Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Hima meninggalkan showroom setelah berpamitan dengan Afit. Dia tak menyangka bertemu dengan suami Venti. Mungkin tak ada masalah bertemu dengannya. Hanya saja, pertemuan itu kembali mengingatkannya pada alm Nanda.
Mereka sering pergi berempat ke mana-mana jika sedang ada kesempatan. Atau kalau tidak, mereka berkumpul di rumah orang tua Nanda.
Hima berjalan ke arah gudang sambil melamun. Tapi tiba-tiba ada yang menghalanginya. Hima pun terpaksa berhenti.
"Ada apa mba?", tanya Hima pada gadis cantik yang tak lain SPG depan.
"Lo demen banget tebar pesona ya? Sok kecantikan banget sih!", katanya. Hima mengernyitkan alisnya dan setelah itu mendesah pelan.
"Apa lagi sih mba....ya Allah. Udah ya, aku mau ke gudang!", kata Hima.
"Lo kenapa sih Ma. Hobi banget cari muka? Udah tahu tugas Lo di gudang, malah sok-sokan ikut di showroom. Pake acara ngobrol-ngobrol sama konsumen lagi."
"Jadi karena itu?", tanya Hima. Dua SPG itu melipat kedua tangannya di perut mereka. Mereka memang tinggi semampai tak seperti Hima yang tingginya saja tak genap seratus enam puluh acan.
"Gue akuin, Lo cantik Hima. Tapi harusnya Lo ngaca, sadar diri dikit lah. Pak Bayu, ngejar-ngejar Lo, Lo tolak. Eh... ternyata Lo malah pacaran sama Ganin yang masih brondong!"
"Lebih parah lagi tebar pesona sama cowok berseragam. Lo pikir, mereka mau gitu sama Lo???", timpal yang lain.
Hima meniup ujung jilbabnya yang ada tepat di atas keningnya dengan bibir bawah yang menghembus ke atas.
"Serah Lo pada ah....minggir sana! Kerjaan gue di gudang banyak!", kata Hima cuek menyingkirkan dua SPG itu.
Mereka berdua hanya menghentakkan kakinya kesal. Hima memang terlalu cuek! Itu yang mereka tahu.
Gadis cantik itu pun memasuki gudang di mana teman-temannya sedang beristirahat karena mereka membereskan tempat untuk barang yang akan turun nanti.
Batang keluar hanya berapa ratus tapi yang masuk beberapa mobil dengan jumlah ribuan. Bagaimana cari tempat di gudang itu kan???
Belum juga duduk, ponselnya berdering. Ada panggilan dari salah satu SPG.
[Ya mba???]
[Hima ,tolong lihat dong. Kalau lantai merek BCL seri nya masih yang lama ngga ya? Pembelian dua Minggu lalu?]
[Butuh berapa banyak?]
[Seratus]
[Ngga ada, cuma ada di bawah tiga puluh. Itu pun nomor serinya beda]
[Yakin lo? Bisa pesan ke pabrik ngga?]
[Gue cek dulu ke gudang pabrik ya!]
[Oke!]
Hima pun menghubungi pihak pabrik. Gadis itu cukup mengenal orang-orang pabrik. Setelah mendapatkan informasi, Hima pun memberi tahu SPG tadi.
Tidak semua SPG memusuhi Hima. Banyak yang baik juga padanya. Hanya ada beberapa yang memang julid.
[Hallo mba, ada barangnya. Dua hari baru datang. Orang nya mau?]
[Oke, gue tanya dulu. Makasih Hima!]
[Sama-sama mba]
Hima kembali menyelesaikan pekerjaannya. Ia menerima chat dari SPG tadi. Hima pun mengirim po ke pabrik.
Tapi meskipun begitu, ia tetap membutuhkan acc dari Helga selaku supervisor. Juga tanda tangan dari Bayu.
Sebelum ke ruangan Bayu, Hima memilih untuk solat dhuhur yang agak kesoren. Gadis itu pun kebelakang mencari Ari.
"Bang, aku mau solat. Nitip ya!", ujar Hima pada Ari.
"Oke!", kata Ari yang langsung ke meja Hima. Tadi saat Hima di showroom, Ari juga yang menggantikannya di meja.
Hima mengambil wudhu dan setelahnya, ia mendirikan kewajibannya. Setelah selesai, ia melipat mukena travel yang memang sengaja ia tinggal di sana.
Saat mengikat rambutnya, Ganin tahu-tahu sudah berdiri tak jauh dari Hima. Ganin memandangi Hima yang terlihat lebih fresh usai menyapu wajahnya dengan air wudhu.
Hima memutar badan dan mendapati Ganin yang sedang memandanginya.
"Lo ngapain di sini, Nin?", tanya Hima.
"Aku kamu Hima, jangan Lo gue lagi!", kata Ganin mendekat. Hima menggeleng pelan dan memasang jilbab segi empatnya lalu mengikat ke belakang lehernya.
"Kamu ngapain di sini? Di depan rame lho!", kata Hima mengikuti permintaan Ganin yang memintanya memanggil aku kamu.
"Kangen sama kamu!", jawab Ganin. Hima berdecak sebal.
"Makasih ya, buat sarapannya. Tapi ngga usah sering-sering. Kamu baru mulai kerja!", kata Hima. Ia merapikan jilbabnya.
Gadis sebaik ini, sudah kamu khianati Nanda???
"Heum, iya...lain kali kamu yang traktir aku lagi."
Hima tersenyum kecil. Ganin tak tahu seperti apa seorang Hima memanage keuangannya sampai ia bertahan hingga akhir bulan yang akan datang.
Melihat Hima yang tersenyum seperti itu pun membuat Ganin merasakan getaran tak terdefinisi dalam dadanya.
Senyum manis yang menyimpan sebuah kesedihan yang begitu mendalam.
"Udah sana, kamu balik ke showroom. Aku juga masih ada kerjaan."
"Nanti pulang kerja jalan ya...!", ajak Ganin. Hima menoleh beberapa saat.
"Iya, insyaallah!", jawab Hima.
"Makasih udah khawatir sama gue!", kata Ganin saat Hima berjalan menjauh darinya. Hima pun akhirnya menghentikan langkahnya.
Kekepoannya tentang perginya Ganin semalam lupa ia tanyakan.
"Oh iya, semalam kamu ke mana!? Ngga ikut balap liar kaya anak-anak geng motor itu kan?", tanya Hima. Ganin menggeleng pelan.
"Mana ada aku ikut begituan, Ma!", sahut Ganin. Hima hanya mengangguk.
"Syukur lah, ya udah aku tinggal ya!", pamit Hima meninggalkan Ganin yang masih menatapnya.
Di showroom...
"Gila ngga sih Lo! Kalo Hima order ke pabrik beneran, bakal jadi prasasti tuh barang di gudang! Mending kalo cuma ngambrek di gudang. Kalo Hima suruh nombok gimana?", tanya rekan SPG pada temannya yang tadi menanyakan barang pada Hima.
"Biarin aja! Gue udah manipulasi notanya, biar dia bikin po nya ke pabrik!", jawabnya sambil terkekeh.
"Sela , kali ini Lo keterlaluan deh! Gue ngga ikutan!", kata temannya itu.
"Ssstttt Lo diem aja! Ngga bakal juga bawa-bawa Lo. Paling pak Bayu bakal marahin dia habis-habisan!", sahutnya lagi.
"Hima salah apa sih sama Lo? Kenapa Lo mau ngerjain Hima kaya gini?", tanyanya berbisik.
"Suruh siapa dia malah macarin si Ganin anak baru itu. Ngga sadar apa dia brondong?",kata Sela.
"Apa bedanya sama Lo? Tetap aja kan umurnya di bawah Lo?", sahut temannya yang selama ini baik pada Hima.
"Ckkk udah deh, ga usah banyak cincong!!", kata Sela meninggalkan temannya.
Ia sedang memanipulasi nota pembelian untuk pemesanan di pabrik yang akan di lakukan oleh Hima nanti. Senyum jahat terukir di bibir gadis cantik yang tak pernah meninggalkan dempulan di wajahnya.
Temannya tak bisa komentar apa-apa. Di satu sisi ia kasihan pada Hima. Tapi di sisi lain, dia juga takut pada temannya tersebut. Apalagi temannya itu sering meminjaminya uang saat dirinya belum menikah gaji.
Ganin kembali ke showroom tapi saat ia melintas sebuah lorong, ia melihat Bayu yang sedang berbicara dengan seseorang.
"Ingat, jangan sampai gagal!", kata Bayu. Orang itu mengiyakannya dan berlalu meninggalkan Bayu. Ganin sendiri bersembunyi agar tak terlihat oleh mereka.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Ramaikan dan tinggalkan jejak kalian please.....!!! 😉
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖