Pernikahan karena perjodohan nyatanya membuat Rani harus merasakan penderitaan. Suami yang tidak mencintainya ternyata menikah lagi dengan kekasih pilihan hatinya. Hidup Rani bagai neraka setelah suaminya menikah lagi. Bahkan ia harus tinggal seatap dengan madunya.
Ikuti cerita ini, bagaimana Rani menjalani hari-harinya yang menguras emosi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Makan Malam Bertiga
Bab 30. Makan Malam Bertiga
POV Rani
Tidak menyangka Mas Damar akan mengajakku dan ibu untuk makan malam bersama di depan Laura. Bahkan ia juga bersikap kasar kepada istri mudanya itu. Entah apa yang terjadi kepada mereka di luar sana, yang jelas aku bisa melihat bahwa Mas Damar benar-benar marah kepada istri mudanya itu.
Aku berdandan rapi dan cantik sebagai persiapanku makan malam bersama Mas Damar dan juga ibu mertua. Ini kesempatan yang langka karena Mas Damar yang mengajak ku lebih dulu. Begitu siap, aku pun melangkah keluar kamar hendak menunggu Mas Damar di ruang tamu saja.
Namun saat melintas depan kamar Mas Damar, sayup-sayup aku mendengar suara wanita itu menangis. Ku hentikan langkah ku sesaat di depan kamar itu. Ingin tahu apa yang terjadi di dalam sana meski hanya diam tak bergerak di tempat ku berpijak.
"Rani..."
Aku menoleh pada suara yang memanggilku dari belakang punggung ku. Ternyata itu Mas Damar. Tapi kenapa Mas Damar dari arah sana? Hanya ada kamar ku dan kamar tamu di lorong itu. Apa Mas Damar dari kamar tamu?
"Loh, Mas kok dari arah sana?" Tanya ku yang masih kebingungan.
Mas Damar berjalan semakin dekat ke arahku.
"Mulai hari ini, kamar ku di sebelah kamarmu." Ujar Damar tersenyum dengan santainya."
Loh, ada apa ini? Apa aku terlewat sesuatu yang penting? Bukankan sikap Mas Damar yang seperti itu menandakan kalau mereka pisah ranjang?
"Kenapa Mas?" Tanya ku keceplosan karena penasaran.
Mas Damar terkekeh. Baru kali ini aku melihatnya tertawa kecil untukku. Hati ini tiba-tiba saja menghangat jadinya. Ah, dasar hati ini lembek..., mudah sekali berdebar-debar hanya dengan sebuah senyuman saja. Mungkin karena perasaan ku yang kini tanpa ragu mencoba untuk unjuk diri menyukai Mas Damar yang dulu sempat aku pendam waktu remaja.
"Ayo kita jalan sekarang, biar tidak kemalaman nantinya." Ajak Mas Damar mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah Mas."
Aku menurut saja dan tidak melanjutkan pernyataan ku yang belum dijawab. Bersama Mas Damar, aku pun melangkah menuju pintu utama.
"BERHENTI!!"
Tiba-tiba saja wanita itu terdengar berteriak begitu keluar dari kamarnya.
Aku dan Mas Damar pun menoleh padanya. Baru kali ini aku melihat wajahnya seberantakan itu. Pasti lah mereka baru saja bertengkar hebat malam ini. Dan apa yang membuat mereka bertengkar hebat, masih menjadi pertanyaan dalam diri ku.
"Jangan pergi, kalau kamu pergi kamu akan menyesal!!" Ancam wanita itu kepada Mas Damar.
Sorot matanya begitu tajam kepada ku dan Mas Damar.
"Entahlah..." Jawab Mas Damar santai sambil mengangkat kedua bahunya. "Ayo Rani!"
Mas Damar kembali mengajakku pergi. Meski istri keduanya tampak marah besar, Mas Damar terlihat tidak peduli. Bahan kedua tangan wanita itu terlihat mengepal pun Mas Damar masih terus melangkah.
Kami masuk ke dalam mobil Mas Damar. Baru kali ini aku satu mobil dengannya bahkan duduk berdampingan dengannya. Jangan di tanya bagaimana jantungku berekspresi, semoga saja degupnya tidak terdengar sampai keluar.
Mas Damar membawa mobilnya dengan santai. Hanya keheningan yang ada hingga menciptakan kecanggungan di antara kami. Tiba-tiba saja Mas Damar memutar musik di dalam mobil. Perlahan-lahan alunan lagu pun terdengar...
Aku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
Yang kini hadir di antara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang s'lama ini temani hidupku
Maafkan aku menduakan cintamu
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku
Membawa aku dalam kehancuran...
Lirik lagu yang di putar bisa begitu pas dengan keadaan kami di kehidupan nyata, sehingga membuat kami semakin canggung saja. Mas Damar lalu menekan tombol untuk berganti lagu yang lain.
Maaf jika memang aku yang bersalah
Lelah dengan kesunyian ini
Bersama pun tak saling bicara
Aku tak sanggup kita terus begini
Tak ingin cinta usai di sini
Kurindukan senyummu
Ku ingin peluk dirimu
Tapi rasa egoku terlalu tinggi
Tuhan tolonglah diriku
Ku tak ingin pisah dengannya
Dan liriknya kembali menyentil perasaan kami.
"Ehem!"
Mas Damar berdehem kemudian memilih lagu lain yang di putar secara acak.
Sungguh kusesali
nyata cintamu kasih
tak seperti terbaca hatiku
malah terabai olehku
Lelah ku sembunyi
tutupi maksud hati
yang justru hidup karenamu
dan bisa mati tanpamu
Andai saja aku masih punya kesempatan kedua
pasti akan kuhapuskan lukamu
menjagamu, memberimu segenap cinta
Lagi-lagi lagu yang terputar begitu mengena pada hubungan kami sehingga membuatku mengalihkan pandangan ke luar jendela karena malu dan canggung.
"Matiin saja musiknya ya." Ujar Mas Damar yang terdengar menghela napas, entah apa artinya itu.
Aku hanya mengangguk. Karena aku pun tak sanggup melihat wajah Mas damar saat ini. Dan pada akhirnya perjalanan kami pun hening sampai ke tempat tujuan.
Sampai di rumah Ibu mertua Mas Damar tiba-tiba saja membukakan pintu mobil untukku. Lalu kami berjalan beriringan menuju pintu utama rumah Ibu mertua.
Mas Damar pun memencet bel pintu. Begitu terbuka, ibu mertua pun sudah tampak siap untuk pergi.
"Loh, ada Rani?" Tanya Ibu mertua bingung tapi bisa di lihat wajahnya juga terlihat senang.
"Ya Bu, kita makan bersama malam ini di luar." jawab Mas Damar.
"Serius?!" Tanya ibu mertua kali ini dengan mata berbinar.
"Ya Bu." Jawab Mas Damar.
"Ada angin apa ini? Apa Ibu ketinggalan sesuatu?" Tanya Ibu mertua penasaran.
Jangankan Ibu mertua, aku pun sejak Mas Damar tadi mengajak ku hingga kini, masih penasaran karena belum tahu sebab Mas Damar berubah sikap seperti ini.
"Nanti Ibu akan tahu." Ujar Mas Damar.
Dan sepertinya aku juga harus bersabar menunggu saat itu. Apa kira-kira?
Kami semua pun masuk kembali ke dalam mobil Mas Damar. Mobil pun perlahan bergerak dengan membawa kami menuju tempat tujuan. Entah itu di mana, yang jelas Mas Damar pasti sudah me-reservasi tempat terbaik untuk malam ini. Dan benar saja. Begitu tiba di tempat tujuan, ternyata Mas Damar membawa kami ke sebuah restoran di sebuah hotel ternama.
Kami pun masuk ke dalam dan sambut oleh pelayan yang akan melayani kami malam itu. Mas Damar pun memesan beberapa menu yang ia pilih yang katanya spesial untuk kami.
"Ibu tidak sabar lagi Damar. Jadi katakan pada Ibu, apa yang membuatmu menjamu kami seperti ini?" Tanya Ibu yang mulai tidak sabar.
Mas Damar tersenyum. Lalu melirik padaku sekilas. Kemudian menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Beberapa minggu lalu aku mengatakan akan membuat keputusan untuk memilih, di antara Laura atau Rani yang akan menjadi isteriku satu-satunya." Tutur Mas Damar dan mengambil jeda.
"Lalu?" Tanya ibu mertua dengan wajah yang semakin terlihat penasaran.
"Jadi malam ini sudah aku putuskan untuk memilih..."
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
Ralat:👆🏻