Assalamu'alaikum, ini Novel Pertamaku. Karya Originalku, bukan Plagiat.
Laras Mutiara, seorang janda cantik dari keturunan biasa namun memiliki hati yang luar biasa.
Arga, terpaksa menikahi Laras, istri pilihan mamanya. Bukan bahagia yang didapat Laras dalam pernikahannya. Namun hinaan, cacian, penderitaan yang diberikan Arga. Arga selalu menghinanya sebagai janda kotor & menjijikkan bekas laki-laki lain.
Suatu hari Arga terluka & Laras mengurusnya dengan baik.
"Apa kau melakukannya ikhlas, tanpa merasa terpaksa?,"
"Iya tuan, aku melakukannya ikhlas. Dan aku juga akan mengurus tuan semampuku, karena aku tidak tahu, sampai kapan aku bisa berada di rumah tuan. Mungkin satu hari aku akan pergi dari sini, sesuai keinginan tuan,"
Arga menjadi tercekat mendengar ucapan Laras. Hatinya tiba-tiba terasa sakit dan takut.
Akankah cinta tumbuh di antara mereka?
Atau justru Laras memilih pergi dan menjadi janda untuk kedua kali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 - TERDENGAR ISAKAN DARI BALIK PINTU
Laras kembali ke kamar, dengan segala perasaan yang hancur lebur, mengingat penghinaan demi penghinaan yang dia terima dari laki-laki yang telah sah menjadikannya istri.
Dadanya bergemuruh turun naik mencoba melepaskan segala beban yang ditanggung.
Dengan gerakan lemas, dia segera mengenakan bajunya kembali. Saat badannya bergerak memakai baju, pinggangnya terasa makin sakit setelah dicengkeram Arga tadi.
Arga yang melihat kepergian Laras, pelan berjalan menyusul ke kamar Laras. Pintu yang tidak tertutup rapat memudahkannya melihat gerak gerik penghuni di dalamnya.
Dia menjulurkan leher mengintip ke kamar. Terlihat Laras sedang berdiri di depan cermin yang berukuran sedang, mengamati memar di pinggang.
Untuk beberapa saat, wanita itu terpaku menatap dan mengusap memar di tubuhnya sedangkan air mata masih terus menjatuhi pipinya. Dia berjalan dan duduk di karpet tipis yang sekarang menjadi tempat istirahat dan tidur baginya.
Dia menyandarkan tubuh ringkihnya di tembok. Kepalanya menengadah ke atas memandangi langit-langit kamar.
Tetesan demi tetesan air mata terus mengalir di wajah yang kelihatan sangat lelah dan pucat.
Bagaimana tidak lelah, seharian dia bekerja keras membersihkan rumah besar ini sendirian. Makanan yang masuk ke dalam perut pun bukanlah makanan bergizi. Hanya makan nasi dan lauk seadanya. Ditambah harus menerima hinaan serta perlakuan semena-mena dari suaminya. Itu sangat menguras tenaga dan air mata membuat badannya terasa ringkih. Dia mengusap air mata dengan ujung jari seraya bergumam lirih.
"Tuan, mengapa tidak ada rasa kasihan padaku. Sampai kapan aku harus menerima ini? Rasanya tubuh dan hatiku sudah tidak sanggup jika harus menjalani ini seumur hidupku?," gumamnya Iirih yang masih tertangkap di telinga Arga.
Dia memeluk kedua lutut dan menelungkupkan wajahnya di sana. Terdengar jelas ucapan serta isakan tangis wanita itu dari balik pintu tempat Arga berdiri.
"Ayah, Ibu, nenek, seandainya kalian ada di sini, mungkin aku tidak akan serapuh ini. Aku sudah tidak kuat hidup seperti ini," Laras terisak menelungkupkan wajah di kedua lututnya.
Arga terkesiap mendengar semua yang diucapkan Laras. Semua yang didengarnya seolah menyadarkannya. Hatinya menjadi sangat merasa bersalah dan iba. Rasa sesal menyelinap di hati atas semua yang telah dilakukannya kepada sang istri. Ucapan sedih itu sepertinya sangat mewakili perasaan Laras saat ini. Hati Arga seakan ikut tersayat.
Laras tiba-tiba beranjak dari duduk dan berjalan menuju pintu.
Arga yang masih berdiri di balik pintu terkejut, tergesa-gesa berlari dan bersembunyi di salah satu lemari di dekat dapur.
Pria itu mengamati Laras dari belakang lemari. Dia ingin tahu apa yang mau dilakukan Laras. Melarikan diri? Tetapi praduganya salah.
Laras menyalakan kompor, mendidihkan air dan menyeduh teh. Setelah itu satu cangkir teh telah disiapkannya di atas meja lalu kembali ke kamar.
"Dalam kondisi hati terluka dan tubuh yang sakit, dia masih mau membuatkan teh untukku. Jika ini terjadi pada Amellya, apa dia masih bisa bersikap baik seperti wanita ini?," gumam Arga terpana menyaksikan kebaikan Laras.
Pukul 00:00 malam.
Laras telah tertidur dengan mata sembab, ngilu di pinggangnya membuat dia sering terbangun dan mengubah posisi tidur mencari posisi yang nyaman demi mengurangi rasa sakit.
Lantai keramik yang keras membuat pinggangnya terasa makin sakit dan berdenyut.
Sementara di kamar satunya, Arga masih belum bisa tidur. Sedari tadi memaksakan mata untuk terpejam namun nyatanya sangat sulit. Apa yang didengarnya tadi seakan menghantam jiwa kemanusiaannya. Rasa gelisah dan tidak tenang menyelimuti hatinya, padahal suhu AC sudah disetel ke pengaturan paling dingin tetapi tetap saja pria itu tidak bisa memejamkan mata.
Ucapan Laras yang tidak disengaja didengarnya tadi, nyatanya menjadi senjata ampun untuk melumpuhkan amarah, benci serta keangkuhannya. Itu terus mengganjal di fikiran, berputar di kepala dan membebani hatinya.
"Sepertinya aku memang sudah keterlaluan. Pantas saja dia tidak kuat. Baru dua hari dia tinggal di sini, tapi aku sudah membuatnya sangat tersiksa. Bagaimana kalau dia sampai mengadu ke mama dan mama tahu semua perbuatanku? Bisa kacau semuanya!,"
Dia mengurut-urut pelipis sambil matanya terus berputar memikirkan hal yang akan terjadi jika sampai mamanya tahu bahwa dia telah menyiksa menantu kesayangannya.
"Aarrggh..kepalaku jadi sakit, mau pecah rasanya! Mengapa aku harus bertemu dengan wanita itu? membuat masalah saja! Aku jadi bingung bagaimana cara menceraikannya dan cara agar bisa menikahi Amellya?," gusar Arga memukul keras tempat tidur.
...*******...
bagus kok, hanya saja terlalu banyak narasi untuk awal2 ini
tapi belum baca sampai habis ni..
mungkin lebih bagus lagi di episode2 selanjutnya✨
walaupun cerita ini dah tamat, semangat Thor untuk karya2 lainnya❤️