Istri Manja Dan Mempesona Kesayangan Tuan Oscar

Zoey duduk di depan meja rias. Dia melepas kontak lensnya dan menatap penampilannya di cermin. Beberapa kali Zoey mencoba mengatur napasnya. Ini kesalahannya. Seharusnya dia bisa bersikap sedikit lunak pada Oscar. Toh dia sendiri tahu jika Oscar memiliki kecenderungan sifat paranoid sehingga membuat Oscar begitu posesif padanya.

Zoey memejamkan matanya. Sesaat dia melihat kilasan masa lalunya. Saat itu malam hari, hujan turun dengan lebat. Dia baru keluar dari kampus, karena harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Profesor Stainer. Saat Zoey hendak berjalan ke halte bus, tiba-tiba seseorang membungkam hidung dan mulutnya dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.

Zoey tersadar setelah beberapa waktu pingsan. Dia melihat dirinya sendiri. Tangan dan kakinya terikat. Zoey pikir dia telah diculik hatinya mendadak merasa takut. Zoey berusaha bangun. Dia menatap sekelilingnya mencari tas miliknya. Dia harus menghubungi Kyle sekarang, itu yang ada dalam pikirannya saat ini.

Namun, ketika Zoey menegakkan tubuhnya, sesosok pria sudah berdiri di ambang pintu. Ruangan yang Zoey tempati menjadi terang, karena pria itu menekan saklar di dekat pintu. Zoey memicingkan matanya karena silau cahaya yang tiba-tiba.

"Kau sudah bangun?"

"K_kau!" Mata Zoey melebar melihat sosok Oscar berdiri dan menatapnya dengan tajam penuh ancaman.

"Hai, calon istriku." Oscar mendekat dan membelai wajah Zoey dengan lembut.

"Oscar, lepaskan aku. Kyle pasti mencariku," ujar Zoey dengan gelisah.

PLAK!

Oscar langsung menampar pipi Zoey dengan keras hingga wajah Zoey tertoleh. Sudut bibirnya pecah dan berdarah. Mata Oscar memerah seperti iblis yang menakutkan. Zoey bergetar ketakutan.

"Berhenti menyebut baj*ngan itu. Bibirmu ini hanya boleh menyebut namaku saja," ucap oscar sembari mengusap sudut bibir Zoey. Dia bahkan menjilat darah Zoey hingga bersih. Zoey tidak bisa tidak ketakutan dan juga jijik. Alisnya berkerut dan tubuhnya semakin gemetaran. Dia tidak tahu Oscar akan berani melakukan hal tidak bermoral seperti ini.

"Zoey, kenapa kau menolakku?" Oscar memandangi wajah Zoey dengan dalam dan sedikit terpancar kesedihan.

"Oscar, maaf, tapi hati tidak bisa dipaksa. Aku mencintai-" Zoey tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Oscar buru-buru membungkamnya dengan ciuman yang kasar dan memaksa. Zoey berusaha melepaskan diri. Namun, semakin dia berusaha, Oscar semakin menjadi-jadi. Kemeja yang Zoey pakai juga sudah sobek. Zoey sekuat hati mempertahankan dirinya, tapi Oscar terlalu mendominasi. Pria itu bahkan melepaskan celananya dengan sekali sentak.

Zoey tidak berkutik saat Oscar menguasai tubuhnya sepenuhnya. Air mata Zoey mengalir deras. Perasaannya hancur.

Usai pelepasan, Oscar membelai wajah Zoey dengan lembut. "Mulai sekarang kau hanya milikku. Jika aku melihat Kyle menyentuhmu, jangan salahkan aku jika aku akan melakukannya lebih gila dari ini."

Zoey hanya diam, harapannya hancur, masa depannya telah dirampas paksa oleh Oscar. Oscar turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Air mata Zoey terus mengalir mengingat Kyle.

Sejak malam-malam itu, Selama dua tahun, Oscar terus memperlakukan dirinya seperti gundik. Menculiknya sesuka hati, menggaulinya tanpa pandang waktu. Saat Zoey akan menyerah pada hidupnya karena dihancurkan oleh Oscar, dia justru mendapati kakaknya Selena dan Kyle memasuki sebuah hotel dengan saling berpelukan.

Saat itu, Zoey bukannya tidak tahu jika Kyle dan Selena bermain dibelakangnya, hanya saja dia memilih menyerah dengan hidupnya dan juga cintanya, tapi siapa sangka di hari terakhir hidupnya, Selena berhasil menyulut kemarahan Oscar hingga membuat Oscar menyiksanya membabi buta. Setelah itu, Oscar meninggalkan dirinya dan di saat itulah Selena mengambil perannya menjadi malaikat maut untuknya. Oscar bukannya secara langsung membantu Selena, melainkan Selena lah yang mengambil kesempatan itu.

Zoey memejamkan matanya dengan tangan terkepal. Ingatan masa lalu itu mampu membuat sudut hati Zoey bergetar hebat. Namun, tiba-tiba Zoey merasakan tubuhnya jatuh ke pelukan hangat Oscar. Zoey menghirup aroma parfum Oscar, gadis itu langsung membuka mata. Netranya berbenturan dengan mata coklat milik Oscar lewat cermin.

"Maafkan aku, aku bersalah," ujar pria itu dengan nada bicara paling lembut. Zoey memandangi Oscar cukup lama. Ini pria adalah pria yang sama yang dulu sering membuatnya ingin mati, tapi sekarang dia rela bertahan di sisinya. Zoey mengangkat tangannya dan mengusap lengan Oscar yang melingkar di dadanya.

Zoey memejamkan matanya, dia tidak menjawab permintaan maaf Oscar, tapi justru semakin menenggelamkan tubuhnya di dada bidang suaminya.

Oscar terus menatap Zoey. Wajahnya terlihat pucat dan hal itu membuat Oscar semakin merasa bersalah. Entah kenapa setiap melihat orang-orang di keluarga Amstrong, Oscar merasa takut kehilangan Zoey. Dia merasa mereka sewaktu-waktu bisa merebut Zoey darinya.

Zoey membuka mata dan mendapati Oscar menatap nya dengan linglung. "Oscar," panggil Zoey. "Bisakah kau sedikit memberiku kepercayaan? ... Meski di dunia ini ada sepuluh ribu keluarga Amstrong, itu tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagiku, tapi jika kau meragukanku, kau menghancurkan hatiku," ucap Zoey sambil menatap Oscar.

Simpul di hati Oscar akhirnya terurai, dia tersenyum tipis dan mematuk bibir Zoey dengan lembut. "Aku akan selalu percaya padamu," bisiknya.

Keduanya cukup lama dalam posisi seperti itu. Zoey merasa nyaman bersandar di pelukan Oscar. Bahkan kelopak matanya perlahan menurun hingga akhirnya terpejam.

***

Sementara itu, Selena saat ini mendatangi Kyle ke perusahaannya. Dia berjalan di lobi dengan langkah tegak dan dagu yang sedikit terangkat. Semua pegawai yang duduk di lini depan tidak ada yang menghalanginya karena Selena sudah sering keluar masuk perusahaan itu. Namun, kali ini tatapan beberapa resepsionis terlihat penuh dengan cibiran.

"Lihat, lagaknya sudah seperti nyonya saja. Padahal dia sama saja seperti wanita-wanita tuan Kyle yang lainnya," bisik salah satu resepsionis.

"Sshh, jaga bicaramu. Bagaimana pun juga meski tuan Kyle sering membawa wanita, hanya yang satu ini terlihat sangat awet dan bertahan," sahut salah satu resepsionis dengan suara yang sama lirihnya.

"Itu karena dia belum tahu betapa buruknya tuan Kyle," jawab si resepsionis pertama.

"Kalian berhentilah bergosip. Apa kalian tidak malu meludahi sumur yang kalian minum airnya? Kalian membicarakan keburukan tuan Kyle, tapi masih tersenyum saat memakan gaji darinya." Resepsionis ke tiga menatap dua rekannya dengan tajam. Dua resepsionis langsung bungkam, sedangkan resepsionis ketiga menatap keduanya dengan kesal.

Dua resepsionis itu tidak tahu saja, jika resepsionis ketiga sebenarnya pernah memiliki skandal dengan atasannya itu, makanya dia membela Kyle sedemikian rupa.

Bunyi tapak sepatu high heels Selena menggema di lorong lantai 15. Lorong itu sepi karena hari sudah sore dan juga tidak banyak staff yang ada di dekat ruangan Kyle. Meja sekertaris kosong, Selena pikir mungkin orangnya sudah pulang. Saat mendekati pintu ruangan Kyle, Selena mendengar suara menjijikkan dari ruangan Kyle.

Selena semakin dekat dengan pintu, Sedikit dorongan pintu terdorong. Namun, tidak terlalu lebar. Dia mendengar Kyle berbicara terengah engah. "Kamu tenang saja. Aku akan segera meninggalkan keluarga Bakker demi kamu, Sayang. Lagi pula aku sudah tidak membutuhkan wanita itu lagi."

Tangan Selena langsung mengepal. Dia mengambil ponselnya dan menyelinapkan ponsel itu untuk merekam adegan busuk antara Kyle dan sekertarisnya. Selena bersumpah akan membalas Kyle dengan lebih kejam dia pasti akan menyebarkan videonya ke publik.

...----------------...