Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.
Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.
Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?
Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
"Kami turut berduka cita atas kematian putra kedua Anda" kata sang pengusaha yang malam itu mendatangi rumah anggota dewan untuk melayat. Bersama putranya.
"Terima kasih"
Anak pengusaha melihat foto temannya yang tersenyum di dinding rumah. Dia sama sekali tidak pernah melihat anak anggota dewan tersenyum begitu lebar seperti dalam foto.
Selama ini anak pengusaha sangat tahu kalau temannya itu tidak pernah diperlakukan dengan benar oleh keluarganya. Terutama ayah yang seharusnya melindungi kedua anak dengan adil. Lalu anak pengusaha melihat kakak temannya. Mereka saling melempar pandang namun tidak bicara apa-apa.
Setelah kedatangan singkat, anak pengusaha mengikuti langkah ayahnya pergi dari rumah anggota dewan.
"Tidak ada kesedihan sama sekali. Begitu buruk nasib temanmu" kata sang pengusaha pada putranya.
Anak pengusaha itu hanya diam membenarkan kalau memang keluarga anggota dewan tampak tidak sedih sama sekali. Bahkan sesekali tersenyum saat kedatangan tamu terhormat.
"Apa dia sering dipukul?" tanya sang pengusaha tiba-tiba mengejutkan putranya. Karena ayahnya itu tidak pernah tertarik pada kehidupan putranya sama sekali.
"Hemmm" jawab anak pengusaha singkat.
"Separah itu sampai mati?"
Sebenarnya anak pengusaha masih mencurigai penyebab kematian temannya itu. Tapi ... Tidak dapat dia pungkiri bahwa ayah temannya itu memang sering melakukan pemukulan. Bahkan pernah temannya itu masuk rumah sakit karena ketahuan balap motor lalu dipukuli habis-habisan.
"Mungkin" jawab anak pengusaha lalu terdiam lagi.
"Segera kembalilah ke luar negeri. Jangan menunda untuk rencana apapun"
Anak pengusaha hanya bisa mengangguk. Menyetujui apapun yang telah diputuskan oleh ayahnya.
Sebenarnya, dia dan temannya tidak memiliki nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama mendapatkan penyiksaan dari orang tua mereka. Kalau anak dewan mendapatkan penyiksaan fisik. Maka dia mengalami penyiksaan mental dari kedua orang tuanya.
Semua garis hidupnya telah ditentukan oleh kedua orang tua. Semua telah ditata sedemikian rupa agar dia bisa meneruskan perusahaan nanti ketika dewasa. Sayang sekali semua pengaturan itu kebanyakan tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Dan ketika semua kesenangan yang bisa dia rasakan dalam hidupnya yang sesak terjadi beberapa bulan ini. Dua temannya tiba-tiba meninggal dalam waktu berdekatan.
Semua ini terjadi setelah kejadian itu. Apa benar anak perempuan yang mati karena perbuatan mereka bertiga membalas dendam dari kubur?
"Jadi, dia hanya ibu biasa?" tanya anak pengusaha pada orang suruhannya. Yang mengikuti ibu anak perempuan mati itu.
"Setiap hari hanya pergi bekerja, dan pulang. Sesekali pergi makan di luar dengan rekan kantornya. Dan ketika akhir Minggu menghabiskan waktu di rumah saja" jelas orang suruhan itu.
"Apa wanita itu pernah terlihat di dekat teman-temanku yang mati?"
"Setahu saya, anak perempuan yang mati itu berada di sekolah yang sama dengan Fahim. Menurut penuturan guru wali kelas, wanita itu pernah datang ke kantor kepala sekolah untuk meminta rapor putrinya. Tidak pernah bertemu dengan Fahim sama sekali"
"Lalu Danu?"
"Saya tidak tahu apakah ini penting. Tapi wanita itu bersama semua rekan kerjanya pernah datang ke restoran yang sama dengan Danu. Hanya sekali, setelah itu tidak pernah lagi"
"Apa kau sudah memeriksa semuanya?"
"Sudah. Wanita itu tampak tidak mampu melakukan apa yang Anda tuduhkan. Dia tidak mungkin mampu membunuh orang. Karena semua tetangga memberikan pernyataan bahwa wanita itu selalu baik pada orang lain"
Sial!! Apa kecurigaannya salah? Tapi mereka bertiga hanya terlibat pada kasus ini saja. Tidak pada kasus lainnya. Dan jarak kematian mereka berdekatan. Dengan penyebab kematian yang mencurigakan.
"Coba lihat semua kamera di dekat sekolah, juga restoran Jepang. Lihat apakah ada sosok yang sama dengan wanita itu berada disana. Di hari yang sama saat Fahim dan Danu meninggal!" perintahnya.
Orang suruhan itu tampak ragu tapi tetap mengangguk setuju. Tidak berani membantah karena bayaran yang diberikan sangat setimpal dengan resiko pekerjaan.
"Ratna, apa kau sudah menyelesaikan laporan mingguan?" tanya Yani.
"Tinggal sedikit lagi" jawabnya segera mempercepat pekerjaannya yang tertunda dua hari karena terlalu sibuk mencari tahu tentang keluarga pengusaha kaya.
"Baru kali ini aku lihat kamu terlambat mengerjakan laporan"
"Iya. Ada yang harus aku lakukan"
"Apa itu? Apa ada hobi baru yang kamu lakukan?"
Hobi?Apakah berencana membunuh orang termasuk dalam kriteria hobi? Karena setelah melakukannya dia merasa seperti terbebaskan?
"Tidak" jawabnya singkat.
"Apa kamu mau datang ke rumahku?" tanya Yani tiba-tiba.
"Ada acara apa?"
"Sudah lama kamu tidak pernah datang ke rumahku, sejak ... . Ehmm kalau kamu mau saja"
Ratna mendesah pelan. Sejak kematian putrinya, hidup Ratna berubah seratus delapan puluh derajat. Dia tidak lagi peduli dengan semua orang yang ada di sekitarnya. Dan fokus dalam mencari cara untuk membalaskan rasa sakit putrinya.
"Aku mau" jawabnya mengundang senyum di wajah Yani.
"Aku akan memberitahu ibu mertuaku untuk membuat banyak makanan. Dia pasti senang sekali mendengar kamu mau datang"
Ratna ikut tersenyum melihat rekan kerja yang selalu mendampinginya melalui hal sulit itu senang.
Setelah jam kerja usai, Ratna pergi ke rumah Yani. Saat dia memarkir mobil di depan rumah Yani, Ratna baru menyadari sesuatu. Rumah mertua Yani ini berada di lokasi perumahan yang sama dengan sang pengusaha.
Hanya berjarak 50 meter dari rumah sang pengusaha kaya. Ratna hampir melangkahkan kaki untuk melihat rumah pengusaha namun berhenti disaat yang tepat.
"Kamu kenapa masih disitu?" tanya Yani yang terpaksa harus keluar dari rumah untuk menjemputnya.
"Oh, sudah lama tidak kemari. Ternyata tidak ada yang berubah sama sekali" jawabnya asal.
"Ayo, mertuaku sudah menunggu di dalam!"
Ratna mengesampingkan pikirannya yang ingin memeriksa rumah pengusaha dan ikut masuk ke dalam rumah mertua Yani. Tidak tahu kalau hal itu menyelamatkannya. Karena ada dua pasang mata asing yang mengawasi semua gerak-gerik Ratna.
Menghabiskan waktu dengan orang yang menganggapnya keluarga sendiri membuat Ratna sangat bahagia. Dia bisa bercanda sepanjang malam, tanpa batas. Tapi saat mertua Yani mengungkit masalah mendiang putrinya, Ratna merubah perangai.
Dia menjadi sangat diam dan tidak ingin membagikan keresahannya.
"Kamu akan selalu diterima disini. Setiap kali merasa sesak, datanglah kemari!" kata mertua Yani saat dia pamit pulang.
Walau hanya sebuah kalimat penuh basa-basi, Ratna menjawab dengan senyuman yang tulus.
"Saya pulang dulu" kata Ratna lalu pergi ke mobilnya. Ketika masuk ke dalam mobil, senyuman itu menghilang. Dia memusatkan pikiran saat mobil dipacu melewati rumah sang pengusaha kaya.
Sebuah kebetulan yang tidak pernah disangka, anak pengusaha yang merupakan pelaku utama penyebab kematian putrinya keluar. Dengan seorang pria berbadan besar di belakangnya.
Ratna hanya bisa melewati keduanya dan mengumpat dalam hati.
"Bagaimana bisa dia melakukan sesuatu pada seseorang yang terus dijaga seperti itu? Sial" pikirnya lalu terpaksa pulang tanpa hasil.