Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Donor Darah.
Semua tampak terkejut dan keheranan di saat Raisa mengatakan jika ia memiliki golongan darah yang sama dengan golongan darah Sastro. Akan tetapi saat ini tak punya banyak waktu untuk membahas soal itu karena pasien tersebut sangat membutuhkan donor darah dan harus segera ditangani. Sehingga suster pun langsung saja membawa Raisa untuk memeriksa golongan darahnya.
Baik Diego, Kenzie maupun Kelvin semua merasa cemas menunggu kabar apakah benar jika Raisa memiliki dorongan darah yang sama dengan Sastro. Diego terlihat khawatir terhadap kondisi Raisa juga karena wanita itu belum juga kembali, sedangkan Kenzie dan Kelvin sangat berharap jika darah Raisa benar-benar sangat cocok dengan Sastro.
"Kenapa Raisa lama sekali diperiksa? Kenapa tadi waktu kau hanya sebentar?" Tanya Diego kepada Kenzie.
"Aku tidak tahu, tadi setelah diperiksa aku diminta untuk keluar sambil menunggu hasilnya. Atau mungkin langsung diketahui jika golongan darah Raisa memang cocok sehingga langsung melakukan donor darah," ujar Kenzie.
"Ya kau benar juga, bisa jadi seperti itu," sahut Diego.
------
Tidak berapa lama kemudian Raisa telah kembali dan benar seperti dugaan Kenzie jika golongan darah Raisa memang cocok sehingga ia pun langsung saja melakukan donor darah. Sehingga pada akhirnya Sastro bisa langsung ditangani dan saat ini sudah berada di ke ruang operasi.
Di saat Sastro sedang berjuang melawan penyakitnya di dalam ruang operasi, terlihat wajah-wajah tegang dari Raisa, Kenzie, Kelvin, dan juga Diego yang berada di luar ruangan tersebut. Meskipun Diego dan Raisa bukanlah siapa-siapa Sastro bahkan tidak memiliki hubungan apapun, tetapi mereka juga ikut merasa panik. Terutama Raisa, entah kenapa rasanya ia sangat ingin menyelamatkan nyawa Sastro, ia sangat ingin pria paruh baya itu sehat kembali dan Raisa juga ingin bertemu dengan Sastro lagi. Ia seakan ikut merasakan sakit yang saat ini dirasakan oleh Sastro, seperti keduanya memiliki ikatan batin antara anak dan ayah.
"Raisa, aku benar-benar tidak menyangka ternyata kau memiliki golongan darah yang begitu langka," ucap Diego.
"Iya Tuan, aku juga mengetahuinya karena waktu itu aku pernah mengikuti kegiatan donor darah di sekolah dan kami masing-masing diperiksa golongan darahnya. Aku masih ingat betul jika golongan darah aku itu adalah O negatif," jawab Raisa yang didengar juga oleh Kenzie.
"Raisa, terimakasih banyak karena kau telah menolong Ayahku. Aku tidak akan mungkin pernah melupakan jasamu ini," ucap Kenzie yang menatap Raisa dengan tatapan yang sulit diartikan, membuat Diego pun merasa tidak menyukainya.
"Kau tidak perlu menatap Raisa seperti itu. Raisa ini memang wanita yang baik, jadi kau tidak perlu heran jika saat ini dia menolong ayahmu," ucap Diego ketus.
Kenzie memutar bola matanya malas, sebagai pria muda ia sangat enggan melayani pria yang lebih dewasa darinya, bahkan berjarak 10 tahun lebih itu. Ia juga dapat melihat jika saat ini bagaimana Diego merasa cemburu di saat ia berbicara dengan Raisa, sehingga Kenzie pun menjauhi mereka dan mendekati kelvin yang saat itu memang duduk terpisah dari mereka.
"Kak Kelvin, apa menurutmu Tuan Diego itu menyukai Raisa?" Kenzie berbisik di telinga sang asisten.
"Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" Tanya Kelvin mengernyitkan dahinya, tak menyangka jika Tuan mudanya masih sempat-sempatnya bertanya hal itu di saat ayahnya sedang dioperasi.
"Ya ini hanya feeling-ku saja. Menurutku sangat terlihat jelas, bahkan aku berbicara dengan Raisa saja dia seperti tidak menyukainya," ujar Kenzie.
"Ya yang aku lihat juga seperti itu Tuan. Tapi sudahlah, untuk apa juga kita membahas soal mereka. Yang terpenting sekarang kita berdoa saja untuk kesembuhan Tuan Sastro," ucap Kelvin.
"Maksudmu apa Kak? Apa maksudmu aku tidak peduli dengan Ayahku, aku tidak mendoakan untuk kesembuhan Ayahku begitu? Sudah jelas aku mendoakan Papi dan hari ini juga aku bisa berada di Indonesia itu semua demi Papi," ucap Kenzie yang saat ini sudah tak lagi berbisik, sehingga membuat Diego dan Raisa pun mendengarnya.
"Kenzie, kenapa kau berisik seperti itu. Seharusnya kau itu berdoa untuk kesembuhan Ayahmu saja, jangan membuat keributan," ujar Raisa.
"Ya ampun Raisa, ini 'kan aku baru saja mengatakan bahwa aku mendoakan Ayahku. Kau itu sama saja dengan Kak Kelvin," hardik Kenzie.
"Diam! Kau jangan berbicara membentak seperti itu terhadap Raisa," tukas Diego.
Meskipun Kenzie adalah seorang Tuan Muda, pemimpin perusahaan, apalagi dia adalah anak dari klien lamanya, tetapi bagi Diego Kenzie adalah anak kecil tengil yang selalu saja membuatnya kesal.
"Maaf Tuan Diego, sepertinya Anda dari tadi begitu sensitif ya terhadapku, padahal aku tidak membuat kesalahan apapun padamu. Apalagi jika sudah menyangkut soal Raisa, atau jangan-jangan kau menyukai Raisa?" Ujar Kenzie yang saat ini tak mau diam saja.
"Kau-"
"Tuan Diego, Kenzie, sudahlah. Kenapa kalian berdua jadi berdebat seperti ini? Tidak malu ya dengan umur kalian yang jaraknya cukup jauh. Tuan Diego yang lebih dewasa seharusnya mengalah saja terhadap anak kecil seperti Kenzie," ujar Raisa yang menyela ucapan Diego begitu saja, sehingga membuat keduanya pun bungkam.
"Apa-apaan sih Raisa, malah membicarakan soal umur. Aku tahu kalau aku memang sudah tua," batin Diego.
"Ya mungkin jarak umurku dan Diego cukup jauh, tapi aku bukan anak kecil Raisa," batin Kenzie pula.
*****
"Agh … sudah cukup, aku sudah tidak kuat lagi," ucap Clarissa diiringi des*hannya di saat ia baru saja melakukan pelepasan.
Entah sudah keberapa kalinya pria yang belum lama menjadi kekasihnya itu, lebih tepatnya menjadi pasangan ranjangnya menjamahi tubuhnya hari ini. Ya memang tiada hari yang mereka lewati tanpa bermain kuda-kudaan. Pria yang sudah lama mencintai Clarissa itu terlihat begitu buas dan juga selalu mempunyai gairah yang menggebu di saat berhubungan dengan Clarissa. Clarissa pun tak dapat menolaknya, selain ia sangat merindukan belaian kasih sayang, ia juga sangat menyukai permainan dari pria tersebut yang selalu. membuatnya merasa puas. Sehingga satu hari tidak melakukannya membuat keduanya pun merasa rindu dan ada yang kurang.
"Terimakasih Sayang, maaf jika aku telah menyakitimu. Aku selalu bersemangat jika sudah melakukannya bersamamu," ucap pria tersebut sembari mencium kening Clarissa.
"Tidak masalah Sayang, hanya saja terkadang aku tidak bisa menyeimbangimu. Aku tidak menyangka kau terlihat seperti sudah berpengalaman meskipun kau baru melakukannya bersamaku," ujar Clarissa.
"Ya itu karena aku sudah sering melihatnya di film-film," ucap pria itu apa adanya.
"Oke, jadi bagaimana rencana selanjutnya? Bukankah kau sudah berjanji padaku untuk menghancurkan Diego dan wanitanya itu?" Tanya Clarissa.
"Ya, aku tidak mungkin mengingkarinya Sayang. Saat ini aku belum bisa melakukan apapun terhadap wanita itu karena ia selalu saja dijaga oleh Diego. Lagipula saat ini mereka sedang ada kesibukan karena ada salah satu klien lama Diego yang masuk rumah sakit, aku juga tidak tahu kenapa mereka berdua begitu peduli sampai berada di sana dan yang aku dengar Raisa juga mendonorkan darahnya untuk orang itu," kata pria tersebut.
"Ih Raisa itu benar-benar wanita yang sok polos tapi licik. Aku tahu pasti dia mengambil kesempatan karena sudah pasti klien lama Diego itu adalah orang kaya, sudah sangat jelas wanita itu selalu memanfaatkan orang-orang kaya," cibir Clarissa.
"Ya mungkin apa yang kau katakan itu benar. Tapi karena saat ini Diego selalu sibuk di luar, aku sudah mempunyai rencana untuk menghancurkan perusahaannya terlebih dulu," ucap pria itu.
"Oh ya? Bagaimana caranya?" Tanya Clarissa.
"Kau duduk manis saja di sini, makan, tidur, nonton, main ponsel dan menunggu kehadiranku, melayaniku, nanti setelah semuanya berjalan lancar aku pasti akan mengatakannya padamu," ucap pria tersebut sembari mengendus-ngendus di leher kekasihnya, membuat Clarissa merasa kegelian.
"Oke, aku percaya padamu Sayang," ucap Clarissa lalu keduanya pun kembali bercumbu mesra dan saling *******.
Saat ini Clarissa bagaikan sebuah boneka yang mengikuti seluruh kemauan pria itu. Ia tinggal bersama dengan pria tersebut di sebuah rumah yang lokasinya cukup jauh dari keramaian, bisa dikatakan sebuah villa. Karena memang tidak ada tetangga di sana, hanya sesekali orang yang menyewa dan sudah jelas Villa tersebut merupakan milik pribadi pria itu. Hanya ada seorang satpam dan juga pelayan yang merupakan pasangan suami istri dan memang bertugas menjaga rumah tersebut. Mereka juga tidak berani berbicara apapun soal hubungan Carissa dan pria itu, yang jelas mereka hanya bekerja dan tak ingin membuat masalah.
Bersambung …