Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Berhenti kalian, habisi mereka!" kata anggota Meteor.
"Haaaa ... itu siapa yang menghajar?" teriak Shina yang melihat.
Shani dari tadi hanya diam tapi hatinya memikirkan Mamanya sendiri.
'Semoga aja Mama gak papa,' batin Shani.
Bugh ...
Bugh ...
Bugh ...
Semua penjahat itu langsung kalah telak dengan Meteor begitu cepat.
"Masukkan mereka ke dalam mobil," kata Ketua Meteor.
Mereka semua mengangguk dan membawa penjahat itu dengan paksa.
"Ikut!" bentak mereka semua menyeret para penjahat itu.
"Ayo kita pergi," kata ketua Meteor tadi.
Dalam hal ini setiap ada misi harus ada ketua yang berpengalaman, ketua itu pun masih status anggota biasa saja.
"Mereka pergi begitu saja," kata Alya.
Citra masih diam karena shok.
"A-aku gak tahu," sahut Citra sedikit gagap.
"Kita keluar yuk, mobilnya udah ancur banget nih."
"Tapi ..."
"Tapi kenapa?"
"Aku takut ada penjahat lagi," kata Citra.
Shina maju ke depan tepat disamping mobil Alya dan menghidupkan klakson.
Tin tin ...
"Nah itu mobil Shina," tunjuk Alya.
Shina pun ingin keluar.
"Kalian berdua tetap didalam yahh," kata Shina pada Shani dan Oma Ratna.
Shani dan Oma Ratna hanya mengangguk.
"Cit, Al," panggil Shina.
Mereka berdua keluar.
"Shinaaa," teriak Alya dan Citra bersamaan dan memeluk Shina.
"Kami takut banget Shin," kata Alya gemetar.
"Aku aja hampir gak bisa nafas," sahut Citra.
"Ya sudah yang penting sekarang kalian gak papa, oh ya Al itu mobil kamu kayaknya udah gak bisa dipakai lagi deh! ikut mobil aku aja."
Alya dan Citra mengangguk dan ikut ke mobil Shina.
Rencananya Shina mengajak Alya dan Citra menginap karena ini sudah malam.
"Kalian sebaiknya nginap aja ini sudah malam," kata Shina.
Shani terkejut dengan ucapan Maminya.
"Iya, Shina benar ini sudah malam kalian mau, kan." Oma Ratna berujar menyetujui usulan Shina.
"Emang boleh Shin," kata Alya.
"Ya boleh, emang kamu pikir aku apaan."
"Biasanya, kan kamu gak suka sama aku."
"Itu karena kamu klop banget sama Laras," sahut Shina makin kesal.
Alya tertawa mendengar alasan Shina.
"Hahahaha ..."
"Idih ketawa lagi," kesal Shina.
Citra dari tadi memandangi Shani yang disampingnya dan ini dekat sekali.
'Kenapa namanya sama dengan Shaniku, seandainya Shaniku ada pasti dia sebesar anak ini sekarang!' batin Citra.
Sebenarnya Shani melihat tatapan Mama kandungnya sendiri.
'Maaf Ma, Shani harus berpura-pura jadi orang lain dulu untuk menghabisi mereka semua!' batin Shani.
Citra terus terbayang wajah Shani kecil.
"Shani," gumam Citra dengan lirih dan sempat didengar oleh Alya.
Karena terlalu banyak drama, akhirnya Shani ketiduran.
Tidak lama kemudian sampai dikediaman Shina yang megah dan mewah.
"Ayo turun," anak Shina.
Alya terperangah karena kemewahan rumah Shina yang selama ini tidak pernah di publikasikan.
"Gila! ini rumah kamu Shin?" tanya Alya.
"Emmm ... ini rumah hadiah pernikahan suami aku buat aku, jadi menurut kamu ini rumah siapa?" tanya Shina balik.
Alya mengerucutkan bibirnya.
"Yee ... pamer banget sih," kesal Alya.
Shina hanya cengengesan.
"Shin, anak kamu kayaknya ketiduran ini." Citra berujar dari dalam mobil karena kepala Shani berada dalam pangkuannya.
"Astaga anak itu!" kaget Shina lalu melihat Shani yang sudah ngorok. "Ya ampun Nak, cantik-cantik kok ngorok."
Setelah melihat Shani yang ngorok, Shina menepuk jidatnya sendiri.
Shina ingin membangunkan Shani tapi langsung dicegah oleh Citra.
"Jangan Shin, kasihan mungkin dia kecapean."
Shina mengangguk.
"Benar juga yah, ya sudah aku panggilin Papinya dulu."
Tidak lama setelah itu Toni keluar dan langsung menggendong Shani.
Shina dan yang lainnya menghela nafas.
"Oma masuk kamar dulu yah, udah capek banget nihh."
"Iya Oma," sahut Alya dan Citra.
"Ouh iya, kalian berdua mau tidur bareng atau sendiri-sendiri?" tanya Shina.
"Emm ... tidur bareng aja deh kayaknya mau, kan Cit?" kata Alya.
Citra mengangguk.
"Ya sudah, sini aku kasih tahu kamar kalian."
Shina menunjukkan kamar untuk Alya dan Citra.
"Nah ini kamarnya, dekatan aja sih sama kami kamarnya dan itu kamar kami dan Shani."
Alya membuka pintu kamarnya.
"Widih bagus banget nih kamar, keren banget kamu Shin jadi Nyonya William."
Citra hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau kalian mau istirahat atau mandi semuanya sudah lengkap di dalam, aku juga mau istirahat." Shina langsung pergi meninggalkan Citra dan Alya.
***
Dalam kamar, Alya memuji Shina yang tampil apa adanya tidak seperti Laras yang selalu modis dan glamor.
"Diam-diam ternyata Shina sangat wahhh, gak kaya Laras."
"Ya pantas sih dia jadi Nyonya Williamz orangnya juga baik," sambung Citra.
"Nah itu poin pentingnya Cit, eh Cit kamu mau mandi gak?"
"Aku sih mandi udah lengket banget nih."
"Ya sudah deh mandi duluan aku mau mengagumi dekorasi bangunan kamar ini, apalagi ada balkonnya tuh."
"Iya-iya," sahut Citra sambil senyum.
Mereka berdua sudah selesai mandi dan saatnya tidur.
***
Dalam kamar Shina dan Toni mereka sangat mesra bahkan Toni selalu mengulum benda favorit miliknya itu setiap ingin tidur.
"Papi capek ya?" tanya Shina.
"He em ..."
"Ya sudah Papi istirahat yahh, ingat jangan di gigit."
Toni mengangguk seperti bayi yang menyusu pada Ibunya.
***
Saat pukul setengah tiga, sayup-sayup Citra mendengar isak tangis.
Sambil mengucek matanya.
"Malam-malam begini siapa yang nangis," gumam Citra lalu keluar sambil mendengarkan sumber suara itu.
Sumber suara itu dari arah kamar Shani.
"Kamar Shani," gumam Citra lalu membukanya tanpa beban.
Ternyata Shani sedang menangis tapi dia tidur.
"Dia menangis dalam keadaan tidur," gumam Citra lagi lalu mendekati Shani.
"Hiks hiks ... eeeee jangan sakiti Shani, Shani takut hiks hiks hiks ..."
Citra memegang pipi Shani dan itu ada air matanya.
"Hey," panggil Citra.
Tapi Shani masih saja menangis.
"Hiks hiks hiks ..."
"Duh gimana ini anaknya gak mau bangun," panik Citra karena wajahnya panas. "Ya ampun, badannya panas."
Seketika pintu terbuka.
"Citra," panggil Shina.
"Ehh Shin, maaf! aku lancang masuk kamar anak kamu, soalnya tadi aku denger ada yang nangis."
"Gak papa kok, kamu ke ganggu yahh."
"Enggak kok, biasa aja."
Terlihat Shina membawa kool fever.
"Maaf yahh, suara Shani ganggu kamu tidur yahh." Shina sambil membuka kool fever dan menempelkannya di dahi Shani.
"Gak papa kok, itu ... anak kamu sering gitu yahh?" tanya Citra.
"Iya ... dia punya trauma," sahut Shina sambil mengelus pipi Shani.
"Trauma, trauma apa?"
Shina kemudian menceritakannya sambil rebahan begitu juga dengan Citra.
"Kamu, kan tahu keluarga William gak pernah publik tentang anak atau keluarga. Saat itu umurnya masih 13 tahun, Shani diculik sama musuh bisnis Papinya dan itu menyebabkan Shani kecelakaan dan masuk lautan terus mobilnya meledak. Semenjak itu, Shani gak suka naik mobil atau berenang. Dan efek sampingnya ya gini, masih terbawa kalau lagi tidur ujung-ujungnya badannya panas. Tadi dia mau ikut naik mobil karena ada Omanya aja, soalnya Omanya paling gak bisa lihat Shani sakit."
Citra langsung kasihan dengan Shani dan mengelus pucuk kepala Shani dengan lembut.
"Kasihan kamu Nak," kata Citra.
Shina senang, anaknya Shani gampang disayang orang.
Lambat laun mata Shina dan Citra menjadi berat dan mengantuk hingga tertidur satu ranjang dengan Shani yang ditengah.
Baik Shina atau Citra memeluk Shani begitu hangat.
*FLASHBACK ON SHANI DICULIK*
ITSS NUNGGUIN YAHH, BESOK AJA YAHH.
🥰🥰🥰🥰🥰
***
DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE YANG BANYAK.
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..