Srita(Cinta Manis Berakhir Miris)

"Masih lama gak No?!capek banget nih!."

Ucap Haras dengan nafas yang tersengal.Seumir hidupnya,baru kali ini ia berjalan kaki sejauh ini.Selama ini ia terbiasa kemanapun naik kendaraan,mau itu jarak dekat atau jarak jauh.

"Ah sia*!mimpi apa gua semalam..kenapa nasib gua jadi malang banget kayak gini.."

Gerutu Haras.

Ratno tak perduli dengan ocehan Haras,meski sesekali ia harus menahan tawa mendengar Haras yang terus mengeluh itu.

Ia terus berjalan menyusuri perkebunan.Ia bahkan mempercepat langkahnya,sehingga membuat Haras pontang-panting mengimbangi langkah kaki Ratno itu.

"Eh No!lu emang bener-bener ya..awas lu!urusan kita belum selesai!tunggu lu!."

Ancam Haras yang kesal karena Ratno tak berhenti barang sejenak,sedang ia merasa sangat letih dan haus juga.

Ratno tertawa cekikikan,kali ini ia tak tahan mendengar Haras mengumpati dirinya.Ratno sebenarnya merasa kasihan pada Haras,tapi ia tak punya pilihan.Ia harus secepatnya sampai di kebun Pak Sasto, Bapaknya Srita.Bukan semata karena agar ia dan Haras bisa di antar pulang oleh Pak Sasto,tapi selain dari itu ia sedang menghindari anak buah Jeki yang mungkin saja akan membuntuti mereka.Sebab, kelihatannya tadi Jeki merasa kesal pada Haras.Bisa saja ia memerintahkan anak buahnya untuk melakukan hal buruk pada Haras.Ratno takut hal itu terjadi.Itulah sebabnya ia terus berjalan tanpa berhenti walau sejenak saja.

Dan setelah beberapa lama berjalan, akhirnya Ratno dan Haras sampai juga di kebun milik Pak Sasto.Kebun itu tak begitu luas,di kebun itu di tumbuhi beberapa pohon mangga,dan juga pohon kelapa,serta beberapa batang pisang.

Ratno celingukan,ia jadi khawatir kalau sampai pak Sasto tak ada di kebun.Usahanya jadi sia-sia,dsn ia juga pasti akan diomeli Haras habis-habisan.

"Ada gak orangnya?."

Tanya Haras yang langsung duduk di atas akar pohon mangga yang menjulur di atas tanah.

"Belum tau Mas?."

"Apa??!!."

"Belum tau..apa maksud lu No?!."

"Jadi..lu sendiri gak tau tu orang yang lu cari ada apa enggak..?emang dasar lu ye!."

Haras kian kesal pada Ratno, bagaimana bisa setelah berjalan lumayan jauh untuk meminta bantuan,ternyata setelah tiba di tempat yang dituju justru orangnya tak ada.

"Hei!!!siapa itu?!!."

Ratno dan Haras terkejut saat mendengar ada orang yang berteriak dari jauh.

Mereka celingukan mencari sumber suara tersebut.

Ratno sumringah,ia seperti mengenal suara orang itu.

"Pak lek Sasto ya?!."

Tanya Ratno yang juga dengan berteriak.

"Iyo,siapa disana?!."

"Ratno Pak lek!!."

Jawab Ratno semangat setelah tahu siapa orang yang berteriak tadi.

"Tuh,kan Mas saya bilang juga apa.."

"Emang lu bilang apa?!"

Jawab Haras ketus,ia masih kesal pada Ratno.

"Pasti ada orangnya.."

Jawab Ratno bangga.

Haras hanya mencibirkan bibirnya.Ia tak perduli,ia tetap kesal dengan Ratno atas kejadian yang harus ia alami hari ini.

Tak berselang lama datanglah seorang pria paruh baya dengan pakaian sangat sederhana, selayaknya pakaian yang biasa dipakai orang saat ke kebun atau sawah,lusuh dan juga cukup kotor.

"Oh..Ratno toh!."

Pria itu terlihat ramah saat tahu siapa orang yang berada di kebunnya.

Ratno menyambut pria itu dengan senyum yang juga sama ramahnya, sedangkan Haras tetap duduk dan cuek.Ia tak tertarik dengan interaksi antara Ratno dan Pak Sasto itu.

"Ono opo No,kok tumben datang kesini?."

Pak Sasto rupanya sudah tak sabar ingin tahu tujuan Ratno datang ke kebunnya.

"I..ya Pak lek..itu..saya tadi tersesat.."

Dusta Ratno.

"Hah..tersesat?loh kok iso No?!."

Pak Sasto bingung, bagaimana bisa seorang Ratno yang notabene adalah warga asli kampung ini bisa tersesat.

"Iyo Pak lek..soalnya tadi..e..saya niat ya ngajak Mas Haras.."

"Oh ya,kenalin dulu..ini Mas Haras..cucunya Kakek Turio."

Ratno baru ingat jika ia datang ke tempat itu dengan Haras.

"Oh..jadi ini cucunya Pak Turio itu?."

Pak Sasto langsung mengulurkan tangannya,Haras menyambut uluran tangan Pak Sasto dengan malas.

"Saya Pak Sasto.."

Pak Sasto mengenalkan diri dengan ramah.

"Haras!."

Jawab Haras datar.

Ratno merasa tak enak melihat sikap dingin Haras itu.

"Maaf Pak lek,Mas Haras ini kayaknya kecapekan,soalnya kita udah jalan cukup jauh tadi ."

Ratno mencoba membuat pengertian pada Pak Sasto,ia takut Pak Sasto tersinggung dengan sikap cuek Haras itu.

"Oh .Ndak apa No.."

Jawab Pak Sasto sambil tetap tersenyum ramah.

"Ya sudah,ayo istirahat di pondok sana!."

Ajak Pak Sasto.

"Oh..bukan begitu Pak lek,ini..aduh piye ya..saya jadi Ndak enak ngomongnya.."

"Ndak enak piye No?emang ada apa?."

Pak Sasto penasaran.

"Saya kesini bukan untuk numpang istirahat..tapi..."

Ratno ragu-ragu,ia takut akan merepotkan Pak Sasto.

"Tapi opo?."

"Tapi..itu loh Pak lek,saya mau minta bantuan.."

"Bantuan?!."

"Iyo.. kira-kira Pak lek bisa ndak ya nganter kita pulang..?."

"Oh..itu.. kebetulan saya juga sudah mau pulang ini No."

"Bener Pak lek?!!."

Ratno girang bukan main saat mendengar ucapan Pak Sasto.

"Wah..ini namanya gayung bersambut Pak lek.."

"Ya sudah,ayo kita pulang sama-sama!."

Ajak Pak Sasto,yang kemudian segera menuju pondok yang berada di tengah kebun.Ia hendak mengambil sepeda motornya yang di parkir disana.

Sedang Ratno masih menunggu di tempatnya semula bersama Haras yang juga tetap duduk di tempatnya.

"Ideku cemerlang,kan Mas..?."

Ratno memuji diri sendiri.

"Gua tetap kesal sama elu!."

Jawab Haras ketus.

"Ya..maaf Mas,tapi yang penting kita bisa pulang tanpa harus capek jalan kaki,kan Mas..?."

"Terus... Srita nya juga gak ada kok Mas,ndak usah takut gitu toh?!."

Goda Ratno.

"Terserah lu,No!gua jengkel banget ma elu!."

Celetuk haras.

Ratno hanya nyengir kuda mendengar ocehan Haras itu.

"Ayo naik!!."

Pak Sasto sudah datang dengan motor butut bersuara cempreng.

Haras memperhatikan motor itu.

"Astaga...sia* banget hidup gua semenjak ada di tempat ini..gua selalu aja ketemu sama hal-hal yang aneh dan membingungkan.."

Gerutu Haras dalam hati.

"Mas,ku duduk di tengah ya?!."

Pinta Ratno.

"Ogah ah!gua yang dibelakang aja!."

Tolak Haras,ia jelas tak mau duduk dihimpit oleh Ratno dan Pak Sasto dengan pakaian kebunnya yang sangat tak menarik itubagi Haras.

Ratno hanya geleng-geleng kepala,ia tahu maksud dari ucapan Haras,meski pemuda tampan itu tak menjelaskannya pada Ratno.Ratno pun segera naik,dan duduk di bagian tengah,sedang Haras menyusul dan duduk di bagian belakang.

Sejurus kemudian,motor pun mulai melaju meninggalkan area kebun.Menyusuri jalanan yang tak begitu luas.

*****