Novel ini menceritakan kisah tentang sebuah perjuangan cinta antara Shanum Afnan Al-Farisi dengan Ziyad Adnan Al-Farisi. Keduanya merupakan pasangan beda negara hingga berhasil meresmikan status mereka menjadi suami istri. Diawal hubungan keduanya terlihat bahagia dan berjalan dengan lancar. Namun, kisah yang mereka impikan tak seindah yang mereka bayangkan setelah menikah. Kira-kira apa yang terjadi pada hubungan mereka? Penasaran? Baca kisah perjuangan cinta mereka sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irha Hussnain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Pulang Bersama
“Mommy. Zaynab mau makan jika disuap sama paman ganteng” celetuk Zaynab ketika Shanum memberikan piring berisi makanan untuk Zaynab.
Ziyad yang memang sedari tadi belum makan, mendekatkan dirinya ke arah sofa tempat Zaynab sedang duduk. Shanum hanya terdiam dan mulai sadar ketika Ziyad berbicara.
“Biarkan aku menyuapi Zaynab. Kami akan makan di piring yang sama. Makanan untuk Zaynab kamu makan saja bersama Zayn. Lihat sekarang wajah Zayn terlihat murung tuh karena lapar dari tadi”ucap Ziyad sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Zayn.
Wajah murung Zayn seketika berubah menjadi malu karena digoda oleh Ziyad namun ia merasa nyaman akan kehadiran pria yang merupakan ayah kandungnya tersebut meskipun Zayn belum mengetahuinya.
Shanum mengangguk dan berjalan ke arah ranjang inap Zayn sambil membawa makanan untuknya dengan Zayn. Sementara itu, Zaynab sangat senang disuap oleh Ziyad yang membuat Zayn sedikit iri meskipun ia sangat senang disuapi oleh mommynya tapi ia juga ingin merasakan disuap oleh paman itu. Sebenarnya Zaynab sudah bisa makan secara mandiri tapi entah kenapa ia bersikap manja dihadapan Ziyad.
Selesai makan malam, Shanum beberes untuk pulang sedangkan Ziyad sedang keluar membuang sampah bekas peralatan sekali pakai yang mereka pakai sebelumnya tanpa disuruh.
Kini dokter sedang memeriksa keadaan Zayn sebelum pulang. Kondisi Zayn sudah pulih dan tidak ada trauma besar yang dialaminya. Tapi dokter menyarankan Shanum untuk tidak membawa Zayn ke tempat yang terdapat air seperti danau dan kolam renang untuk beberapa saat sampai traumanya benar-benar hilang.
...****************...
“Apa kamu bawa mobil sendiri?” tanya Shanum pada Ziyad saat mereka berada di parkiran rumah sakit. Shanum sempat balik ke Firefly Valley Leisure Park untuk mengambil mobilnya karena mereka ikut naik mobil ambulans sebelumnya.
“Aku akan menelfon asisten pribadiku untuk menjemputku” jawab Ziyad dengan perasaan canggung karena tatapan Shanum padanya terlihat sinis meskipun cara bicaranya biasa saja.
“Baiklah. Kami pulang duluan dan terimakasih telah menolong anakku” Shanum menekankan kata terakhir yang ia ucap.
Ziyad merasa sedih mendengar kata terakhir yang diucapkan Shanum karena Zayn dan Zaynab merupakan anak Ziyad juga.
“Paman ikut di mobil mommy saja. Bolehkan mommy?” tutur Zaynab dengan suara imutnya.
“Orang suruhan paman akan menjemputnya sayang. Jadi ia tidak bisa ikut bersama kami”tolak Shanum dengan suara yang lembut
“Asisten pribadi paman belum datang kok. Paman belum menghubunginya. Jadi, jika diizinkan Paman mau ikut bersama kalian” ucap Ziyad tersenyum senang karena dapat kesempatan emas untuk bersama Shanum dan anak-anaknya lebih lama
“Tapi-“ucap Shanum terpotong oleh ucapan Zayn
“Paman sudah menolong Zayn. Jadi Paman ikut kami saja dan tak perlu menghubungi asisten paman. Bolehkan mommy?”ucap Zayn dengan puppy eyes.
Mau tak mau Shanum menyetujui Ziyad untuk ikut bersama mereka meskipun ia keberatan tapi kedua anaknya memintanya.
“Baiklah. Kamu boleh ikut” ucap Shanum dengan wajah yang dingin tapi Ziyad malah senang karena kedua anaknya tanpa sengaja mendukung perjuangannya mendapatkan hati Shanum kembali.
“Terima kasih. Aku yang akan menjadi supir kalian”ucap Ziyad dengan bangga
“Hore”sorak Zayn dan Zaynab gembira karena perasaan mereka bahagia dengan adanya sosok seperti ayah yang melengkapi mereka.
Shanum pun membantu kedua anaknya untuk naik ke jok belakang dengan perasaan campur aduk. Entah dia menahan sesuatu yang besar sedari tadi.
“Mommynya Zayn dan Zaynab duduk disampingku aja”ucap Ziyad percaya diri membuat Shanum melotot ketika ia siap untuk duduk bersama si kembar di jok belakang.
“Kenapa mommy tidak duduk di samping Paman ganteng?” tanya Zaynab sambil menatap mommynya dan Ziyad silih berganti
“Kasian paman duduk sendiri di depan, mommy”ucap Zayn dengan puppy eyes lagi.
Shanum benar-benar ingin marah tapi ia urungkan di depan anak-anaknya yang tidak tahu apapun itu. Secara terpaksa, Shanum turun dari jok belakang dan beralih ke jok depan duduk di samping Ziyad yang sedang tersenyum tipis tapi ia langsung kicep ketika Shanum melotot padanya lagi.
Kini mereka dalam perjalanan pulang ke rumah Shanum. Percakapan antara Zayn, Zaynab dan Ziyad tanpa henti sedangkan Shanum hanya mendengarkan dan tak ikut masuk dalam percakapan mereka yang random itu tapi ia sadar jika kedua anaknya terlihat senang akan keberadaan Ziyad bersama mereka berbeda dengannya yang menahan rasa kesal, amarah, benci, dan muak kepada Ziyad.
“Zayn hampir lupa mommy”ucap Zayn tiba-tiba
“Zayn lupa apa sayang?” tanya Shanum sambil membalikkan kepalanya ke arah jok belakang
“Paman brewok. Oopss maksud Zayn, Paman Said yang bersama kita di taman kemana? Kok tiba-tiba hilang?” tanya Zayn penuh tanya.
Shanum terdiam dan menelan ludahnya sedangkan Ziyad hampir saja menabrak pembatas jalanan.
“Hati-hati nyetirnya dong. Ada anak-anak disini” ucap Shanum dengan ekspresi sedang marah
“Maaf. Aku sempat kurang fokus. Maafkan paman anak-anak. Kalian baik-baik saja kan?” tanya Ziyad dengan ekspresi bersalah
“Kami baik-baik saja paman. Iyakan Zayn?”tanya Zaynab pada saudara kembarnya
“Iya paman. Kami baik-baik saja. Zayn sudah terbiasa. Dulu Paman Khaleed hampir nabrak sapi ditengah jalan dan mommy hampir nabrak pohon pisang waktu baru belajar nyetir mobil” ucap Zayn dengan santai
Meskipun kejadian tersebut terdengar berbahaya tapi terasa lucu saat Zayn mengatakannya. Ziyad hampir saja melepaskan tawanya sedangkan Shanum terbatuk-batuk mendengar Zayn mengumbar aibnya dan dengan sigap Ziyad menyodorkan sebotol air mineral yang masih bersegel kepada Shanum.
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, mobil Shanum yang dikemudikan Ziyad tiba di rumah Shanum. Shanum terlebih dahulu turun dari mobil dan membuka pintu jok belakang untuk menggendong si kembar yang sedang tertidur dalam perjalanan tadi. Ziyad tanpa disuruh pun ikut membantu Shanum menggendong Zayn sedangkan Zaynab digendong oleh Shanum.
Tidak ada sepatah katapun dari mulut keduanya sampai mereka masuk ke dalam rumah dan menidurkan si kembar. Zayn dan Zaynab memiliki kamar yang sama namun ranjang yang berbeda. Setelah menidurkan buah hati mereka, Ziyad dan Shanum berjalan menuju ruang tengah.
“Terima kasih telah membantuku menemani anak-anakku saat di rumah sakit” ucap Shanum dengan wajah yang datar namun tulus
“Tidak perlu. Mereka juga anak-anakku”jawab Ziyad merasa sedikit kecewa karena Shanum menyebut si kembar hanya anak-anaknya lagi.
“Sejak kapan mereka jadi anak-anakmu? Bahkan kamu tidak memberiku satu kesempatan untuk mengatakan jika mereka sedang tumbuh dalam rahimku pada saat itu”ucap Shanum dengan suara yang getir dan berusaha menahan air matanya.
Ziyad tercenung dan kembali merasa bersalah mengingat jika pada saat itu dia tidak ingin mendengar sepatah katapun dari Shanum karena dibutakan oleh amarah dan cemburu melihat istrinya tidur bersama dengan pria lain meskipun tidak lebih dari itu.
“Maaf” hanya ucapan maaf yang bisa Ziyad ucapkan sekarang karena dia memang bersalah dan bodoh dalam bertindak pada saat itu.