Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Orang lain
Disebuah apartment mewah, Rhyan sedang memasak, seorang pria duduk berkutat dengan iPad didepannya hanya melihat sang kakak memasak. Mereka memang pisah rumah karena sewaktu kecil sang adik diadopsi oleh orang lain setelah terusir dari panti asuhan.
" Bagaimana menurutmu yang terjadi kemarin?" kata Rhyan, pria itu melepaskan iPad nya melihat pada Rhyan. Ia berfikir sebentar.
" Aku tidak tau, aku hanya tidak menyangka bahwa ORANG ITU lebih cepat dariku untuk bertindak." pria itu tidak menyangka bahwa ada orang lain yang menginginkan mangsanya.
" Sampai sekarang kita tidak tau siapa orang ini, tetapi karena penayangan kemarin kita sudah tau bahwa dia sudah kembali, kita harus hati-hati." kata Rhyan.
" Aku selalu penasaran, jika Kenzo menyerah maka Kenza tidak akan pernah ditemukan, hanya orang itu yang mengetahui keberadaan Kenza, penayangan kemarin berani membuatnya muncul setelah sekian lama menghilang, dia datang menghancurkan mental semua orang."
" Kita tidak tau kebencian apa yang ia miliki pada keluarga Abriano."
" Tidak, dia suka tantangan, dia membunuh karena merasa tertantang, aku tebak dia mulai bermain lagi, sejak Kenza menghilang kita sudah mencari jejaknya tetapi tidak ditemukan, aku menggambar pola itu hanya untuk memancingnya tetapi dia tidak muncul..."
" Sudah banyak yang meniru, kau salah satunya, tetapi yang kakak heran apa yang memicu dia muncul."
" Dia sudah lama muncul, kakak ingat aku pernah cerita hujan darah di cafe dekat rumah sakit, aku tebak dia melakukannya..."
" Kenapa? Dia merasa tertantang untuk bermain dengan Kenzo?"
" Mungkin Kenza yang membuat tantangan padanya...mungkin Kenza belum mati dan dia menyembunyikan Kenza disuatu tempat." katanya ragu, Rhyan menoleh padanya mendengar adiknya ragu, biasanya ia sangat percaya diri dengan perhitungannya.
" Saat ini kota sedang kacau dalam ketakutan, kau jangan bertindak."
" Aku tau." katanya, Sang kakak sudah menyiapkan makanan diatas meja makan, adiknya menyiapkan peralatan makan diatas meja, setelah makanan dihidangkan mereka makan bersama.
Kenzo menjaga rumah sakit, Anggraini tetap bekerja karena Khayra dirawat dirumah sakit tempat Anggraini bekerja, jadi dia sesekali datang melihat kondisi Khayra, Anggraini sudah mengetahui apa yang terjadi pada Khayra lewat berita yang beredar jadi dia tidak bertanya lagi pada Kenzo, tetapi itu benar-benar membuat hatinya hancur.
Kenzo duduk mengupas buah sambil melihat adiknya yang masih belum bangun, harusnya kata dokter dia bangun hari ini, Anggraini sudah pergi setelah mengantar sarapan pada Kenzo. Kenzo mengelus tangan Khayra melihat tangan yang lebam biru.
" Apa ini sakit?" kata Kenzo.
" Sakit." kata Khayra lalu membuka matanya, Kenzo terkejut sekaligus bahagia bahwa Khayra akhirnya bangun.
" Aku akan panggil dokter." kata Kenzo lalu berlari keluar, tak lama ia datang membawa dokter, Khayra terdiam memandang dokter itu, setelah diperiksa ia sudah membaik.
" Kondisinya sudah membaik, jangan membahas apapun padanya, biarkan ia banyak beristirahat." kata dokter, Kenzo mengangguk lalu mengantar dokter keluar.
" Bagaimana perasaanmu?" kata Kenzo, Khayra memandang kearah jendela, tirai kamar sudah dibuka sehingga cahaya mentari pagi masuk kedalam ruangan, bulir-bulir air mata tiba-tiba jatuh di pipinya.
" Khayra..." panggil Kenzo lembut, air matanya semakin deras, ia tidak bisa melupakan kejadian malam itu, kekasih yang ia cintai dibakar hidup-hidup didepan matanya membuat hatinya rapuh, ia tidak pernah merasakan rasa takut sebesar ini, ia lupa bahwa ia memiliki orang yang disayang, karena keberaniannya orang yang disayang menjadi korban.
Kenzo memeluk Khayra, ia tidak bisa mengatakan apapun untuk menenangkan gadis ini, ia baru saja bangun dan sudah bersedih seperti sekarang membuat Kenzo merasa bersalah.
" Jangan terlalu bersedih, jaga kesehatan." kata Kenzo mecium pucuk kepala gadis itu dan memeluknya erat.
" Aku tidak bisa menyalahkan kak Kenzo, aku tidak bisa melampiaskan kemarahanku, aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri, Zavino sudah tiada kak... Zavino..." Khayra semakin keras menangis dipelukan Kenzo.
" Maafkan kakak, maaf..." Kenzo menepuk punggung gadis yang sudah berderai air mata, hatinya semakin sakit melihat Khayra histeris seperti ini, mata Kenzo sudah berkaca-kaca menahan air mata agar tidak tumpah.
" Zavino... Zavino... maaf..." Khayra menangis tersedu-sedu, Kenzo menenangkannya agar tidak mempengaruhi kesehatan dan pemulihan Khayra. Setelah gadis itu tenang Kenzo mengupas buah apel lalu menyerahkan pada Khayra.
Mereka tidak ingin membahas apa yang terjadi malam itu, Kenzo juga tidak berkeinginan untuk membicarakan luka yang membuat mereka sakit, jadi setelah makan Khayra kembali tidur.
Sudah satu Minggu sejak Khayra masuk rumah sakit, hari ini ia diperbolehkan pulang, Han, Calvin dan Adriana datang mengantar Khayra pulang, sampai saat ini Khanva masih belum ditemukan atau dihubungi oleh Kenzo membuat Kenzo khawatir.
Hari ini Anggraini cuti sehingga bisa menjaga Khayra dirumah, Calvin, Han, Adriana dan Kenzo pergi kesebuah rumah sakit jiwa. Kenzo mendapat pesan bahwa Khanva berada disana jadi ia bergegas pergi setelah mengantar Khayra. Mereka sampai dirumah sakit jiwa, beberapa pasien rumah sakit jiwa yang dilepaskan saat melihat mereka datang mengganggu.
" Kita ada teman." katanya cekikikan tertawa, 5 orang gila itu mengelilingi mereka dan bertepuk tangan.
" Apa seperti ini orang gila?" kata Adriana.
" Siapa yang orang gila? Kau yang gila." teriak wanita itu marah, lalu tersenyum manja melihat Kenzo. Adriana bengong melihat tingkah centil wanita gila itu, ia senyum manja dan mengibaskan rambutnya agar terlihat cantik didepan Kenzo, Han dan Calvin sudah diganggu oleh wanita gila lain hanya Adriana yang tidak diganggu oleh mereka.
" Apa kau sudah menikah?" kata wanita itu centil, ia sekitar berumur 30 an. Kenzo menggeleng jujur, wanita itu kegirangan.
" Aku berumur 18 Tahun, kau mau menikah denganku?" Adriana langsung menarik Kenzo agar menjauh dari wanita gila itu.
" Hei wanita gila, kenapa kau menarik calon suamiku." teriak wanita itu, ia mulai mengamuk dan menangis, Kenzo dan Adriana bingung. Seorang perawat berlari padanya untuk memenangkannya.
" kenapa?" tanya Perawat itu.
" Wanita gila itu mengambil calon suamiku..." katanya menangis.
" Ah, dia bukan calon suamimu, kau kan sudah menikah, bukankah suamimu sedang berkerja hari ini, kau lupa?"
" Ahh, aku lupa." katanya girang lalu pergi dengan sukacita. Perawat itu menghampiri Kenzo dan Adriana, lalu membungkuk sedikit untuk menyapa.
" Kalian...?"
" kami mencari seorang pasien." kata Kenzo. Han dan Calvin menghampiri mereka setelah menipu orang gila lain.
" Siapa?" tanya Perawat itu.
" Khanva."
" Khanva? Ah pasien yang beberapa hari yang lalu dikirim kemarin."
" Benar."
" Mari ikut saya, keadaannya sangat mengkhawatirkan dia terus mengaku bahwa dia adalah mafia, dan terus marah sehingga kami mengikatnya ditempat tidur." kata perawat itu, Kenzo menahan senyum lalu mengikuti perawat itu.
Mereka sampai disebuah kamar ujung lorong yang jarang dilalui, saat perawat membuka pintu, Khanva sedang bermain dengan orang gila dikamar itu. Khanva melihat perawat itu ia mengacuhkannya seperkian detik wajahnya langsung cerah ia langsung menangis haru membuat semua orang bingung.
" Tuan muda... akhirnya kau datang...aku hampir gila disini huhuhuhu, akhirnya kau membaca pesanku..." ia menangis haru, orang gila yang berada dikamar kegirangan.
Perawat itu bingung lalu menoleh pada keempat orang dibelakangnya, Kenzo masuk lalu menepuk pundak pria yang menangis itu.
" Suster, tolong lepaskan rantainya, dia tidak gila, Dia temanku." kata Kenzo, perawat itu mengangguk lalu mengeluarkan kunci dari sakunya kemudian membukanya, Khanva langsung memeluk Kenzo.
" Untung aku cerdas, kalau tidak...aku tidak tau kapan akan keluar dari sini."
" Kulihat kau sangat suka tempat ini " kata Kenzo, tangis khanva semakin keras.
" Tuan muda jangan meledekku." Kenzo tertawa kecil lalu menepuk pundak pria itu.
" Aku tidak tau siapa yang memasukan kedalam rumah sakit jiwa, saat aku sadar aku sudah terikat disana, mereka mengira aku gila semakin membuat aku gila, untung aku mencuri ponsel seorang perawat dan mengingat nomor tuan muda." kata nya.
perawat itu menatap pada Khanva, lalu menjelaskan bahwa saat Khanva dibawa ia sudah diperingatkan bahwa orang ini sudah gila, saat dia bangun dia akan mengaku bahwa dia mafia lalu dia mengatakan bahwa dia memiliki tuan muda dan benar saat bangun dia mengatakan apa yang dikatakan oleh orang yang mengantarnya.
" Apa anda mengetahui ciri orang tersebut?"
" Dia pria sekitar berumur 30an, memiliki bekas luka sobek di bibirnya."
" Terima kasih." kata Kenzo.
Kenzo mengurus semua prosedur rumah sakit jiwa untuk membawa Khanva keluar, setelah selesai mereka pergi.