanya mengekspresikan keterkejutannya karena Ling yang sebelumnya tidak pernah memahami bisnis. Dan sekarang ia melihat saham?
Ling tidak mempedulikan tatapan aneh Liam. Ia hanya mematikan ponsel dan memandang keluar.
"Mengapa kau melihat saham? Apa kau butuh uang? Bukankah kau masih punya kartu bintang?" tanya Liam.
"Uang itu untuk bahan ramuan," jawab Ling.
"Berapa banyak yang kau butuhkan? Aku akan meminjamkanmu," ucap Liam tulus.
"Uangmu terlalu sedikit," ucap Ling menjeda perkataannya. "Tapi kau bisa meminjamkanku untuk bermain-main. Aku akan mengembalikannya dua kali lipat," ucap Ling.
Liam kembali ke ponselnya. "Berapa banyak yang kau butuhkan? Aku akan mentransfernya sekarang. Jangan pikirkan tentang mengembalikan uang. Aku tidak berharap pada investasimu itu. Semoga saja kau tidak mengacau pada pasar saham dan mengganggu para pemegang saham."
Ling menyebutkan nomor rekeningnya. Ia tetap diam melihat kegiatan Liam.
Mengacaukan pasar saham? Itu pernah terjadi lima tahun lalu, saat ia berumur seperti sekarang.
Mereka melanjutkan sisa perjalanan ke arena pelatihan dalam diam. Liam sibuk dengan ponselnya, Ling sibuk dengan pikirannya. Ia harus segera mengumpulkan uang untuk modal perusahaan. Selain itu ia harus membuat banyak ramuan untuk kultivasinya.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di arena pelatihan. Tempat itu sudah di rombak menjadi tempat olahraga. Ada berbagai macam alat fitness, alat bermain, dan beberapa spot foto. Banyak perempuan yang mengambil foto di tempat itu.
Mereka berjalan santai ke arah kelas. Lu Yan dan teman-temannya menyambut Ling di depan pintu. Liam sudah siap mendengar ocehan Lu Yan pagi ini. Ia sudah menutup telinga.
Satu langkah terlewati. Empat langkah terlewati. Tak ada tanda-tanda Lu Yan akan membuka suara. Ajaib! Lu Yan hanya diam saat melihat Ling.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.