Perjalanan Hidup Nessa Dan Dua Kuntilanak

Rian tersentak ketika Aldo masuk kedalam ruangan nya, Dia begitu terenyuh melihat wajah kusut nya Aldo. Pasti kekasih nya ini menangis terus karena tak terima di putuskan dan di usir dari rumah, Aldo berjalan mendekati pujaan hati nya yang membuang muka karena tak ingin bertatapan dengan mata berkaca kaca tersebut.

"Dedek enggak masalah kalau A'a memang mau suruh pergi, Tapi Dedek mohon jangan akhiri cinta kita." Ujar Aldo berderai air mata.

"Hubungan kita salah, Aldo! Ibu sampai meninggal karena karma perbuatan ku." Sahut Rian perih.

"Itu memang sudah takdir nya, A'a! Pikirian perasaan Dedek juga dong." Aldo memegang tangan Rian.

"Takdir apa yang kau bicarakan? Aku bisa menerima bila Ibu meninggal karena sakit biasa, Tapi dia meninggal dengan cara seperti itu." Bentak Rian.

"A'a tega bentak Dedek?

Aldo tak percaya dengan pendengaran nya barusan, Rian membentak nya dengan kasar. Dia mulai panik mengira pelet nya sudah habis, Ini tidak boleh terjadi. Aldo tak sanggup bila harus kehilangan Rian, Hidup nya hanya untuk Rian seorang.

"Cukup, Aldo! Aku mohon kamu segera pergi dari hidup ku." Rian mendorong Aldo pergi.

"Ini pasti gara gara, Nessa! Dia yang sudah meracuni pikiran kamu kan? Aku tidak akan tinggal diam." Pekik Aldo dengan suara nyaring.

Mata Rian berkilat merah mendengar ucapan Aldi barusan, Bayangan dulu betapa kejam nya Aldo kembali melintas dalam otak nya. Dia tidak bisa membiarkan Aldo melakukan kekejaman itu lagi, Rian tak akan sanggup menahan rasa bersalah itu lagi.

"Jangan macam macam kau, Aldo! Nessa bukan orang sembarangan, Keluarga dia bukan manusia normal." Sentak Rian.

"Kau pikir aku takut! Akan ku lakukan segala macam cara agar kau tetap jadi milik ku, Bahkan akan ku hancurkan dunia ini bila perlu." Geram Aldo penuh amarah.

"Kau gila, Aldo! Menyesal aku punya hubungan dengan mu, Aku tak akan pernah kembali padamu." Tegas Rian.

"Memang nya kamu bisa? Tidak semudah itu aku akan melepaskan mu." Geram Aldo.

Rian menarik nafas berat untuk membuang emosi nya yang terkumpul dalam dada, Rasa sedih karena kematian sang Ibu masih ada. Dan sekarang dia harus melepaskan orang yang ia cintai, Akibat pengaruh pelet nya Also. Cinta Rian itu sama seperti cinta pria kepada wanita, Lalu sekarang tiba tiba pisah dengan cara yang mendadak.

Tentu saja hati nya juga berat, Namun dia juga menyadari bahwa ini perbuatan yang salah bila mereka tetap saling cinta. Mengingat bagai mana dulu Bu Fitri begitu marah setelah mendengar gosip bahwa diri nya adalah gay.

"Aku minta tolong sekali padamu, Mari kita hidup masing masing. Aku masih mau berteman sama kamu, Do. Asal kan kita tak usah punya hubungan, Dan penyakit kita juga semakin parah." Lirih Rian.

"Kalau kamu cuma takut penyakit ini, Kan kita minum obat setiap hari! Tidak bakal terjadi apa apa, Toh aku masih nikmat kan?" Aldo mencengkeram tangan Rian.

"Cukup, Do! Aku tak ingin bersama mu lagi." Rian mendorong Aldo keluar dari ruangan nya.

Tak peduli Aldo yang terus berusaha memberontak ingin masuk, Akhir nya Aldo diam sendiri karena dia pun malu bila sampai di dengar orang satu pabrik, Aldo pergi dengan perasaan yang sangat kesal dan kecewa.

Menyalahkan Nessa yang di duga sudah menghasut Rian, Dia juga menyesali kematian nya Bu Fitri yang jadi merubah sudut pandang Rian, Pokok nya mood nya sekarang sangat tidak bagus.

"Tahu gitu tak usah ku santet saja Mak lampir tua itu! Kok malah jadi gini sih, A'a jadi mau putus." Sesal Aldo dalam ruangan nya.

"Oh ternyata bencong kampret ini to pelaku nya!" Geram Aksara.

"Jangan jangan istri Rian yang dulu tuh dia yang bunuh." Sahut Jati landak.

"Gila sih ini, Aku sungguh tidak menyangka." Aksara geleng geleng kepala.

Pelaku nya memang Aldo karena dia merasa Bu Fitri akan menghalangi hubungan dengan Rian, Karena menyantet Nessa gagal, Maka Aldo pun melancarkan nya juga pada Bu Fitri. Mengira hubungan nya dengan Rian akan semakin erat bila sudah tak ada Ibu nya, Namun Rian malah ingin memutuskan hubungan dengan nya.

...****************...

Menggunakan masker yang berlapis lapis untuk membersihkan kamar Aldo yang sangat bau itu, Karena pembalut penuh dengan feses bercampur dengan darah, Mungkin saja Nessa tak akan nafsu makan bila sudah membersihkan ini nanti karena sangking jijik nya.

"Kalian ngapain pakai masker juga?" Nessa heran melihat teman kunti nya.

"Ikut kamu aja sih, Aku mah enggak lihat." Maharani tak mau melihat pembalut Aldo.

Menahan rasa jijik nya padahal Nessa sudah pakai sarung tangan berlapis juga, Di masukan semua pembalut itu kedalam kantong yang sudah ia siap kan. Sial nya feses itu malah mengenai baju nya Maharani, Sontak saja kuntilanak menjerit jerit.

"Kurang ajar kau, Nessa! Bangsat sialan." Umpatan keluar dari mulut Maharani.

"Ih jorok baju mu, Ran!" Nilam reflek menjauh.

"Maaf, Ran! Aku enggak sengaja loh." Nessa kaget juga karena baju kuntilanak bisa kena feses nya Aldo.

"Bangsat! Mana tempat laundry jauh di sini." Rani membuang baju nya.

"Loh kok telanjang kau! Malu lah, Ran." Nilam tertawa melihat Rani.

"Aku ada baju, Mau pakai daster atau yang lain?" Tawar Nessa.

"Kau pikir dia setan kere, Lihat tuh baju nya bagus lagi." Nilam menujuk Maharani yang sudah bergaun putih cantik.

Nessa begitu takjub melihat Maharani yang sudah cantik kembali, Dia tak mau mendekat karena takut baju nya kena kotoran lagi. Nessa yang masih terus membersihkan dengan menahan jijik nya, Dia akan mencari tahu kenapa Aldo bisa keluar feses nya di pembalut.

"Ini penyakit kan, Nes?" Nilam bertanya kepada Nessa.

"Kurang tahu aku! Tapi kayak nya iya, Itu bukan lobang buat ah uh." Sahut Nessa.

"Sebaik nya kau cek dulu punya Rian itu, Kalau dia kena penyakit nanti kau pun tertular." Saran Maharani yang sedang duduk di meja rias nya Aldo.

Baru saja Maharani berkata demikian, Tiba tiba saja dia merasakan ada getaran pada kaca berkepala leak yang ada juga di kamar nya Aldo. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam kaca itu, Maharani pun memperhatikan nya dengan seksama.

"Kaca ini seperti nya ada sesuatu." Rani memegang kaca tersebut.

"Kau sudah bisa merasakan nya? Apa memang wanita berkerudung merah itu berasal dari kaca." Nessa begitu antusias.

"Menjauh! Ngapain kau dekati aku sambil bawa itu." Bentak Maharani.

Nessa pun tertawa sambil membawa kantong kotoran, Maharani yang sedang serius pun jadi buyar gara gara bau kotoran yang sangat menjijik kan itu.