DARK SIDE

Dokter geleng-geleng kepala, karena detak jantung, tekanan darah, semua normal. Tidak ada luka, lebam atau bekas gigitan binatang beracun ditubuhnya.

Apa yang menyebabkan dia tidak bergerak. Arumi seolah tidur nyenyak, dan bermimpi indah. Bibirnya setengah terbuka mengundang hasrat orang yang melihatnya.

"Kita bawa ke rumah sakit, mungkin harus di rontgen dengan teliti. Bisa saja dia pendarahan otak." ucap dokter Rudy.

"Apa harus CT scan kepala?" tanya bibi sangat khawatir. Ia kembali marah dengan Sri, pelayan yang sok kuasa.

"Ia bibi, kita pasti akan CT scan, tapi tunggu dulu hasil dari pengibatan pz

Bibi lebih baik mencari orang pintar, bisa saja dia kena sihir atau salah kepada leluhur." ucap Komang temannya Dayan ikut prihatin.

Komang tidak tega melihat gadis secantik itu tergeletak tanpa bergerak.

"Komang jangan ikut campur, biarin dia sekarat. Aku yakin dia kena azab, karena kencan buta dengan sopir Taxi."

"Dayan jaga mulutmu, tidak baik bicara begitu, bagaimanapun juga dia satu produk denganmu."

"Kenapa kamu terus membela anak haram itu, jelas-jelas dia telah mencoreng nama baik Razade. Jangan-jangan kamu cinta pada pandangan pertama."

"Orang simpati dengan orang jatuh cinta beda, aku simpati kepada nasibnya. Kita tidak tahu apa yang terjadi." ucap Komang enteng.

Ia berdiri menghampiri bibi, berusaha menenangkannya. Walaupun ia cuma temannya Dayan, tapi kesedihan bibi membuat hatinya ikut sedih.

Disini bibi sudah dianggap saudara inti, ia juga dikasi warisan oleh nyonya Sonya. Orangnya baik dan seluruh hidupnya di curahkan untuk nyonya Sonya. Dari umur lima belas tahun sampai sekarang, bibi melayani keluarga ini, tanpa ingin berpaling atau menikah.

"Komang, tolong telepon tuan Yoga atau tante Ida, apa dia punya solusi."

"Tenanglah bi, aku telepon dia sekarang."

"Ini anaknya Vena, bi?" tanya dokter Rudi mengalihkan pandangannya ke bibi Darmi.

Selama menjadi dokter keluargà, rahasia keluarga nyonya Sonya, sudah semua di diketahuinya. banyak rahasia keluarga ia ketahui, salah satunya cerita kelahiran Arumi.

"Ya dokter, baru sehari disini sudah mengalami musibah."

"Pelayan sangat teledor, sudah tahu nona Arumi orang baru, tidak tahu seluk beluk rumah disini. Apalagi dia berjalan dalam keadaan gelap gulita, pasti tersandung."

"Ya dokter, sedih sekali melihatnya." ucap Koming menatap Arumi.

Waktu diajak kesini oleh Dayan, Koming tidak menyangka kalau musuh Dayan Kole adalah seorang gadis cantik. Tidak rugi ia datang.

Tiba-tiba datang tuan Yoga dan nyonya Ida. Pak dokter cepat-cepat permisi ke rumah sakit. Walaupun ia seorang dokter, kadang-kadang ia percaya adanya hal ghaib. Sering terjadi dan itu benar adanya.

"Bibi ada apa memanggilku?" tanya nyonya Ida dan tuan Yoga langsung nyelonong masuk.

"Syukurlah nyonya dan tuan cepat datang. Nona Est dalam keadaan pingsan." ucap bibi menjelaskan apa yang terjadi.

"Sudah dipanggilkan orang pintar? Aku tahu ini bukan penyakit dokter, pasti dia ada berbuat salah sehingga menderita." ucap ngonya Ida sok tahu.

"Benar tante, kita harus mengusirnya dari puri. Bibit, bebet, bobot. Kalau ibunya macan, tidak mungkin punya anak keledai akan lahir macan juga."

"Tidak usah diusir, dia suruh kerja saja di hotel, itu hak nya dia. Kalau diusir atau dibunuh justru kita yang salah."

"Apa kalian tidak punya empati kepada Arumi, dia itu bukan orang lain, masih ada darah Razade mengalir ditubuhnya. Dia memang bersalah karena lahir di puri ini." ujar bibi merasa ngenes mendengar ucapan paman dan tantenya Arumi.

Percakapan mereka terhenti ketika orang pintar datang.

"Selamat pagi semua, salam rahayu." ucap pak Mangku menyebar senyum.

"Rahayu pak Mangku, silahkan periksa nona Est, dia kedapatan pingsan tadi pagi di lantai, mungkin sudah pingsan dari jam tiga malam. Karena jam tiga dia sempat datang mencari Sri."

"Berarti tadi malam dia sudah kena sawan, terasa sekali aura set*nnya." ucap pak Mangku serius sekali.

Dayan Kole dan Komang saling memberi kode mengejek. Anak-anak muda zaman sekarang mana percaya terhadap mistis, hal-hal gaib.

"Apa yang harus dilakukan, apakah saya harus membeli sajen?" tanya bibi dengan wajah penuh harapan.

"Tentu bi, siapkan saja uang lima juta, nanti saya yang menyiapkan semuanya."

"Ini pasti sembuh pak Mangku, karena uang sebanyak itu bisa....."

"Tuan Yoga, uang segitu tidak berarti. Ini saya kasi diskon banyak. Nona ini roh nya sudah mau lepas dari raga.Hampir telat, kita harus cepat bertindak." kilar pak Mangku.

"Pak Mangku, siapa yang membuat nona Est begini? Apa set*an, atau kemarahan leluhur?" tanya Dayan Kole ingin menguji dukun itu.

"Nanti saya jawab. Kita akan mengobati dan mengusir makhluk gaib yang mau mengambil jiwanya."

Pak Mangku mengeluarkan bejana perak, genta, bunga setaman, hio dan keris kecil.

"Ini putrinya siapa? Cantik sekali. Jika rohnya tidak balik ke badan, nona ini says ajak ke dukuh. Disana saya rawat dan harus mandi kembang tujuh purnama."

"Pak Mangku jangan ngadi-ngadi, jika tidak mampu saya mau mencari dukun lain yang mampu. Tidak boleh nona ini ke rumah Mangku, takutnya pulang dari dukuh, dia malah hamil...." pungkas Dayan tidak setuju.

"Anak zaman sekarang semakin kurang ajar, pikirannya negatif melulu." gerutu pak Mangku tidak senang.

Pak Mangku mulai mencipratkan air suci ke seluruh tubuh Arumi sambil mengujar mantra.

"Ōmu ātoma tattowatoma nariyatoma Suwada An ā. Suwaruganto~u ojisan, mokusanto~u, sunyanto~u, murukanto~u.

"Pak Mangku itu mantra apa?" tanya Dayan curiga.

"Itu bahasa Jepang, tadi leluhurnya dari Jepang datang menengok cicitnya." jawab pak Mangku menggerakan tangannya. Ntah apa maksudnya.

Mendengar penjelasan pak Mangku mereka saling pandang. Apakah ucapannya benar? Pak Mangku tidak tahu bahwa Arumi bapaknya Jepang.

Akibat omongan pak Mangku, bibi langsung menangis sesenggukkan dan ia minta sama leluhur mengembalikan roh Arumi seperti sedia kala.

"Tenang bibi, nona kesayangan bibi tidak akan m*ti, sebelum dia mengembalikan harta warisan yang telah diterimanya." sindir nyonya Ida sinis.

"Tolonglah nyonya, anak ini tidak mengerti apa-apa masalah ibunya, jangan terlalu banyak membebani. Saya yakin nona Est akan mengembalikan semua yang nyonya minta, kalau itu memang hak nyonya." ucap bibi Darmi kesel.

"Lihat saja nanti." sahut nyonya Ida ketus.

"Apa tidak cukup dengan kematian ibunya, kalian telah membunuh ibunya dengan sadis tanpa pri kemanusiaan. Setelah nona Est sembuh saya akan menceritakan siapa saja musuhnya di Puri."

"Terserah kamu bi, jangan lupa bibi juga orang luar." serang nyonya Ida kesal.

"Nyonya Ida dan bibi, tolong diam, saya tidak konsentrasi. Jika kalian tetap ribut saya suruh salah satu set*n dari Jepang loncat-loncat di depan kalian."

Mereka serentak diam, takut set*n Jepang beneran datang.

Setelah suasana hening, pak Mangku lalu menyalakan segepok hio. Semua menjadi batuk-batuk gara-gara asapnya menyebar.

****