Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati dan Hasrat
Diruang kamar Belsazar sedang menikmati cinta bersama Nana, sedangkan Pris mencoba melarikan diri dari Sadrakh. Semenjak pulang ke Manado Pris belum pulang rumah, dia dikurung Sadrakh di hotel, walaupun mereka berdua tetap menjaga sikap.
"Aku harus melarikan diri dulu, kenapa Sadrakh begitu menakutkan. " ucap dalam hati Pris sambil bersembunyi mencari cara untuk keluar.
Semua keluarga berdansa, berbincang-bincang melepas rindu, apalagi Tuan Mordekhai dan istrinya datang. Absalompun digoda terus karena merekapun menginginkan menantu.
Prispun perlahan'-lahan menuju pintu keluar. Begitu senangnya dia setelah berada diluar, dia bersiap-siap menuju gerbang depan. Pemandangan yang indahpun dilihatnya karena berjajar bunga-bunga yang indah, walaupun sesekali membungkuk.
Langkahnya semakin lucu karena kegirangan menggapai pagar depan keluarga Andes. Namun ada dekapan tangan dan langsung mengunci membuat wanita ini tidak bergerak.
"Sepertinya, aku harus menggunakan cara yang licik agar kau bisa tetap disampingku."bisikan Sadrakh ditelinga Pris.
"Ampun, aku mohon. Aku menyerah." menatap Sadrakh dan langsung langsung menciumnya.
Sadrakh kaget dengan apa yang Pris lakukan, wanita ini yang mengambil inisiatif duluan, tapi diapun sangat senang.
"Ayo kita kembali ke hotel."ucap lembut Sadrakh.
"Bolehkah, aku pulang ke rumah? Aku merindukan rumahku juga."
"Baiklah."
Sadrakhpun memanggil supirnya agar segera mengantarkan mereka ke hotel dulu mengambil barang dan menuju rumah Pris.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Nathan membawa Tabitha untuk berjalan-jalan ke sekeliling rumah. Mulai menceritakan tetang persahabatan mereka. Diapun mengajaknya ke ruang tengah rumah dan membuka beberapa album yang memang sudah disiapkannya.
Tabitha memperhatikan dengan seksama, adakalanya Tabitha menutup matanya ketika di foto tertentu.
"Kenapa kau menutup matamu?"tanya Nathan penuh perasaan.
"Karena aku merasakannya , ketika mataku ditutup seperti ada layar film yang mendatangkan situasi itu. Seakan-akan aku disitu."
"Jangan terburu-buru, ada saatnya kau pasti mengingatnya."
Kring!
"Hallo Abi."
"Tabitha, kau ada di Manado ? aku melihat statusmu." suara pria dari seberang telephone yang membangkitkan kecemburuan Nathan.
"Iya, aku tinggal di rumah tanteku, aku juga sangat senang , karena bisa bertemu dengan tiga temanku waktu di Amerika.
Percakapan itu akrab sekali, Tabitha bahkan tertawa menambah kecantikannya, tetapi membuat kecewa Nathan. Tabitha ternyata memiliki teman dan seorang pria, rasa was-was hadir dalam diri Nathan.
Percakapan ditelephonepun selesai. Tabitha kembali mengarahkan pandangannya ke Nathan. Dan tiba-tiba seakan bayangan masa lalu itu hadir. Foto-foto yang dia lihat tadi seakan berkumpul menjadi slide namun terfokus pada Nathan dan dirinya. Tabitha langsung memegang kepala merintih sakit.
Nathan segera memeluknya dan medengungkan lagu yang dia ciptakan untuk Tabitha. Bukannya tenang tetapi gejolak itu semakin keras , apa yang wanita itu lihat adalah kejadian beberapa saat sebelum kecelakaan. Dia semakin tidak bisa mengontrol dirinya dan langsung pingsan.
Nathanpun segera membawa Tabitha ke kamarnya dan mengambil tindakan medis. Diapun menghubungi Absalom dan Easter agar segera ke kamarnya. Dia membutuhkan Nana untuk coba menggali informasi dengan metodenya sebagai Psycolog.
"Ar, kalian dimana?"
"Aduh Ka, kau mengganggu saja."
"Aku mohon, ini tentang Tabitha."
Belsazar segera membersihkan dirinya, dia tetap membiarkan Nana tertidur karena kecapean melayaninya. Belsazarpun menuju ke kamar Nathan.
"Ada apa Ka?"
"Kenapa hanya kamu, Nana dimana?"
"Nana sedang tidur, aku sengaja tidak mengganggunya karena kecapean."
"Ar, apakah kau tidak melepaskannya sedetikpun?" goda Absalom.
"Kamikan pengantin baru, jadi kalian jangan heran. Cepatlah kalian menyusul." memandang Nathan dan Absalom.
"Aku perlu Nana untuk menangani Tabitha." ucapan memohon Nathan.
"Baiklah, aku akan mencoba membangunkannya."
Belsazar kembali ke kamarnya, perlahan-lahan membangunkan Nana. Nanapun terbagun dan memang tubuhnya sangat kecapean. Belsazar menggendong dan membantunya mandi.
Pengantin baru ini segera menuju kamar Nathan. Nanapun memulai keahliannya, menuntun Tabitha untuk bisa kembali ke masa-masa itu. Tabitha mulai terpancing, keringat mulai mengalir deras, kedua tangannya dikepal dan tiba-tiba dia berteriak keras.
"Kasihku!" membuka matanya dengan posisi tubuh tegap dan tangan kanan yang ingin menggapai.
"Ka, apa yang kau lihat."Nana bertanya dengan lembut.
"Seorang pria yang menungguku, memakai switer biru dan celana panjang coklat. Tapi pada saat dia berbalik kearahku , aku terbangun." Tabitha merunduk dengan wajah sedih.
Mendengar itu, Nana memberikan semangat kepada kakak sepupunya. Dan gerakan cepat Natahan membuka lemari pakaiannya , didalam kotak ada sepasang baju yang dia simpan. Diapun permisi sebentar dan mengganti pakaian.
"Apakah bajunya seperti ini?" Nathan kembali dan Tabitha menatapnya dengan seksama. Kejadian waktu itu seakan berada tepat didepan Tabitha, nafas yang tidak beraturan menguasainya, airmatanya mengalir, dia memegang kepalanya karena sakit. Nathan ingin mendekati tapi dilarang Nana. Mereka membiarkan reaksi itu. Nathan tidak tega, namun sorot mata Nana yang menatapnya membuat dia mundur.
"Na-than." suara Tabitha yang lemah dan tertunduk. Nana mengisyaratkan Nathan mendekat. Tabitha mengangkat wajahnya dan memegang pipi Nathan kemudian tersenyum.
"Kasihku, aku rindu." Tabitha tertidur kembali. Mereka sangat senang karena reaksi tadi bisa dipastikan ingatannya kembali. Nathan menggendong kekasihnya itu dan meletakkan ditempat tidur. Dia berjalan ke arah Nana dan memeluknya, suasana canggung Belsazar yang langsung menarik Nana.
"Ar, Nana adikku, aku ingin berterima kasih."
"Aku masih tidak suka ada pria lain yang memeluk istriku, apalagi mengingat kejadian dulu."
"Tabitha sudah kembali, dia cintaku yang sebenarnya,. Dulu itu hanya obsesi kemiripan."
"Sudah Ka, masa lalu lupakan saja, kita sekarang fokus ke ka Tabitha. Menunggu dia bangun, sekarang pikirannya agak terkuras, biarkan dia istirahat dulu. Ucap Nana penuh kesabaran dan melirik suaminya yang pencemburu.
"Bisakah kalian tetap dirumah dulu, sampai Tabitha sadar?"
"Bisa ka." Nana menjawab, tetapi tatapan protes Belsazar sangat nampak.
Belsazarpun langsung mengajak Nana kembali ke kamar dan Easter mohon pamit untuk istirahat dikamarnya. Absalom juga pamit pulang ke rumah karena kedua orangtuanya datang, dia ingin melepas rindu dengan mereka.
Nathan begitu gelisah namun dia harus beristirahat. Nathan akhirnya tertidur. Menjelang subuh Nathan terbangun tetapi dia tidak mendapati Tabitha, dalam keadaan panik dia ingin keluar kamar namun terdengar pintu kamar mandinya terbuka. Dilihatnya Tabitha yang baru selesai membersihkan diri dan menggunakan kemejanya.
Nathan terpanah, keduanya saling menatap. Tabitha berjalan kearahnya semakin dekat , kemudian hal yang tidak diduga terjadi. Dengan langkah cepat Tabitha berbalik arah mengambil bantal dan langsung menyerang Nathan. Nathan mencoba menghindar dan mereka berdua kejar-kejaran. Tabitha terus mengomel kepada Nathan.
"Kenapa kau begitu lama.menemukanku?! Kenapa tidak mencariku?! Ocehan itulah yang keluar dari Tabitha.
Nathan tidak menghindar lagi tapi dia membiarkan Tabitha memukulnya dengan bantal dan memeluk erat. Nathan sangat bersyukur karena kekasihnya ini sudah mengenalnya. Keduanya saling memeluk erat seakan tidak bisa terpisahkan lagi.
Nathanpun mencium Kening Tabitha, adegan ini membuat kaget pasutri baru dikeluarga Andes.
"Ka." suara Nana yang membuat mereka berdua kaget.
Kedua pasangan ini saling tertawa, Tabitha mulai menceritakan ingatannya kembali dan sesuatu yang hilang sudah didapatkannya kembali. Nathanpun memeriksa denyut nadi dan jantung juga tekanan darah kekasihnya, semuanya normal.
Nana membawa pakaian untuk sepupunya , agar dia lebih nyaman. Nathanpun mempersilahkan mereka pergi karena ada yang ingin dia bicarakan dengan Tabitha.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" menatap tegas Tabitha.
"Aku akan kembali ke Jakarta."
"Apakah aku tidak ada dihatimu, dan kau mau meninggalkanku lagi?"
"Aku perlu.berpikir lagi Nathan, aku memiliki tanggung jawab dengan toko perhiasan kami. Aku perancang tunggal."
"Apakah kau tidak memikirkam untuk membangun rumah tangga denganku?"
Tabitha terdiam, situasi ini sangat tidak disukai Nathan. Nathan berdiri mengunci pintu kamarnya dan menatap Tabitha.
"Kau tidak akan perna keluar dari pintu ini sebelum menjadi milikku."
"Nathan , apa yang kau mau lakukan. Ini tidak benar!"
Nathan tidak mempedulikan apa yang dikatakan Tabitha, dia langsung merangkul tubuh kekasihnya itu, mencium paksa Tabitha, wanita ini yang tadinya memberontak akhirnya terbuai. Merekapun larut dalam hasrat yang besar. Pergulatan pagi itupun terjadi.
Nathan terus memekuk Tabitha karena satu jam berlalu dan dia mengetahui jika Wanita yang sangat dicintainya tidak perna menjalin hubungan dengan pria lain karena masih perawan.
"Apakah kau sudah puas?!" suara sinis Tabitha. Sekarang aku boleh pergi?! Kau sudah mendapatkan semuanya."
"Tidak! Kau harus menikah denganku , alasan ini akan kupakai pada saat menghungi tante Hana."
"Tabitha, aku sangat mencintamu, cukup bertahun-tahun aku kehilanganmu. Bukankah dulu kita sepakat untuk menikah?"
"Apa kamu mau ikut aku ke Jakarta dan menetap disana?"
"Baiklah." Nathan menyerah.
Tabitha memeluknya dengan bahagia, bahkan memulai cium mereka.
"Ini jawaban yang aku tunggu darimu Nathan." melanjutkan ciuman yang lebih menggairahkan bahkan mereka berdua tidak mampu menahan hasrat dan melanjutkan penyatuan.
ciumanmu bagaikan madu
Aku terbuai dibawanya
Hasratku merontah tak menentu
Kugapai setiap lekukan tubuhmu nikmat
Beradu kasih bagaikan gelombang
Menari candu satu daging
Kegagahanku terwujud
Kemolekanmu memabukkanku
Waktu kita perangi
Berakhir manis kenikmatan cinta
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜