Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
"Ya sudah bu, aku pergi dulu." Dila akhirnya berangkat kuliah tanpa mendapat uang saku yang diinginkan, tapi tanpa sepengetahuan siapapun Dila sebenarnya mempunyai uang yang lumayan banyak di rekeningnya. Jadi, dia tidak akan bingung bila tidak mendapat uang saku baik dari ibu atau pun dari Dika. Dila pergi dengan menggunakan ojek online yang sudah di pesannya dari tadi.
Bu Ayu yang masih penasaran dengan apa yang dilihatnya tadi masih tidak bisa percaya. Dari mana Yesha mempunyai banyak uang. Sempat terbesit apakah Yesha menjual dirinya selama ini,sehingga bisa mendapatkan uang banyak.
"Ah sudahlah, nanti coba aku tanyakan sama Dika. Barangkali dia tau."
*
*
Dirumah Yesha,
Yesha yang merasa puas karena bisa membalas telak mantan ibu mertuanya pun tak henti-hentinya menyunggingkan senyumannya. Bahkan saat dia memasak pun, dia terus tersenyum. Membuat bi Sum yang membantunya jadi bergidik.
"Mbak Yesha nggak apa-apa kan? " tanya Bi sum ragu-ragu.
Yesha yang mendengar pertanyaan dari bi Sum pun langsung menghentikan senyumnya.
"Emang aku kenapa bi? " tanya Yesha tak mengerti.
"Enggak mbak, dari tadi bibi perhatikan mbak yesha senyum-senyum terus dari tadi sepulang dari pasar. " kata bi Sum mengatakan apa yang dia lihat.
"Maaf ya bi, kalau membuat bibi khawatir. Aku tadi bertemu seseorang di masa lalu yang membuatku terluka. Tapi aku berhasil membalikkan keadaan. " kata Yesha dengan semangat.
"Ah, syukurlah jika mbak Yesha nggak kenapa-napa. Bibi juga ikut khawatit mbak. "
"maaf ya, bi. kalau tingkahku membuat bibi nggak nyaman. Ini masakannya udah jadi, tolong ambilkan kotak bekal itu, bi. " kata Nisa meminta bi sum mengambilkan sebuah kotak bekal untuk Abhi.
Yesha lalu menata beberapa makanan di kotak itu. Lalu menulis sebuah pesan di atas kertas, dan menempelkan nya di atas kotak nasi itu. Setelah semua selesai Yesha langsung meminta Aryo untuk mengantar kan makanannya ke kantor Abhi.
Kemudian dia sendiri yang langsung menghubungi Abhi, kalau bekal makan siangnya sedang di antar oleh security rumah kostnya.
Abhi yang menerim pesan dari Yesha pun, hanya bisa tersenyum dan segera menghubungi bagian resepsionis.
"Nanti kalau ada orang yang mengantar bekal makan siangku, segera antarkan ke ruanganku ya." Pesan Abhi kepada resepsionis nya.
"Baik pak." Hanya dua kata itu yang terucap dari mulut resepsionis.
Siapa yang berani melawan Abhi, putra sekaligus ahli waris dari Perusahaan Pradipta Properti dan juga pemilik LBH tempat mereka bekerja. Jika tidak ingin di pecat.
Tak lama Seorang pemuda berpakaian satpam menghadap resepsionis. Bahwa dia mengantar bekal makan siang untuk Pak Abhi. Resepsionis itu menerimanya dan satpam itupun segera kembali ke tempat kerjanya.
Resepsionis itupun langsung menyuruh salah satu OB untuk mengantarkan bekal makan siang pak bosnya.
"Munir kemarilah, antarkan ini keruangan bos kita." ujar Resepsionis itu.
Setelah menerima paper bag dari Ob, Abhi langsung membukanya. Ternyata isinya makan siang yang dia tunggu-tunggu selama ini. Namun matanya memicing saat melihat ada secarik kertas diatas kotak bekalnya. Abhi mengambil kertas itu lalu membacanya.
"Selamat menikmati makan siangnya mas Abhi, semoga suka dengan menu hari ini.
Note : Nanti malam kalau nggak ada acara mas Abhi bisa datang ke rumah. Kita makan malam bareng Jihan. Aku mau minta bantuan mas Abhi sekali lagi ."
Lagi-lagi abhi mengerutkan keningnya. Poin dari surat ini adalah makan malam dan minta bantuan. Tapi dibalik kebingungan nya seulas senyum terukir di bibir Abhi. Dia lalu mengambil ponsel, dan mengirin pesan pada Yesha.
✉️ "Baiklah, aku akan datang. Masak yang enak ya. "
Pesan terkirim.
Abhi kemudian mulai menikmati makan siangnya. Licik memang, dia memanfaatkan Yesha untuk mengirimkan bekal makan siang selama empat bulan hanya untuk membayar jasanya sebagai pengacara. Padahal Yesha juga bisa membayarnya dengan uang tunai. Tapi apa boleh buat, Abhi sudah jatuh cinta dengan masakan buatan Yesha. Walau hanya terbilang masakan rumahan, tapi sangat memanjakan lidah Abhi yang sangat sulit menerima masakan nusantara.
Bekal yang di makan Abhi sudah habis tak bersisa. Dia kemudian mencuci kotak bekal makan siang itu, agar nanti bisa dikembalikan kepada pemiliknya. Dan besok bisa diisi lagi dengan makanan lain.
Pekerjaan Abhi juga sudah selesai, beberapa kasus yang masuk, ada yang ditangani rekan satu timnya jadi dia bisa santai dirumah setelah ini.
Di rumah Yesha,
Yesha yang baru membaca pesan dari Abhi pun, langsung tersenyum lebar. Karean pada akhirnya dia akan berkonsultasi dengan orang yang tepat untuk mengembangkan usahanya.
Yesha kemudian menemui Lusi yang sepertinya sibuk packing dari tadi. Mengingat banyak orderan yang masuk hari ini. Dia langsung membantu Lusi untuk mempacking pakaian yang akan di jemput kurir sebentar lagi.
"Mbak, tetanggaku ada yang nanyain mbak Yesha. Ya sebenarnya nggak cuma tetanggaku aja sih. Banyak yang nanyain embak. " ujar Lusi sambil tangannya terus bekerja.
"Tanya apa, Lus? " Yesha juga penasaran apa yang ditanyakan mereka kepada Lusi. Kenapa tidak langsung tanya padanya saja.
"Mereka tanya, mbak Yesha apa sudah resmi bercerai? " kata Lusi kemudian.
Yesha mengernyit tak mengerti, kenapa mereka menanyakan hal itu?
"Terus? "
"Ya, aku jawab udah. Baru kemarin ketok palu. aku bilang gitu mbk. "
"Trus... truss... mereka bilang apa lagi. "
"Wih, udah jadi janda dong, bisa kita deketin tuh. gitu mbak kata mereka. " Lusi menirukan ucapan orang yang menanyakan tentang Yesha kepadanya.
Yesha menghembuskan napasnya kasar.
"Ya gimana lagi, Lus. Emang sekarang udah jadi Janda. single parent yang harus membesarkan anak seorang diri. " keluh Yesha pada akhirnya.
"Banyak lho mbak, yang pengen deketin mbak Yesha, baik itu duda atau perjaka. Mereka diam-diam mengagumi mbak Yesha. "
"Aku belum siap untuk berumah tangga lagi, Lus. Trauma masalah pernikaham belum bisa aku hilang kan. Aku nggak mau mendapat keluarga toxic seperti keluarga mantan suamiku. Dan aku nggak mau dapat suami yang nggak bertanggung jawab lagi. Sakit rasanya jika mengingat semua itu. " Yesha akhirnya mengeluarkan keluh kesahnya selama ini.
"Sabar, mbak. pelan-pelan aja mbak Yesha mengobati trauma nya. Nanti jika mbak Yesha sudah siap, maka pria itu akan datang dan akan menyembuhkan luka mbak Yesha. " Lusi mencoba menghibur majikannya itu. Dia merasa bersalah karena sudah mengingatkan tentang pernikahannya terdahulu.
Tanpa mereka sadari obrolan Yesha dan Lusi didengarkan dan direkam oleh Jihan yang hendak makan siang. Jihan merasa sedikit kesal, saat lusi bilang kalau banyak pria yang mengincar Yesha. Dan merasa sedih ternyata perceraian Yesha menyisakan trauma di hati Yesha.
"Aku harus memberitahu mas Abhi tentang ini. Jika mas Abhi menyukai mbak Yesha maka mas Abhi harus segera bergerak cepat. Tapi jika tidak, maka mas Abhi harus rela menyerahkan mbak Yesha pada pria lain. Dan pada akhirnya mas Abhi tidak bisa mendapatkan makanan kesukaannya. " Jihan prihatin sekaligus terkekeh jika mengingat hal itu.
"Mungkin saja cinta mas Abhi nanti ibarat kata dari mulut turun keperut terus naik ke hati. " lagi-lagi Jihan terkekeh dengan pemikirannya.
Jihan langsung memasang wajah biasanya seolah tidak tau apa-apa dan menyapa Yesha dan Lusi yang di lewatinya.
"Mbak, aku makan dulu ya? " kata Jihan kepada Yesha.
"Iya, ambil aja di belakang. semua sudah siap. Tinggal kamu sama Aksa yaang belum makan siang.
Jihan lalu mengambil beberapa makanan di piringnya, lalu berjalan mendekati Yesha dan Lusi yang sedang packing...
" Rame, mbak. " tanya Jihan basa-basi.
"Alhamdulillah ada aja, Jihan. Kenapa kamu makan disini, nggak makan di meja saja? " Tanya Yesha dengan lembut.
"Enggak mbak, enak disini. Ada temen ngobrolnya. Oh, iya mbak. Gimana? apa sudah menghubungi mas Abhi? " tanya Jihan sambil mengunyah makanannya.
"Sudah, nanti malam dia akan kesini katanya. Sesuai rencanamu, aku mengajaknya makan malam. " kata Yesha sambil terkekeh.
Mendengar itu Jihan ikut terkekeh..
"Benerkan, kalau ditawari makan pasti dia mau. Apalagi masakan mbak Yesha, nggak usah mikir dua kali dia. " lanjutnya.
Yesha membenarkan omongan Jihan itu. Abhi tidak akan menolak jika ditawari makanan. Bahkan dengan tidak tau malunya, dia sendiri yang meminta di buatkan bekal makan siang selama empat bulan.
Benar-benar amazing, duda satu ini.
*
*
Di rumah bu Ayu, malam harinya ketika Dika pulang dari kerja, dia langsung mendapatkan banyak pertanyaan aneh dari ibunya itu. Dika yang hendak masuk kamar langsung diseret ibunya untuk bicara di ruang keluarga dulu
"Ada apa sih, bu. Aku capek tau." gerutu Dika saat lengannya di tarik ibunya.
"Sini sebentar, ada yang ingin ibu tanyakan. "
"Apa? " kata Abhi ketus ketika mereka sudah duduk di ruang keluarga.
"Ibu tanya sama kamu, apa kamu memberi harta gono gini saat bercerai dengan Yesha. " tanya bu Ayu langsung pada intinya.
"Enggak, aku nggak ngasih apa-apa, dia juga nggak minta apa-apa. Dia cuma minta hak asuh Aksa jatuh ke tangannya. " jawab Dika apa adanya.
Jawaban Dika sama persis dengan jawaban Vio. Berarti baik Vio ataupun Dika tidak ada yang berbohong.
"Lalu dari mana dia mendapat uang sebanyak itu?" pikir bu Ayu.
"Kenapa sih bu? " tanya Dika yang penasaran saat melihat ibunya itu kebingungan.
Bu Ayu lalu menceritakan pertemuannya dengan Yesha tadi pagi di toko perhiasan..
"Ibu jadi ingin tau, dari mana Yesha mendapat uang sebanyak itu? Apa setelah keluar dsri rumah dia menjuak diri? " Bu Ayu mengatakan apa yang ada di pikirannya sejak tadi pada Dika.
Dika yang mendengar itupun terkejut dan juga tidak menyangka dari mana Yesha mendapat uang sebanyak itu? Apakah dia menjual diri, seperti yang dikatakan ibunya itu?
"Aku harus mencari tau sendiri kebenarannya. " ujar Dika dengan yakin
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?