NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 - Kembali

"Jio masih tidak ingin pulang?"

Jerry bertanya kepada kedua anaknya yang sedang mengunjunginya, hal itu memang rutin di lakukan oleh keduanya tiga bulan sekali.

Si sulung menggelengkan kepalanya, "Katanya ia ingin menepati ucapannya."

Jerry menoleh ke arah putra keduanya yang sedang menatap hamparan lautan. Anak yang dulunya mudah tersulut emosi kini sudah menjadi pria dewasa yang pendiam.

"Bagaimana kabar istrimu?" tanya Jerry kepada Jason.

"Baik. Sebentar lagi dia akan melahirkan," balas sang anak.

Jerry mengangguk, "Kabari Ayah jika anak kalian sudah lahir, Ayah akan mengunjungi kalian," ucapnya.

Seperti Yuda yang hanya setahun sekali kembali ke tanah air, Jerry juga hanya setahun sekali kembali ke Jakarta untuk mengunjungi makam istrinya. Tinggal di sana hanya akan membuatnya selalu terbayang-bayang dengan kenangan bersama istrinya itu.

Ketiganya sama-sama diam, hanya suara deburan ombak yang mengisi keheningan di sekitar mereka. Hubungan mereka sebenarnya tidak sedekat itu, Trio J lebih dekat dengan sang Ibu. Hal itu karena Jerry yang jarang di rumah karena pekerjaannya.

Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin mereka utarakan, tetapi lagi dan lagi, mereka berusaha menjaga perasaan satu sama lain.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tidak ada perubahan yang signifikan setelah ia meninggalkan kota ini 5 tahun yang lalu. Semuanya masih terlihat sama.

Rencanannya mereka akan berada di Jakarta selama 4 hari, satu hari mereka habiskan untuk beristirahat karena kelelahan setelah perjalanan panjang.

Hari kedua Jingga berencana untuk mengunjungi panti asuhan. Dia tidak mungkin melupakan tempat di mana ia tumbuh besar, tempat ia memiliki teman senasib, tempat di mana belajar untuk menjadi anak yang kuat.

Dia hanya akan pergi dengan Juan dan juga Nathan. Yuda tidak bisa ikut karena harus mengurus sesuatu. Entahlah, ayahnya itu terlihat aneh setelah kedatangannya kemari.

Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam dari hotel tempat mereka menginap, akhirnya mereka sampai juga.

"Ibu, apa kabar?" sapa Jingga kepada Ibu panti yang kini sudah terlihat semakin menua.

Ibu Ratna tampak terkejut dengan kedatangan anak asuhnya dulu, matanya berkaca-kaca, "Kabar Ibu baik, Nak. Bagaimana kabarmu? Ibu kira kau sudah melupakan tempat ini," lirih wanita paruh baya itu.

Jingga segera memeluk Ibu panti yang sudah ia anggap seperti Ibu sendiri, "Maaf, Bu. Maaf Jingga tidak pernah mengunjungi panti beberapa tahun ini," balasnya.

Ibu Ratna mengelus punggung Jingga dengan sayang. "Ibu mengerti, kau pasti sudah bahagia bersama keluara barumu," ucapnya lalu melepaskan pelukannya.

Wanita itu menatap Nathan yang sedang menggendong Juan dengan senyuman. "Aku titip anakku ya, Nak. Aku yakin kau pasti sosok suami yang baik," katanya.

Jingga dan juga Nathan saling bertatapan, siapapun yang melihat mereka pasti akan beranggapan jika keduanya adalah sepasang suami dan istri.

"Dia bukan suami Jingga, Bu," balasnya dengan kikuk. Sedangkan Nathan menanggapinya dengan senyum tipis.

"Ah! Maaf, maaf. Ibu tidak tau," sesal Ibu Ratna dengan menatap Jingga dan Nathan bergantian.

"Siapa namamu anak manis?" tanyanya kepada Juan yang mendusalkan wajahnya di bahu Nathan. Anak itu masih belum terbiasa dengan tempat baru.

"Namanya Juan, Bu," jawab Jingga mewakili sang anak. "Juan, ayo berkenalan dengan Nenek," ucap wanita kepada sang anak.

Jingga mengambil alih anaknya dari gendongan Nathan, kini Ibu Ratna bisa melihat dengan jelas rupa anak itu. Tiba-tiba alisnya mengerut, dia seperti pernah melihatnya. Tapi di mana?

Mereka berbincang cukup lama untuk melepaskan rasa rindu, Juan sudah mau turun dari gendongan dan bermain bersama anak-anak panti yang lain di temani oleh Nathan.

"Begitulah ceritanya, Bu. Sekarang Jingga sudah bahagia dengan kehadian Papa Yuda dan Juan," ungkap Jingga dengan senyum yang tidak luntur, sembari mengingat hari-hari bahagianya bersama orang ia ia sayangi.

Ibu Ratna menatap sendu wanita yang ada di hadapannya, "Harusnya dulu Ibu tidak membiarkanmu di bawa pergi olehnya jika tau berakhir seperti itu," sesalnya.

Jingga menggelengkan kepalanya, "Ibu jangan merasa bersalah. Semua sudah takdir yang digariskan oleh Tuhan."

Telapak tangan yang sudah tampak keriput itu mengelus pipi Jingga dengan sayang. "Di manapun kamu berada, Doa Ibu selalu menyertaimu," ucapnya dengan senyum tulus.

Ibu Ratna adalah seorang wanita yang tidak bisa memiliki anak, karena suatu kejadian rahimnya harus di angkat saat masih muda. Maka dari itu dia mendirikan panti asuhan untuk menampung dan merawat anak-anak kurang beruntung.

Tidak ada yang tau sampai kapan usia seseorang, jadi dengan berat hati ia sudah menyerahkan panti ini kepada orang yang mampu dan mau untuk merawat anak-anak yang ada di sana.

Hari sudah sore, ketiganya sudah kembali ke hotel tempat mereka menginap. Yuda masih belum kembali karena urusan, dan besok adalah hari ulang tahun ibunya.

Malam ini Juan sedikit rewel karena tidak bisa bermain secara bebas di dalam kamar hotel. Maka dari itu Jingga membawanya berjalan-jalan di taman yang lokasinya dekat dengan tempat mereka menginap.

"Mama! Es Klim," celetuk bocah kecil itu. Jemari kecilnya di genggam oleh Ibunya, mereka berjalan beriringan di taman yang tidak begitu ramai.

"Sudah malam. Besok saja, ya," balas Jingga dengan lembut. Tiba-tiba langkah anaknya berhenti, dan dia juga ikut berhenti.

Juan menatap Ibunya dengan mata bulatnya yang sudah siap menumpahkan air mata. "Es klim!" ucapnya dengan bibir yang mengerucut.

Tatapan itu, sangat mirip dengan ayahnya saat menatap Jingga kala meminta maaf padanya dulu. Wanita itu menggelengkan kepalanya untuk mengusir kenangan lama.

"Baiklah. Kau mendapatkan apa yang kau mau," ucapnya dengan mencubit pelan pipi tembam anaknya.

Akhirnya Jingga membawa anaknya ke salah satu minimarket yang ada di seberang taman. Dia menggendong Juan dan langsung mengambil es krim yang di minta oleh anaknya dan membawanya ke kasir.

"Jingga?"

Panggil seseorang yang ada dibelakang wanita itu. Dia sedang mengantre untuk membayar. Jingga menolehkan kepalanya dan mengerutkan keningnya.

"Benar, kamu Jingga," celetuk orang itu lagi. Senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Apakah kita saling mengenal?" tanya Jingga kepada wanita yang sedang hamil besar di hadapannya.

Wanita itu fokus menatap anak kecil yang berada di gendongan Jingga. "Dia anakmu?" tanya wanita itu tanpa menjawab pertanyaan Jingga sebelumnya.

Jingga mengangguk samar, "Maaf, apa kita saling mengenal sebelumnya?" tanyanya sekali lagi.

Wanita itu mengangguk pelan, "Aku seniormu dulu. Mungkin kau tidak mengenalku, tetapi aku sangat mengenalmu," jawabnya dengan tangan yang mengelus perut buncitnya.

"Ah! Saya tidak tau," balas Jingga. Sekarang sudah gilirannya untuk membayar, jadi dia berpamitan dengan wanita yang mengaku sebagai seniornya itu.

"Maaf saya duluan," ucapnya di iringi senyum tipis. Dia benar-benar tidak tau siapa wanita di hadapannya. Lagipula dia kuliah hanya sampai satu semester.

Jingga segera membayar dan pergi dari sana. Tanpa ia tau wanita tadi sudah memotretnya secara diam-diam.

Wanita yang tengah berbadan dua itu segera mengirimkan foto tersebut kepada suaminya, yang tak lain adalah Jason.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!