🏆Juara Satu Fiksi Modern Jalur Kreatif
Bagaimana jadinya, jika seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, harus di penjara hingga 12 tahun lamanya?
Padahal pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepada orang orang yang menuduhnya. Dia di Fitnah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Atas kasus pembunuhan seorang pemuda yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Lalu apa yang selanjutnya pria bernama Jo itu lakukan? Setelah dinyatakan bebas dari hukuman yang dia jalani? Mampukah Jo menemukan para dalang yang sudah memfitnah nya dengan sangat keji?
Dan nilah perjuangan Jo.Yang Dinobatkan sebagai seorang mantan Narapidana yang melekat sampai akhir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilham risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog, Perkenalkan Pemeran
Pagi itu suasana begitu tenang. Seperti biasa, keluarga kecil nan miskin terlihat tengah bersiap siap, untuk melakukan kegiatan mereka masing masing.
Begitu juga dengan seorang pemuda yang bernama Jo. Dia baru saja selesai mengenakan pakaian sekolahnya dan langsung bergegas memakai sepatu yang sudah lekang.
Jo adalah anak sulung dari pasangan suami istri yang bernama ibu Siti dan juga pak Imran. Mereka berdua bekerja sebagai pencari butut alias pencari barang barang bekas.
Jo sendiri mempunyai adik perempuan yang sudah duduk di kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. Dan adiknya bernama Nadia. Bersekolah tak jauh dari sekolah nya, sehingga setiap harinya mereka berdua akan pergi bersama sama menuju ke sekolah.
Setelah selesai memakai sepatu, Jo pun memanggil adiknya Nadia. Hari ini adalah hari terakhir Jo akan mengikuti ujian akhir semester. Dan itu artinya sebentar lagi Jo akan tamat dari sekolah SMA nya itu.
"Adik...! Apakah kau sudah siap?" tanya Jo sedikit berteriak.
"Iya sudah kak, ayo." ajak Nadia tersenyum manis menatap kearah kakaknya.
Mereka berdua sudah berpamitan kepada bapak dan ibu yang masih sibuk sarapan. Setelah itu Jo menaiki sepeda mini sambil membonceng adiknya menuju ke sekolah mereka masing-masing.
Perjalanan menuju ke sekolah menghabiskan waktu satu jam lamanya. Sehingga pagi pagi sekali mereka berdua harus sudah bergegas membelah jalan raya yang terasa dingin dan masih gelap.
Jo yang menyadari tangan adiknya menggigil langsung menyuruh adiknya itu untuk memasukkan tangannya di saku celana Jo.
"Adik. Simpanlah tanganmu di saku celana dan saku jaket yang kakak kenakan. Pagi ini masih terlihat gelap dan dingin. Sepertinya akan segera turun hujan." titah Jo sambil mempercepat laju bersepeda nya.
Nadia mengikuti perintah dari kakaknya, dia memasukkan tangannya dan memeluk pinggang Sang kakak erat.
Nadia tahu kalau kakaknya saat ini sudah sangat kelelahan. Tapi tidak mungkin Kakaknya mau, kalau dia yang bergantian mengayuh sepeda. Jo sendiri adalah seorang pria yang tampan dan juga gagah. Tubuhnya tegap dan hidungnya sangat mancung. Begitu juga dengan Nadia. Walaupun mereka miskin, tapi mereka mempunyai paras yang sangat cantik dan rupawan.
Bahkan tak jarang di sekolah, Nadia disukai oleh banyak teman laki laki yang ada di sekolah, tapi Nadia tidak memperdulikan mereka semua.
Begitu juga dengan Jo. Andai Jo adalah anak orang kaya, pasti dia akan menjadi seorang pria paling populer di sekolah tersebut, tapi tentu saja itu semua tidak akan mungkin terjadi.
Karena Jo hanyalah seorang anak miskin yang mengendarai sepeda setiap harinya. Bahkan tak jarang Jo selalu menjadi bahan bullyan para teman temannya. Tapi Jo tidak pernah memperdulikan mereka semua. Bagi Jo, dia hanya ingin bersekolah sampai selesai, setelah itu Jo akan mencari pekerjaan menggunakan ijazah SMA yang dia miliki.
Hingga tanpa terasa, mereka berdua sudah tiba di sekolah milik adiknya Nadia. Dan dengan cepat Nadia turun lalu mencium tangan kakaknya itu.
"Kak! Terimakasih ya sudah mengantarkan Nadia." ucap Nadia tersenyum menatap Jo.
"Iya, sekolah yang bener ya dik. Nanti siang seperti biasa kakak jemput." ucap Jo sambil mengelus kepala adiknya gemas.
Mendapat kepala nya di elus, Nadia sedikit cemberut. Karena rambutnya yang sudah rapi menjadi berserakan kembali.
"Kakak! Jangan serak rambutku." sarkas Nadia tidak suka.
Jo tersenyum senang. Dia memang suka menjahili adiknya yang sangat cantik itu. Jo berjanji akan menjaga adiknya sampai kapanpun.
"Iya maaf. Abisnya kamu gemesin banget. Ya sudah sekarang cepat masuk. Jangan keluar dari gerbang. Langsung duduk di kelas aja."
"Okey kak, aku pergi dulu kak." pamit Nadia kepada kakaknya.
Dan setelah memastikan adiknya masuk ke dalam pekarangan sekolah, Jo kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah tempatnya menimba ilmu.
Sekolah Jo berada di samping sekolah Nadia. Setelah memarkirkan sepedanya di tempat parkiran paling ujung, Jo pun bergegas menuju ke arah ruangan kelas.
Tanpa Jo sadari, jika sedari tadi sudah ada empat orang pemuda yang bersembunyi di balik pagar bunga sambil menatap kepergian dirinya.
"Akhirnya mangsa kita tiba juga. Pokoknya, kali ini kita harus berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan." ucap seorang pria yang berpakaian sama seperti yang Jo kenakan.
Mereka berempat adalah anak anak Sultan di sekolah tersebut. Dan salah satu pemuda itu adalah bos dari ketiga pemuda yang lainnya.
Dia bernama Marvel. Marvel sendiri sangat menyukai adiknya Jo yaitu Nadia. Tapi Jo selalu melarang keras, pemuda itu mendekati adiknya.
Jo tidak akan sudi membiarkan para bajingan seperti mereka mendekati adiknya yang polos dan juga masih belia.
Setelah memastikan Jo menghilang dari pandangan mereka. Dengan gerakan cepat. Marvel memerintahkan ketiga teman nya untuk membocorkan kedua ban sepeda milik Jo.
"Cepat bocorkan ban sepedanya. Jangan sampai kalian gagal lagi. Kali ini aku ingin merasakan nikmatnya gadis belia itu. Sebelum aku benar-benar lulus dari sekolah ini. Dan harus pergi kuliah keluar negeri." titah Marvel kepada ketiga teman nya.
Teman Marvel bernama Dimas, Andre dan juga Kenzo. Mereka langsung bergegas melakukan apa yang bos mereka perintahkan.
Hingga tepat bel berbunyi, mereka berempat meninggalkan tempat tersebut. Rasanya Marvel sudah tidak sabar ingin segera melakukan rencana jahat yang ada di dalam otaknya.
**
Dan beberapa jam kemudian, ujian sudah selesai dilakukan. Para murid kelas tiga berhamburan keluar dari kelas mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Begitu juga dengan Jo. Dia terlihat berjalan tergesa gesa karena takut kalau Sang adik akan menunggu di depan pagar sekolah.
Namun baru saja hendak menuruni anak tangga. Tiba-tiba Jo dikejutkan oleh panggilan seseorang gadis cantik yang bernama Clara.
"Jo tunggu!" sapa Clara kepada Jo.
Dengan terpaksa Jo menghentikan langkahnya dan berbalik arah menatap gadis cantik tersebut.
Sedangkan di depan ruang kelas, Marvel dan ke-tiga teman temannya baru keluar dari dalam kelas dan melirik sinis kearah mereka berdua.
"Minggir! Ini sekolah bukan tempat pacaran. Dasar tidak punya etika. Udah miskin sok belagu lagi." sindir Marvel sambil menabrak lengan bahu Jo.
Setelah itu mereka berempat langsung melewati Jo dan turun dari atas tangga. Jo hanya diam memasang wajah datar.
Bukan saatnya lagi memperdulikan ejekan dari mereka semua. Karena Jo sadar, bahwa saat ini dia sudah beranjak dewasa. Setelah itu tatapan mata Jo mengarah tajam ke wajah Clara yang terdiam kaku melihat dirinya.
"Ada apa? Aku tidak mempunyai banyak waktu." tanya Jo bernada dingin.
"Jo..! Aku, aku ingin bertanya. Apakah setelah lulus sekolah, kau akan melanjutkan kuliah?" tanya Clara dengan nada terbata bata.
Mendengar pertanyaan dari Clara membuat wajah Jo seketika berubah memerah. Apakah gadis ini sengaja ingin merendahkan dirinya?
"Kenapa kau bertanya tentang hal itu? Sedangkan kau sudah tahu Jawaban nya bukan! Sekarang aku harus pergi. Ingat! Jangan mencampuri urusan pribadi ku. Karena kita tidak selevel."
Degghhh...
Melihat Jo membalikkan tubuhnya dan berlalu meninggalkan dirinya, membuat Clara meneteskan air mata.
Sungguh..! Perasaan yang ada di dalam hatinya ini benar-benar membuat dirinya merasa sangat sesak.
"Hiks... hiks... Mengapa kau begitu dingin Jo. Aku bahkan tidak berani untuk mendekati dirimu." gumam Clara menangis pilu.
padahal sebelumnya diakan udah yakin pasti org tuanya bakal mengenalinya