Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
Alvaro dan Dinda telah sampai di apartemen. Pria itu dengan penuh semangat membuka pintunya. Mereka langsung menuju kamar utama. Dinda yang melihat Alvaro masuk mengikuti dirinya, memandangi pria itu dengan dahi berkerut.
"Kenapa memandangi aku seperti itu?" tanya Alvaro.
"Kenapa Om ikut masuk ke sini? Aku mau mandi," jawab Dinda.
"Apa kamu lupa, jika aku dan kamu saat ini telah resmi menikah. Kita ini sudah sah sebagai pasangan suami istri!" seru Alvaro.
Dinda menepuk jidatnya mendengar ucapan Alvaro. Dia baru ingat jika mereka tadi telah menikah dan resmi menjadi suami istri. Gadis itu lalu mendekati sang suami dan memeluk pinggangnya. Selama ini dia tak berani menyentuh karena belum ada ikatan. Padahal dia terkadang ingin di peluk juga.
"Maaf, Om. Aku lupa," ucap Dinda dengan wajah yang menengadah karena tingginya yang hanya sedada pria itu.
Alvaro membalas pelukan gadis itu. Dia lalu mengecup dahi istrinya dengan lembut.
"Tak masalah kalau hari ini kamu lupa, karena kita baru saja menikah, tapi kalau besok-besok kamu masih lupa kalau kamu istri aku, pasti kamu akan aku beri hukuman," ucap Alvaro.
"Hukuman ...? Hukuman apa?" tanya Dinda.
Dinda menanggapi ucapan Alvaro serius. Dia harus tahu apa yang akan suaminya lakukan jika dia lupa status mereka.
"Tak akan aku biarkan kamu keluar kamar seharian. Kamu harus bersamaku agar tak lupa jika aku suamimu!" seru Alvaro.
"Aku kira hukuman apa!" balas Dinda.
Dinda melepaskan pelukannya. Dia lalu berjalan menuju sudut kamar, di mana handuknya tergantung.
"Om, aku mandi dulu. Setelah itu baru, Om," ucap Dinda.
"Kita mandi bareng aja, gimana?" tanya Alvaro dengan menaik turunkan alisnya menggoda sang istri.
"Mandi bareng?" tanya Dinda dengan ragu. Alvaro mengangguk sebagai jawaban.
"Nggak ... Nggak, aku nggak mau. Malu ... Walau kita udah menikah, tapi aku masih malu. Aku harap Om mengerti dan jangan memaksa. Bukankah Om sudah janji tak akan memaksaku!" seru Dinda.
Padahal Alvaro tadi juga hanya bercanda. Dia pasti mengerti jika gadis itu perlu adaptasi dengan status mereka. Dia juga tak akan memaksa.
Dinda masuk ke kamar mandi. Setengah jam lamanya di dalam, membersihkan diri. Akhirnya gadis itu keluar dengan berjalan pelan. Dia lupa membawa baju ganti, sehingga hanya memakai handuk.
Alvaro yang duduk di ranjang dengan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang tersebut, memandangi Dinda dengan tersenyum melihat gadis itu yang malu-malu.
Dinda masih terlihat canggung karena tubuh terbukanya di lihat Alvaro. Terbukti dia langsung bersembunyi di balik pintu lemari. Dia memakai baju di balik pintu tersebut. Setelah berpakaian dia lalu menghampiri Alvaro.
"Om tak mau mandi?" tanya Dinda.
"Tentu saja. Badanku sudah gerah," jawab Alvaro. Dia turun dari ranjang dan mengecup pucuk kepala sang istri sebelum berjalan masuk ke kamar mandi. Dinda tersenyum melihat kepergian pria itu. Perlakuan manis Alvaro itulah yang membuat dia mau menikah dengan pria yang pantas sebagai ayahnya.
Alvaro tak pernah memaksa apa pun, dia selalu meminta pendapat jika akan melakukan sesuatu. Dua bulan mereka tinggal seatap tak pernah sekalipun dia mencoba melakukan pelecehan padanya. Mungkin jika pria lain sudah mengambil kesempatan.
Dinda yakin Alvaro adalah pria yang tepat sebagai suaminya. Selain bisa dijadikan ayah, abang dan juga bisa jadi suami sakaligus.
Setelah mandi, Alvaro langsung naik ke ranjang. Berbaring di samping Dinda. Gadis itu memiringkan tubuhnya menghadap sang suami.
"Om, besok aku minta izin mau menginap di rumah teman. Bukankah Om juga akan menginap di rumah mantan istri?" tanya Dinda.
"Ada acara apa sehingga kamu menginap di rumah temanmu itu?" tanya Alvaro.
"Katanya sih, perayaan ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya," jawab Dinda.
Alvaro cukup terkejut mendengar jawaban dari Dinda, kenapa bisa sama dengan dirinya. Namun, bukankah banyak yang perayaan ulang tahunnya sama. Ada jutaan penduduk Indonesia, jika kebetulan sama itu bukan hal yang aneh.
"Jangan lama-lama menginapnya. Maaf, aku tak bisa mengantarmu," ucap Alvaro.
"Tak masalah, Om. Aku sudah sering katakan, jika aku sudah terbiasa pergi sendirian. Tak perlu kuatir," balas Dinda.
"Tapi saat ini kamu sudah menjadi istriku, sudah merupakan kewajiban bagiku untuk melindungi kamu," ucap Alvaro.
Alvaro lalu menarik pinggang istrinya agar makin merapat, hal itu membuat Dinda menjadi gugup. Pria itu melihat perubahan wajah Dinda jadi tersenyum.
"Jangan takut, aku tak akan melakukan apa-apa, hanya ingin memeluk dirimu saja. Aku menikahi kamu agar aku bebas melakukan semua ini. Pernikahan bukan hanya tentang hubungan badan, tapi juga kenyamanan seperti saat ini. Cukup berpelukan. Aku tak akan meminta hakku sebelum kamu sendiri yang bilang siap," ucap Alvaro.
Mendengar ucapan Alvaro, Dinda langsung memeluk pria itu. Menenggelamkan kepalanya di dada bidang suaminya.
Alvaro memeluk erat tubuh istrinya dan mengecup pucuk kepalanya berulang kali. Terlihat sekali kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Tak berapa lama terdengar suara napas teratur dari Dinda pertanda dia telah terlelap. Pria itu juga ikut memejamkan mata dan tak berapa lama juga tertidur.
**
Pagi harinya, Alvaro terbangun tapi tak melihat Dinda ada di sampingnya. Pria itu bangun dan langsung keluar dari kamar. Dia mencium bau wangi masakan sehingga langsung menuju dapur. Melihat sang istri sedang masak, dia menghampiri dan memeluknya dari belakang.
"Sayang, masak apa?" tanya Alvaro. Dia lalu mengecup pipi Dinda.
"Masak omelet sayur. Om suka?" tanya Dinda.
"Apa pun yang kamu masak, aku pasti suka," jawab Alvaro. Kembali dia mengecup pipi istrinya.
"Om mandi dulu sana. Biar aku selesaikan masakan ini. Katanya mau cepat berangkatnya?" tanya Dinda.
"Aku ke kantor dulu. Ke tempat istriku agak siangan. Kamu ke tempat teman jam berapa?" tanya Alvaro.
"Mungkin agak siangan juga," jawab Dinda.
"Mulai hari ini kamu tak usah bekerja. Di rumah saja. Aku mau cari gantinya kamu sekalian," balas Alvaro.
"Tapi ...."
"Nggak ada tapi-tapian, Sayang."
Dinda tak bisa menjawab lagi, dia terpaksa mengikuti apa kata sang suami. Padahal impiannya dari dulu bekerja kantoran.
Alvaro sarapan dengan lahap. Setelah itu pamit pergi ke kantor. Dinda mencium tangan suaminya, dan di balas pria itu dengan mengecup dahi sang istri.
Jam sepuluh, Dinda bersiap-siap untuk pergi ke villa milik keluarga Vina. Dia membawa satu gaun pesta dan dua baju santai. Sahabatnya telah beberapa kali menghubungi, takut Dinda berubah pikiran dan tak jadi datang. Setelah gadis itu meyakinkan dengan memotret tas bajunya.
Saat ini Dinda telah berada di dalam taksi yang akan membawanya menuju villa keluarga Vina.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...