"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
Tepat di delapan tahun pernikahannya, Wita mengetahui perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasih suaminya dulu. Aplikasi rahasia di ponsel suaminya, yang akhirnya membuat Wita tahu. Kalau suaminya bertahun-tahun telah mengkhianati cintanya. Padahal, selama ini dia banyak berkorban untuk Randy. Dia harus menjadi tulang punggung, menggantikan posisi Randy saat tak bekerja. Lukanya begitu dalam.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka, setelah Wita mengetahui perselingkuhan suaminya? Akankah Wita memaafkan Randy? Ataukah dia justru memiliki bercerai dari laki-laki pengkhianat itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kecewa
Sella merasa kesal, karena sang suami menolak diajak dia pergi keluar.
"Mau ngapain coba keluar? Ini kamu 'kan udah bawain aku makanan. Besok pagi kita juga harus berangkat ke rumah mama. Lebih baik sekarang kita beristirahat. Aku malas keluar. Ingin berduaan aja sama kamu di sini," ucap Adrian.
Padahal, Sella pikir. Mumpung suaminya sedang ada di Bandung. Dia ingin pergi keluar jalan-jalan sama suaminya. Terlebih besok suaminya akan kembali lagi ke Jakarta. Ingin rasanya dia memarahi suaminya. Tapi, dia mencoba menahannya. Dia ingin suaminya memberikan pinjaman kepada Randy. Demi kelangsungan hubungannya juga dengan Randy.
Dia berusaha merayu Adrian. Namun, Adrian bukan orang yang bodoh. Tak semudah itu dia mengeluarkan nominal yang tak sedikit.
"Kamu tak perlu khawatir. Aku sangat mengenal Randy. Dia tak mungkin menipu. Kalaupun nanti dia ingkar. Aku bisa samperin dia ke rumahnya. Aku gak tega aja dengar cerita dia gak kerja. Hitung-hitung kita menolong dia, Mas!" Ucap Sella.
"Ehm, ya udah. Tapi, aku ingin ketemuan dulu sama dia. Aku harus bicara dulu secara jelas. Sekarang 'kan aku bicaranya baru sama kamu aja. Harus ada perjanjian hitam di atas putih," sahut Adrian dan Sella mengiyakan. Dia akan bicarakan hal ini kepada Randy. Baginya, ini tak masalah. Yang terpenting suaminya mau memberikan pinjaman kepada Randy.
Meskipun mereka ada waktu untuk bercinta, Adrian tak mengajaknya. Dia juga menolak, saat Sella mengajaknya bercinta. Sella ingin segera hamil. Jika Adrian sering kali menolak, dia akan semakin sulit hamil. Bagi Adrian, keharmonisan rumah tangga tak selamanya selalu berhubungan dengan aktivitas ranjang. Bisa berduaan seperti ini dengan sang istri, dia sudah merasa senang. Pemikiran Adrian sangat bertolak belakang dengan Randy dan Sella, yang harus selalu melakukan saat bertemu. Tak pernah melewatkan kesempatan sedikitpun.
***
Pagi ini Sella dan Adrian sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah orang tua Adrian. Sebelum ke rumah orang tua Adrian, mereka mampir dulu ke toko kue untuk membeli kue untuk orang tuanya. Setelah itu, barulah mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali. Sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah orang tua Adrian. Setelah memarkirkan mobilnya, Adrian dan Sella turun bersama.
Sella mencium tangan ibu, bapak mertuanya dan juga orang-orang yang berada di sana. Sebagai rasa hormatnya kepada mereka. Meskipun sebenarnya dia merasa malas mencium tangan ibu mertuanya.
"Sella belum hamil juga ya?" sindir salah seorang saudara Adrian. Wajah Sella langsung berubah memerah mendengarnya. Namun, dia berusaha menahan perasaan kesalnya. Terlebih saat itu ibu mertuanya, berkata seakan memojokkan dia.
Ingin sekali dia meluapkan yang sebenarnya terjadi pada dia dan Adrian. Hal ini bukan kesalahan dia. Tapi, karena lemahnya sang anak saat di ranjang.
Tak lama kemudian Adrian menghampiri mereka. Sikap mereka sangat berbeda ke Adrian. Sella merasa mamanya Adrian memang tak menyukai dia.
"Adrian, kamu gak kepengen punya anak? Saudara kamu aja udah punya anak dua, bahkan tiga. Jangan kelamaan menunda punya anak! Nanti yang ada si Sella susah hamil. Padahal si Sella janda. Pasti sudah lebih pengalaman," sahut saudaranya yang lain.
"Mbak juga udah sering bicara sama dia. Tapi, gitu deh. Keasyikan gak punya anak kali. Padahal Mbak udah kepengen gendong cucu. Sepupunya yang lebih muda saja udah pada gendong anak," ucap sang mama.
Sella merasa geram. Kenapa harus selalu membahas anak. Apa tak ada pembicaraan lain, selain masalah anak.
"Ya do'akan saja! Semoga Sella bisa segera hamil. Masalahnya, kami memang jarang bertemu. Nanti coba lebih gencar lagi prosesnya," kata Adrian. Dia mencoba membela istrinya yang saat ini pasti merasa terpojok. Karena dirinya sadar. Semua ini memang bukan kesalahan Sella sepenuhnya.
"Semoga saja! Kalau gak hamil juga. Berarti kalian memang gak berjodoh. Kamu cari istri baru saja, yang bisa kasih keturunan," ujar sang mama.
Jika wanita di hadapannya, bukan ibu mertuanya. Sella pasti langsung menampar wajah orang itu. Bisa-bisanya ibu mertuanya mengatakan seperti itu. Tentu saja Sella merasa takut hal itu akan terjadi. Dia harus segera hamil.
"Brengsek! Kalau tahu begini. Gue gak akan datang ke acara ini," umpat Sella dalam hati.
Selama acara berlangsung. Sella merasa tak nyaman. Ibu mertuanya bersikap cuek padanya. Ingin rasanya dia segera pergi meninggalkan tempat itu. Suaminya pun sibuk dengan keluarganya. Dia juga melihat kedekatan suaminya dengan seorang wanita di acara itu.
"Mas, aku gak enak badan. Ingin pulang," ucapnya. Dia sengaja menghampiri suaminya, mengajak suaminya pulang. Bukannya mengkhawatirkan dia. Adrian justru menyuruh Sella pulang duluan. Dia akan menyusul nanti.
Mata Sella sampai membulat sempurna. Niat hati menghentikan kedekatan suaminya dengan wanita itu. Suaminya justru menyuruh dia pulang. Baru seperti itu saja dia merasa tak terima. Apalagi Adrian benar-benar selingkuh dengan wanita itu. Orang yang selingkuh rata-rata memang seperti itu. Sangat takut hal itu terjadi padanya.
"Jadi kamu menyuruh aku pulang sendiri?" tegur Sella. Wajahnya terlihat kesal.
"Kok kamu jadi menyalahkan aku sih? Ini 'kan keinginan kamu. Aku gak pernah menyuruh kamu pulang. Kamu sendiri yang mau pulang. Kalau kamu gak sabar. Ya udah pulang duluan aja! Nanti aku pulang. Nunggu selesai dulu acaranya. Ini 'kan acara ini 'kan belum selesai, jadi aku belum bisa pulang sekarang," sahut Adrian.
"Pasti karena kamu ingin dekat dengan wanita itu 'kan? Makanya, kamu menyuruh aku pulang. Itu 'kan mau kamu? Ngaku aja!" cecar Sella.
"Kamu apa-apaan sih? Bikin malu aja! Mela itu sepupu jauh aku. Emangnya, kamu pikir dia siapa? Dahlah, aku malas berdebat sama kamu. Emangnya, kamu gak malu dengan kelakuan kamu ini? Seharusnya, kamu itu berusaha dekat dengan keluarga aku. Bukan justru bersikap seperti ini," sungut Adrian. Baginya, sikap Sella sungguh keterlaluan.
Dengan perasaan kesal, akhirnya Sella pergi meninggalkan rumah mertuanya. Bahkan dia pergi tanpa berpamitan dulu. Tak peduli, nantinya ibu mertuanya akan semakin tak menyukainya. Kini Sella sudah dalam perjalanan pulang ke kosan.
Sesampainya di kosan. Dia langsung menghubungi Randy menceritakan apa yang terjadi padanya tadi.
"Sabar ya, Sayang! Nanti kalau suami kamu tak bisa membuat kamu hamil. Biar aku yang akan membuat kamu hamil," rayu Randy.
Hati Sella sedikit tenang setelah berbincang dengan Randy. Randy memang selalu bisa membuat dia merasa nyaman. Hingga dia bisa melupakan sejenak perasaan kecewanya.
"Oh, iya. gimana masalah pinjaman? Sudah bicara sama suami kamu belum?" tanya Randy. Ini hal yang sangat penting.
"Sudah. Dia ingin bertemu sama kamu dulu, untuk membicarakan tentang pinjaman itu. Katanya, harus ada kejelasan dulu secara rinci," ucap Sella.