Raina harus rela menyewakan rahimnya demi membiayai pengobatan putranya yang menderita gagal ginjal pada seorang konglomerat bernama Adry dan istrinya Nita.
Selidik punya selidik ternyata pria itu adalah ayah dari anaknya. Leon akhirnya diperebutkan oleh Adry dan Raina hingga akhirnya Raina mengalah untuk memberikannya seorang bayi lagi asal Leon tidak diambil Adry.
Menukar seorang anak, demi kehidupan satu anaknya yang lain. Akankah seorang ibu tega melakukannya?
Area dewasa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Merasa tersudutkan Raina terdiam di tempatnya. Dia malah tertawa keras membuat Adry tidak mengerti.
"Apanya yang lucu?"
"Apa kau begitu merindukan aku sehingga langsung saja menyentuhku semenjak kemarin?" Mendengar ucapan Raina membuat Adry memicingkan matanya.
"Kau berkata mencintai istrimu tetapi satu hari bersamaku saja kau menciumku, sedangkan sekarang ini yang kau lakukan ... ?" Raina mencoba bermain kata-kata dengan Adry karena hanya itu kemampuan wanita.
Adry lalu melepaskan kedua tangan Raina yang dia pegang dan menjatuhkan diri di sisi Raina.
"Aku hanya ingin kau jujur," akunya.
"Sejak kapan kau menyadari hal ini?" tanya Raina.
"Sejak awal aku bertemu dengannya," jawab Adry.
"Jika kau sudah tahu dari awal mengapa kau harus menikahiku?" tanya Raina.
"Agar hidupmu terjebak bersamaku dan mengikatmu adalah pilihan yang tepat."
"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah tahu Leon adalah anakmu?"
"Aku akan merawatnya hingga sembuh."
"Only that?"
"Tidak, aku ingin mendaftarkannya sebagai anak kandungku," ujar Adry.
"Dan mengambilnya dariku! Aku tidak akan menerimanya, aku yang hamil anak itu dan membesarkannya selama ini, kini kau datang tiba-tiba untuk merampasnya. Ini tidak adil!" seru Raina.
"Kita bisa merawatnya bersama, kau bisa tinggal bersama orang tuaku dan membesarkan Leon. Kau akan punya segala yang kau butuhkan."
"Dan menjadi istri keduamu? Ha... ha ... kau bercanda? Tanyalah pada istrimu, dia menyetujui hal ini atau tidak? Kau jangan egois hanya memikirkan dirimu sendiri!"
Adry lalu memiringkan tubuhnya dan menghadap Raina. Satu tangannya dia gunakan untuk menyangga kepala. Jarinya menyentuh pipi hingga bibir Raina.
"Pilihannya adalah kau mengikuti rencanaku atau kau berpisah dari anakmu!" ucap Adry.
"Karena itu kau membawaku kemari, agar aku tidak bisa pergi kemanapun? Sangat pintar dan licik!" geram Raina hendak bangun namun di cegah oleh Adry.
"Kau belum menjawabnya!"
"Aku tidak akan menuruti semua perkataanmu!" ujar Raina menepis kuat tangan Adry. Dia lalu berjalan meninggalkan kamar tetapi belum sampai dia keluar Adry mengatakan satu hal yang membuatnya membalikkan tubuh.
"Leon hanya bisa bertahan enam bulan lagi jika kau masih keras kepala dengan egomu. Kondisinya sedang tidak stabil maka dari itu dia ditidurkan untuk sementara waktu. Pilihanmu hanya itu, jika kau mau Leon selamat!"
"Apakah kau akan tega pada anakmu sendiri?" tanya Raina.
"Kau yang tega jika menolaknya. Aku sudah menawarkan hal terbaik untuknya tetapi jika kau bersikeras mau membawanya pulang kembali ke negaramu, aku bisa apa? Entah nanti dia bisa bertahan hidup atau tidak di negaramu."
"Kau Bre***ek!" Raina lalu keluar dari pintu dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Sesampainya di kamar Raina duduk di pinggiran tempat tidurnya. Memikirkan semua perkataan Adry. Menangis dia sudah lelah melakukannya namun air matanya tidak bisa dia tahan sedari tadi. Frustasi dan putus asa, dua hal itu yang dia rasakan kini. Berdiri sendiri tanpa ada yang menemani.
Pikirannya selama ini memang benar, jika Adry sampai tahu Leon adalah anaknya maka pria itu akan mengambil anak itu darinya. Dia tidak bisa membiarkan hal itu. Namun nyawa Leon saat ini berada di ujung tanduk. Jika dia egois, nantinya dia juga akan membuat Leon tersiksa dengan penyakit itu dan akhirnya pergi meninggalkannya.
Hatinya merasa perih, sakit, dan marah. Marah terhadap keadaan yang tidak berpihak padanya. Adry dia pria yang sangat licik, dia memanfaatkan keadaan ini untuk kepentingannya. Istrinya tidak bisa memberikan dia anak sehingga dia ingin merebut Leon darinya. Dirinya hanya dianggap sampah tidak berharga dibuang setelah mendapat apa yang dia mau.
Ya, apa yang dia mau. Dia ingin anak. Bukan berarti harus Leon. Dia hanya butuh penerus dan pewaris untuk keluarganya.
Raina menyeka air matanya dan berjalan lagi dengan tegap ke kamar Adry. Dia langsung membuka kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Di saat itu, Adry sedang mengenakan kemejanya dan belum dia kancing.
"Apa kau setuju dengan tawaranku? Tetap menjadi istriku atau lepaskan Leon?"
"Bukankah kau butuh anak hanya untuk meneruskan kekayaanmu ini?'' ucap Raina dengan nada menyindir.
"Ya, aku membutuhkan Leon untuk meneruskan semua yang aku miliki," balas Adry menatap Raina untuk menebak apa yang akan dilakukan oleh wanita itu.
"Aku bertanya tentang anak?" ucap Raina. Adry maju mendekat ke arahnya.
"Apa maksudmu?"
Raina menengadah karena tubuhnya hanya sebatas bahu pria itu. Dia nampak ragu untuk mengatakannya.
"Aku tidak bisa hidup tanpa Leon, kau pasti tahu hal itu," kata Raina lemah dengan suara bergetar. Adry mengangguk.
"Aku pun tidak bisa menyakiti wanita lain dengan menjadi duri dalam pernikahan kalian."
"Kau hanya akan membesarkan Leon dan ..."
"Bukankah itu egois, kau mengurungku dengan hidup bersama keluargamu, sementara kau sendiri hidup bahagia bersama istrimu!"
Adry mengacak rambutnya dengan kasar. Mengapa mengatakan semuanya terasa salah untuk wanita itu. Dia lalu merenggangkan kedua tangannya.
"Lalu apa mau mu, kau ingin aku merawat Leon hingga sembuh lalu membawanya pergi dariku! Bukankah itu juga terdengar egois?" emosinya mulai naik.
Raina menarik salah satu sudut bibirnya ke samping.
"Kita kembali kesepakatan awal, aku akan hamil anakmu dan memberikannya sebagai ganti Leon?"
"Raina anak bukan mainan!"
"Itu yang mau kukatakan jika anak bukan mainan yang bisa kita perebutkan. Dia juga punya hati dan pikiran. Kau pikir jika aku hilang dari hidup anak itu, kau bisa hidup bahagia bersama Nita dan Leon?" nada bicara Raina mulai naik.
"Ya! Di satu sisi aku menyayangi Leon dan di sisi lain aku tidak bisa menyakiti Nita karena dia telah bersamaku selama dua belas tahun ini."
"Aku seperti ganjalan bagi kehidupan kalian, begitu kan pikirmu dan ingin menyingkirkanku! Sungguh menyedihkan sekali!"
"Huft!" Raina mengeluarkan nafas keras. Dadanya sudah mulai terasa sesak dan nyeri. Menahan keras air matanya agar tidak keluar walau penglihatannya sudah mulai buram.
Dia lalu menatap pria di depannya dan mencoba tersenyum walau itu terasa sangat sulit. Mencoba merangkai kata yang tepat agar pria itu paham apa yang dia katakan dan menyetujuinya. Tenggorokankannya terasa sulit untuk mengatakan apa yang ada dalam pikirannya karena itu tidak sesuai dengan yang ada dalam hati.
"Aku tahu kau tidak bisa berpisah dari istrimu dan tidak ingin menyakitinya, bagimu dia adalah hidupmu. Hal sama pun kurasakan pada Leon, dia adalah nafas dan jiwaku. Aku sangat berterima kasih jika kau mau merawat Leon hingga sembuh namun aku tidak bisa berpisah dengannya," ungkap Raina parau dan terdengar menyayat hati.
"Sekarang dengarkan yang kukatakan. Aku tidak akan memberi batasan padamu jika kau ingin bertemu Leon, hanya saja biarkan dia hidup bersamaku."
"Namun, ...."
"Tunggu dulu aku belum menyelesaikan ucapanku. Nita akan terluka jika tahu kita pernah menjalin hubungan singkat, dia merasa dipermainkan olehmu, percaya padaku. Biarkan ini tetap jadi rahasia kita. Untuk ganti Leon, ... " kata Raina terhenti karena dadanya merasa sangat sesak untuk mengatakannya. "Aku akan memberikan Leon baru untukmu yang mungkin lebih sempurna dan sehat." Tangis Raina pecah seketika.
Haruskah dia menukar seorang anak dengan anak lain?