Cinta Manis Tuan Kendra

Hargai lah orang yang kau cintai sebelum orang yang kau cintai itu pergi meninggalkanmu. Percayalah hidup dalam penyesalan itu jauh lebih menyakitkan dari pada harus hidup dalam kesunyian dan kesepian. Sunyi dan sepi? Itu lah yang aku rasakan selama ini semenjak kau memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Kepergianmu membuat hidupku hancur. Setiap jam, setiap menit dan setiap detik aku selalu menyesali semua perbuatan yang pernah aku lakukan padamu. Andai saja waktu bisa diulang kembali, mungkin aku akan memperlakukanmu sama seperti Kendra memperlakukan gadis nakalnya. Aku iri. Aku sangat iri melihat Kendra bisa berinteraksi dengan gadis yang sangat ia cintai. Sedangkan aku? Kau jauh di sana. Aku bahkan tahu kau sudah hidup bahagia di sana tanpa takut aku akan membuatmu menderita lagi. Liana, aku memang terlambat mengatakan hal ini. Tapi aku akan tetap mengatakannya, bahwa aku ... bahwa aku sangat mencintaimu. Tolong maafkan aku, Liana. Andai saja waktu itu aku tahu kau tidak bersalah mungkin kita sudah hidup bahagia bersama anak kita. Kau dan anak kita ... mungkin sudah tiada, tetapi kalian masih hidup abadi di dalam hatiku.

Tanpa sadar air mata Kenzie menetes membasahi pipinya. Ia begitu rindu dengan kehadiran Liana di dalam hidupnya. Sesosok Liana sudah tidak akan bisa muncul lagi semenjak gadis itu memutuskan untuk bunuh diri karena tidak sanggup melawan tekanan demi tekanan yang ia dapatkan.

"Kau menangis, Ken?!" pekik Kendra ketika menyadari kalau Kenzie saat ini sedang menangis. Mendengar hal itu, membuat Kenzie segera menyeka air matanya.

"Mataku kelilipan!" jawab Kenzie dengan dingin. Pandangannya tertuju lurus mengemudikan mobil. Yeah ... Saat ini Kenzie dan Kendra sedang dalam perjalanan menuju mansion utama. Desi? Desi ikut. Dia duduk di kursi belakang.

"Ngomong-ngomong apa maksud dan tujuan Mama memanggil kita pulang ke mansion utama?" tanya Kendra berbasa-basi. Pandangan Kendra tertuju pada pemandangan di luar sana dengan kondisi jendela mobil yang terbuka, guna untuk menikmati cuaca pagi hari ini.

Kenzie mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku tidak tahu. Mama hanya mengatakan padaku untuk segera menjemputmu lalu pulang ke mansion utama."

"Biarlah. Lagi pula sudah lama kita tidak bertemu dengan Mama dan Papa. Mereka berdua pasti sangat merindukan kita," ujar Kendra yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Kenzie. Desi hanya diam sedari tadi di belakang sana karena tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh mereka.

Kenzie pun semakin mempercepat lajuan mobilnya guna agar segera sampai ke mansion utama. Namun sayang ...

Di depan ada pembelokan yang begitu menanjak. Di saat Kenzie menginjak rem. Kenzie dikejutkan karena rem mobil tidak berfungsi sama sekali. Kenzie berusaha untuk menginjak Rem berkali-kali tetapi hasilnya nihil, yang ada mobil semakin melaju cepat menuju jurang yang sangat dalam di hadapan mereka.

"Apa-apaan ini?! Kenapa remnya tidak berfungsi!" pekik Kenzie yang membuat Kendra dan Desi langsung terkejut.

"APA?!"

BRUK-!

Mobil menghantam keras pembatas jalan sehingga pembatas jalan itu rusak total dan mobil terjatuh ke dalam dasar jurang.

_________________________________

Beberapa menit kemudian. Kendra membuka matanya. Kening dan sudut bibirnya terlihat mengeluarkan darah segar. Perlahan-lahan ia bangkit karena mendapati dirinya tergeletak seorang diri di jalanan.

Dengan sempoyongan, Kendra berjalan menuju pembatas yang sudah rusak itu. "Ti--Tidak ... I--Ini tidak mungkin. Desi! Kenzie!" Tangisan Kendra pun langsung pecah ketika menyadari bahwa Desi dan Kenzie masuk ke dalam jurang bersama mobil yang mereka tumpangi tadi. Kendra berhasil selamat karena tubuhnya terpental keluar melalui jendela mobil yang terbuka.