Istri Pilihan Ibu season 1
Davin Rendra Wicaksono, terpaksa menikah dengan Riana Zulaika. Seorang gadis yang terkenal janda di usia mudanya, karena harus mengurus anak dari kakak perempuannya.
Dan sampai pernikahan itu terjadi, Rendra belum mengetahui bahwa wanita yang dia nikahi itu masih seorang gadis.
Akankah Rendra bisa mencintai Riana? Dan mungkin kah rumah tangga mereka berjalan dengan baik?Penasaran kelanjutannya kan??? yuuu cuuuz ikutin terus cerita nya yaaaa.....
Istri pilihan Ibu season 2
Kegagalan cinta membuat Alaric menjadi semakin tertutup untuk membuka hati pada wanita. Sampai Riana, bundanya turun tangan memilihkan seorang wanita untuk anak sulungnya itu.
Akankah Alaric melupakan cinta lamanya dan menerima wanita yang dipilihkan oleh bundanya?
Ikuti terus ceritanya ya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon septriani wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Rendra menghampiri anaknya yang sejak tadi masih menangis ingin bertemu bundanya, sedangkan Riana masih duduk manis di depan jenazah ayahnya. Melihat Ayahnya, Salsa langsung sedikit lebih tenang dan mengulurkan kedua tangannya, ingin di gendong olehnya. Rendra pun mengendong Salsa dan membawanya ke kamar untuk menidurkannya, karena memang hari sudah larut.
Cakra baru mendapatkan kabar duka langsung bergegas menuju rumah Riana. Dia melihat pujaan hatinya duduk di depan jenazah ayahnya, dengan tatapan kosong yang tidak ada arti. Cakra pun menghampiri Riana dan duduk di sampingnya. Riana belum menyadari kedatangan Cakra. Sampai saat Cakra memegang bahu Riana, dia melirik ke arahnya dan dia refleks langsung memeluk tubuh sahabatnya itu.
“Sabar ya ... Gue yakin lo wanita yang kuat,” ucap Cakra sambil menepuk punggungnya. Riana mengangguk, tidak terasa air matanya pun keluar lagi.
Rendra baru saja keluar dari kamar, setelah menidurkan anaknya. Pemandangan yang membuat dirinya terbakar api cemburu saat melihat istrinya berpelukan dengan pria lain, terlebih itu Cakra. Dia menarik nafas dalam mengatur emosinya, karena dia tidak ingin membuat suasana duka menjadi sangat kacau.
“Sayang,” tegur Rendra menghampiri keduanya. Riana langsung melepaskan pelukannya dan melirik ke arah suaminya.
“Mas, Salsa gimana?”
“Dia udah tidur sayang, kamu tenang aja. Hai, Bro!” Rendra langsung menyapa Cakra dan mengulurkan tangannya, Cakra pun menyambutnya.
Suasana kembali hening, berkali-kali Rendra menyuruh istrinya untuk tidur, tapi dia tidak mau mendengarkan nya. Riana ingin bersama ayahnya untuk terakhir kalinya. Akhirnya Rendra menyerah dan ikut duduk bersama dengan istrinya. Rendra merangkul bahu istrinya dan Riana menyenderkan kepalanya di bahu suaminya.
Cakra senang melihat Riana akhirnya mendapatkan orang yang benar-benar perhatian dan sangat menyayangi dirinya, walaupun melihatnya membuat hatinya terasa sakit. Selama ini, Cakra tidak pernah melihat Riana dekat dengan pria lain selain dirinya dan itu membuat Cakra yakin kelak akan menjadi suaminya. Tapi, takdir berkata lain, dengan melihat Rendra yang sangat menyayangi wanita pujaannya membuat Cakra sekarang merasa tenang dan bisa merelakan dirinya.
06.00
Para tetangga sudah mulai berdatangan untuk membantu sampai ke pemakaman. Sejak semalam Riana tidak tidur, wajahnya tampak pucat dan itu membuat Rendra merasa khawatir. Makan dan minum pun ditolak oleh istrinya, Rendra tidak menyerah, dia memohon pada istrinya agar memakan makanan yang sudah di siapkannya, karena memang sejak kemarin Riana belum masuk makanan sedikit pun.
Setelah memohon berkali-kali akhirnya Riana mau membuka mulutnya. Rendra perlahan menyuapi istrinya, Ratih yang melihatnya bangga. Anak sulungnya yang selama ini tidak peka terhadap wanita bisa berubah menjadi pria yang sangat lembut dan perhatian.
Bukan hanya ibunya saja, adik, ayah dan kedua sahabatnya kaget melihat sikap Rendra pada istrinya. Terutama kedua sahabatnya, karena mereka tidak pernah melihat Rendra yang perhatian seperti itu pada mantan pacar Indri, walaupun mereka sudah menjalin hubungan selama tiga tahun.
Mobil ambulance sudah siap terparkir di depan mini market dekat gang rumah Riana. Para tetangga pun siap membantu Riana mengangkat jenazah ayahnya. Sonia memilih diam di rumah untuk menjaga keponakannya yang masih terlelap tidur. Seperti kemarin, Rendra membantu istrinya jalan sampai ke tempat parkiran.
Selama perjalanan, Riana menatap terus keranda yang ada di depannya. Kini air matanya sudah tidak mengalir lagi. Dia ikhlas melepaskan kepergian ayahnya, walaupun hatinya masih sakit menerimanya. Rendra bangga pada istrinya, melihat ketegaran dirinya.
Sayang, kamu wanita yang kuat dan ini salah satu alasan aku sangat mencintaimu ....
Sampai di pemakaman, Rendra membantu istrinya turun dan para tetangga juga kedua sahabat Rendra mengangkat jenazah.
“Sayang, aku turun ke bawah ya! Kamu disini sama Ibu!” Riana mengangguk.
Rendra turun ke bawah liang lahat untuk menerima jenazah mertuanya, sedangkan Ratih merangkul tubuh menantunya kalau-kalau takut dia pingsan seperti kemarin. Perlahan jenazahnya di turunkan, Rendra dan kedua sahabatnya menerimanya dan meletakan perlahan jenazahnya.
Air mata yang sejak tadi ditahan oleh Riana pun akhirnya keluar juga, setelah perlahan tanah menutupi tubuh ayahnya. Sesak dalam dadanya membuat Riana tidak bisa menahan tangisnya.
Tubuhnya kembali lemas, Rendra yang melihatnya langsung sigap menangkap tubuh istrinya yang hampir jatuh di atas tanah.
“Sayang, kamu ga apa-apa?” Riana mengangguk. Dirinya masih sadarkan diri, tapi entah kenapa tubuhnya seketika sangat lemas. Riana memilih jongkok dan Rendra menahan badan istrinya yang lemas.
Setelah membacakan doa, satu-persatu para tetangga yang ikut menghantarkan jenazah ayahnya berhamburan pulang. Kini tinggal dirinya beserta keluarga dari suaminya. Ratih memeluk tubuh Riana, memberikan kata-kata yang membuatnya semangat. Riana yang mendengarnya mengangguk sambil sesekali mengusap air matanya yang jatuh di pipinya.
Kedua sahabat beserta kedua orang tua Rendra memilih untuk pulang terlebih dahulu. Riana sejak tadi duduk di depan kuburan ayahnya, dan memeluk nisannya. Sudah berulang kali Rendra membujuknya untuk pulang tapi, Riana tidak mau mendengarkan.
“Sayang, kasian Salsa sejak kemaren mencari kamu. Ayolah kita pulang, sayang!” mendengar nama anaknya, Riana kembali semangat. Seolah ada energi yang masuk dan menyuruhnya untuk menjadi kuat. Akhirnya dia mengangguk, sebelum pulang Riana mencium nisan ayahnya.
Ayah, aku akan kembali lagi. Dan aku akan berjanji membawa kak Desi untuk bertemu dengan Ayah. Ayah yang tenang di sana ya, Ria akan selalu berdoa untuk ayah.
Ayah, I Love U ...
.
.
.
.
~Bersambung~
Terimakasih sudah mendukung novel ini.
Jangan lupa like, komen dan vote sebanyak-banyaknya yaa.. Bantu Author untuk membuat novel ini naik masuk sampai 10 besar, hihi maksa...
Aku padamu semuanya.... ♥️♥️♥️