NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Cerai / Penyesalan Suami / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Kisah ini mengisahkan kehidupan rumah tangga yang tidak lazim, di mana sang istri yang bernama Rani justru menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, Budi, adalah seorang pria pemalas yang enggan bekerja dan mencari nafkah.

Rani bekerja keras setiap hari sebagai pegawai kantoran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara itu, Budi hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti menonton TV atau bergaul dengan teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Keadaan ini sering memicu pertengkaran hebat antara Rani dan Budi. Rani merasa lelah harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga seorang diri. Namun, Budi sepertinya tidak pernah peduli dan tetap bermalas-malasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 26 kembali dari awal

Budi terbangun dengan semangat baru yang membuncah di dadanya pagi itu. Hari ini menandai awal dari perubahan besar dalam hidupnya setelah sekian lama terbelenggu dalam kemalasan. Pria itu bertekad untuk melangkah maju dan meninggalkan masa lalu yang suram di belakang.

Ditenggaknya secangkir kopi panas yang telah disiapkan Rani sembari mematut dirinya di cermin. Ada kilatan semangat dalam sorot matanya yang sudah lama tidak terpancar. Budi merasakan kembali bara api tekad yang dulu kerap membakar semangatnya saat masih muda.

"Kau siap, Bud?" tanya Rani yang baru saja keluar dari kamar. Wanita itu tampak cerah dan jauh dari raut lelah yang biasa menghiasi wajahnya.

Budi mengangguk mantap. "Sangat siap, Ran. Kali ini aku benar-benar akan memulai segalanya dari awal."

Setelah mencium kening istrinya, Budi melangkah ke luar rumah dengan langkah mantap. Kali ini tujuannya sama sekali berbeda dari hari-hari sebelumnya yang ia habiskan dengan bermalas-malasan. Kali ini Budi bertekad mencari pekerjaan, mencari penghidupan seperti yang seharusnya dilakukan seorang kepala keluarga.

Dengan segenap semangat dan keyakinan baru, Budi menjejakkan kakinya untuk memulai pencarian pekerjaan yang tak mudah. Namun ia bertekad akan mencoba sekuat tenaga hingga berhasil menemukan pekerjaan yang layak.

Berkeliling mencari lowongan, melamar ke berbagai tempat, menghadiri wawancara demi wawancara. Budi melakukannya semua dengan tekad membara. Meski beberapa kali menghadapi penolakan, ia tidak patah semangat dan tetap berusaha.

Sepanjang prosesnya, Budi selalu mengingatkan dirinya sendiri akan tekadnya untuk memulai hidup dari awal. Mengusir bayangan kemalasan yang dulu membelitnya, dan melangkah maju demi masa depan keluarga kecilnya bersama Rani.

Perjuangan keras Budi akhirnya membuahkan hasil tak lama kemudian. Sebuah perusahaan mengontraknya untuk menjadi staf di bagian pemasaran. Meski tidak seglamor pekerjaan yang pernah ia raih, tetapi bagi Budi itu sudah lebih dari cukup untuk memulai kehidupan barunya dari awal.

"Ini baru awal, Ran. Awal dari perjuanganku untuk menapaki masa depan yang cerah bersamamu," ujar Budi penuh semangat kala itu. Rani pun memeluknya dengan hangat, turut bahagia melihat suaminya bangkit dari kemalasannya. Kini keduanya bersama-sama melangkah dari awal lagi untuk meraih kebahagiaan sejati dalam rumah tangga mereka.

Hari-hari awal bekerja di perusahaan barunya sungguh melelahkan bagi Budi. Rutinitas yang lama terlupakan kini harus dihadapinya kembali. Bangun pagi, bersiap ke kantor, menghadiri rapat, mengerjakan laporan, hingga pulang larut malam dengan tubuh remuk redam.

Namun di balik kelelahan itu, Budi justru menemukan rasa puas yang tidak pernah dirasakannya selama bermalasan dulu. Ia bangga pada dirinya sendiri yang kini benar-benar bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga.

Memasuki rumahnya yang sederhana, Budi selalu disambut senyum lembut Rani. Sorot mata istrinya itu seakan memberikan kekuatan baru baginya untuk terus bertahan dan berusaha.

"Bagaimana harimu, Bud?" tanya Rani sembari menyiapkan makan malam.

Budi menghempaskan tubuhnya di sofa dengan lega. "Melelahkan, tapi aku bahagia, Ran. Rasanya seperti aku benar-benar hidup lagi."

Rani tersenyum mendengar jawaban itu. Sudah lama ia tidak melihat pancaran semangat dari wajah Budi seperti itu. Perjuangan keras suaminya untuk memulai hidup dari awal benar-benar membuahkan perubahan positif.

Seusai makan malam, keduanya berbincang-bincang santai seperti yang sering mereka lakukan di masa-masa awal berumah tangga dulu. Tawa lepas menggema di ruangan itu, sesuatu yang nyaris terlupakan selama kemelut kemalasan Budi.

"Aku berjanji akan terus berusaha, Ran. Dengan jerih payahku sendiri, aku ingin memberikan kehidupan yang lebih layak untukmu," ujar Budi tulus.

Rani mengangguk mengiyakan. "Aku selalu ada di sisimu, Bud. Jangan pernah lengah dari tekadmu itu ya?"

Keduanya lalu berpelukan erat, terikat dalam ikatan cinta yang kembali terpupuk. Sebuah pelukan yang menyalurkan harapan untuk meraih kebahagiaan dan kedamaian dalam rumah tangga setelah sekian lama menghadapi badai kemelut.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Budi terlelap dengan senyum mengembang di wajahnya. Ia telah kembali dari awal, menapaki jejak menuju impian hidupnya yang sempat tertunda akibat kemalasan. Dan kali ini ia bertekad untuk terus menapaki jejak itu bersama Rani hingga akhir hayatnya.

Minggu demi minggu berlalu dengan Budi yang setia menekuni pekerjaannya. Ia bangkit pagi-pagi sekali, berangkat ke kantor sebelum matahari terbit, lalu pulang kala langit sudah menggelap. Rutinitas padat itu terkadang membuatnya kelelahan, tetapi Budi tidak pernah mengeluh sedikitpun.

Rani selalu siaga menyambut kepulangan Budi dengan senyum hangatnya. Melihat kerja keras suaminya semakin membangkitkan rasa bangga dalam diri Rani. Betapa beruntungnya dia memiliki Budi yang akhirnya bangkit dari kemelut kemalasannya.

"Kau pasti sangat lelah, Bud," ucap Rani seraya memijat pundak Budi yang kaku.

Budi mengangguk dengan raut wajah kepayahan. "Tapi ini semua tak ada artinya dibanding rasa puas bisa mencari nafkah dengan keringatku sendiri."

"Aku menghargai setiap perjuanganmu, Bud. Berjanjilah untuk selalu menjaga semangatmu seperti ini," balas Rani tulus.

Usai makan malam sederhana, keduanya menghabiskan malam dengan menonton televisi sambil bercengkerama ringan. Suasana yang sudah lama tidak mereka rasakan hingga hampir terlupakan. Namun kini dengan Budi yang kembali memulai hidup dari awal, momen-momen yang dulu sempat hilang kini bisa kembali mereka rasakan.

Di penghujung malam, Budi mendekap Rani dalam pelukannya yang hangat. Membisikkan kata-kata sayangnya pada sang istri tercinta.

"Terima kasih, Ran. Berkatmu aku bisa bangkit dari keterpurukan. Akulah yang beruntung memilikimu di sisiku," bisik Budi tulus.

Rani hanya membalas dengan senyuman bahagia. Dirasakannya kembali kehangatan cinta yang sempat membeku di antara mereka mulai mencair. Ikatan keluarga yang hampir hancur kini perlahan tersatukan kembali oleh tekad Budi memulai hidup dari awal.

Malam itu mereka terlelap dengan senyum bahagia terkembang di wajah. Meninggalkan segala penderitaan di masa lalu dan menatap masa depan cerah yang menanti dengan penuh harapan. Sebuah awal baru dalam kehidupan rumah tangga yang kini telah benar-benar bangkit dari keterpurukan.

Bulan demi bulan berlalu sejak Budi memulai lembaran barunya dengan bekerja. Perlahan tapi pasti, perubahan nyata mulai terlihat dalam kehidupan keluarga kecil itu. Bukan hanya dari segi finansial, tetapi juga dari segi hubungan Budi dan Rani yang kian membaik.

Kini Budi tak lagi sekadar pegawai biasa di kantornya. Berkat kerja kerasnya, ia mulai mendapat kepercayaan untuk menangani proyek-proyek penting. Hal itu membuat penghasilannya turut meningkat, meski belum sepenuhnya mencukupi untuk hidup lebih dari sekedar layak.

Meski begitu, Rani tak pernah mengeluh sedikitpun. Keberadaan Budi di sisinya, membagi beban bersama untuk menghidupi keluarga, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia.

"Lihat, Bud? Jerih payahmu selama ini tak sia-sia. Kita semakin dekat dengan impian untuk hidup lebih baik," ujar Rani suatu malam seusai membayar tagihan bulanan.

Budi mengangguk dengan senyum mengembang. "Ini baru awal, Ran. Masih ada banyak yang harus kuperjuangkan untuk mencapai puncak kesuksesan."

Rani memeluk suaminya dengan hangat. "Aku akan selalu mendukungmu, Bud. Seperti dulu saat kita memulai semuanya dari awal."

Mengingat kembali masa-masa awal kehidupan mereka, Budi merasakan haru menyelimutinya. Betapa indahnya bisa merajut kembali ikatan keluarga yang sempat retak oleh kemelut kemalasan dirinya.

Kini setiap malam sebelum terlelap, Budi selalu mengingat kembali tekad awalnya untuk memulai segalanya dari awal. Tekad yang berhasil menariknya dari lubang kegelapan menuju cahaya kehidupan baru yang lebih cerah.

"Terima kasih, Ran. Engkaulah cahaya yang selalu menerangi jalanku untuk terus melangkah maju," bisik Budi di pelukan Rani.

Sang istri membelai rambutnya dengan lembut. "Dan kaulah kebahagiaanku, Bud. Asal kau terus berada di sisiku, aku yakin kita bisa menggapai apapun yang kita impikan."

Ikatan cinta itulah yang menjadi kekuatan Budi untuk terus mengukir kisah baru dalam hidupnya setelah memulai segalanya dari awal. Dengan Rani di sisinya, Budi yakin langkahnya menuju puncak kesuksesan akan semakin mantap dan pasti.

1
Almaa
deep bgt thor👀
HRN_18
🔥🔥🔥🔥
Diamond
Jalan ceritanya keren abis.
Oralie
Author, kapan mau update lagi nih?
HRN_18: sabar ,😩
total 1 replies
SugaredLamp 007
Menghanyutkan banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!