Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26(Pov Dinda)
Aku menyuruh Leo untuk berhenti sebelum dekat rumah.
"Aku turun di sini saja."
"Kenapa turun di sini? Biarkan aku mengantarmu sampai depan rumah." Wajah Leo kebingungan.
"Nggak usah repot-repot oke. Biarkan aku turun di sini. Sebaiknya kamu segera pulang. Sebelumnya terima kasih sudah mengantarku pulang."
Leo hanya menganggukkan kepalanya membalas ku. Aku segera masuk setelah mobil hitam milik Leo pergi. Aku memastikan keadaan sekitar apakah aman atau tidak. Ternyata papa sudah pulang karena mobil nya ada di garasi. Aku memilih untuk ikut pintu belakang yang terhubung dengan dapur. Aku mengintip di dalam dan di sekitar ku untuk memastikan semua orang benar-benar tidur. Aku segera naik ke atas tetapi tetap berjinjit-jinjit agar suara langkahku tidak kedengaran. Kok lampu di kamarku mati. Aku bingung melihat kondisi kamarku yang gelap, padahal sebelum pergi lampunya tetap kunyalakan. Aku mencari saklar lampu dengan meraba-raba di dinding untuk menyalakan lampu nya.
"Dari mana kamu?"
Uuh... Aku ketahuan. Papa sedang duduk di atas sofa sambil menatapku dengan tajam. Muka papa terlihat sangat menyeramkan.
"Kamu tahu tidak ini jam berapa?"
"Ma..af pa." Aku tidak berani menatap wajah papa.
"Kamu itu anak perempuan, nggak baik keluar malam-malam. Kalau terjadi sesuatu sama kamu gimana?"
Baru kali ini aku dimarahin papa. Rasanya kakiku gemeteran karena takut. Ingin menangis tapi air mataku nggak keluar-keluar juga.
"Aku salah, maaf pa," rasa bersalah kini membuatku tak berani menatap Papa. Bodohnya diriku, kenapa tadi aku nggak izin dulu sama papa.
"Kamu darimana?" Kali ini suara papa berbeda dari sebelumnya. Sepertinya papa berusaha menahan amarahnya.
"Aku...,aku.."
"Nggak apa-apa kok. Maaf ya kalau suara papa tadi menakuti mu."
"Aku di undang sama teman-temanku untuk datang ke acara kakaknya."
"Acara apa?"
"Pameran lukisan dan karya seni pa."
"Temanmu perempuan atau laki-laki?"
"Perempuan pa, mereka juga pernah datang ke rumah kita buat belajar bareng."
"Oh begitu. Tapi lain kali kalau mau keluar izin dulu sama kami. Kalau mungkin mama dan papa nggak izinkan, kamu nggak boleh keluar diam-diam seperti hari ini."
"Baik pa."
"Ya sudah papa kembali ke kamar dulu. Kamu juga segera tidur besok harus ke sekolah."
Setelah papa keluar, aku menarik napas lega. Sungguh tadi menjadi detik-detik yang mendebarkan. Aku sampai bernapas tidak teratur. Aku berjanji pada diriku mulai sekarang untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Aku segera mengganti dengan piyama yang kugunakan tadi. Tidak lupa mematikan lampu sebelum tidur.
Aku mengambil buku matematika ku dari dalam tas. Sebentar lagi guru akan masuk kelas. Loly datang mendekat. "Kira-kira Si leo itu ngantar kamu sampai depan rumah nggak."
"Iya dia mengantarku."
"Kalau dia macam-macam bilang saja sama aku, biar aku tonjok orangnya."
Aku tertawa mendengar perkataan Loly.
Leo sibuk membaca bukunya, tapi aku sangat yakin dia pasti mendengar pembicaraan kami.
Setelah lonceng istirahat berbunyi, Loly dan Sita menghampiriku.
"Kita makan yuk, kamu kan nggak bawa bekal." Mulai hari ini aku memutuskan untuk tidak membawa bekal. Aku sudah memberikan alasan terbaik pada mama, jadi mama memaklumi nya.
"Baiklah, tapi kita ajak Leo ya."
"Terserah kamu."
Aku berjalan mendekati Leo yang masih tertidur di atas mejanya. Pantasan setiap kali datang ke sekolah dia selalu saja tidur, ternyata sepulang sekolah dia pasti langsung ke kantor mengurus pekerjaannya. Padahal bekerja di kantor kan sangat sulit. Sama seperti papa.
"Leo..." Aku membangunkannya dengan pelan.
Leo menatap ke arahku, "ada apa?"
"Aku mau mengajakmu untuk makan bersama dengan kami di kantin. Daripada kamu makan sendiri mendingan sama kita."
"Nggak usah." Leo kembali merebahkan kepala nya di atas meja. Sepertinya usahaku memang sia-sia.
"Bagaimana? Dia nggak mau kan?" Aku mengiyakan perkataan Sita.
Kami bertiga berjalan ke kantin. Loly memesan makanan sedangkan aku dan sita menunggu di meja pilihan kami bertiga. Setelah Loly membawa pesanan kami satu persatu, kami mulai menyantap makanan itu bersama. Menurutku masakan mama dan bi Atum masih lebih enak. Makanan di kantin sedikit hambar. Di tengah menyantap makanan kami, anak-anak mulai berbisik entah membicarakan apa. Tetapi terlihat heboh. Ternyata mereka membicarakan Leo. Iya Leo. Saat ini Leo sedang mengantri mengambil makanan. Dan dia menjadi pusat perhatian anak-anak. Leo jarang sekali ke kantin, dan jika ke kantin dia hanya duduk tanpa memesan apapun. Baru kali ini dia mengantri dengan anak-anak lain. Leo membawa nampannya dan berjalan ke meja kami. Ia duduk di kursi kosong tepat di sampingku.
"Ayo makan, kenapa malah liatin aku begitu."
Si pria dingin dan sok cool ini ternyata berpura-pura menolak ajakan ku tadi, mungkin karena dia malu.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.