NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memperhatikan Gadis Itu

🌻🌻🌻

Melakoni pekerjaan sebagai guru Bimbingan Konseling cukup menantang bagiku, apalagi berada di lingkungan remaja yang hendak menginjak dewasa. Di beberapa pandangan orang, mereka mungkin akan meremehkan mata pelajaran BK, termasuk pengajarnya yang dikira mudah. Padahal, itu tidak seperti yang mereka pikirkan karena bukan hanya mengolah logika anak, tapi juga emosi mereka.

Dua gadis yang tadi memeras Shani berdiri di hadapan mejaku di sebuah ruangan yang secara khusus aku tempati. Kedua gadis itu tampak santai tanpa ada rasa takut maupun perasaan merasa bersalah tergambar dair wajah mereka. Tidak aku mengherankan, dari cerita beberapa anak, kedua gadis ini sering mengganggu, menjahili, serta memeras teman-temannya. Mereka sering masuk ruang BK karena kenakalan mereka. Berasal dari kelurga berada membuat mereka semena-mena terhadap orang lain.

"Duduk," titahku kepada mereka.

kedua gadis itu duduk di dua bangku yang ada di seberang meja.

"Ibuk dengar kalian berulah lagi. Selain mengganggu anak adik kelas, kalian memeras Shani, kan?"

Kedua gadis itu saling memandang dengan ekspresi kaget.

"Memeras Shani? Kami tidak melakukan itu, Buk," sangkal salah satu dari mereka.

"Benar, Buk. Berita itu Ibuk dengar dari siapa? Shani?" tanya gadis yang lainnya.

"Kalian tidak perlu tahu dari siapa Ibuk tahu. Cukup ini menjadi kasus terakhir kalian dan menjadi terakhir kalinya kalian masuk ruangan ini karena masalah yang kalian ciptakan. Jangan sampai Ibuk dengar kalian memeras Shani lagi. Kalau sampai terulang lagi, Ibuk jamin itu menjadi hari terakhir kalian sekolah di sini. Sikap kalian mungkin bisa ditoleransi sebelumnya, tapi tidak kedepannya. Jangan pikir karena orang tua kalian banyak uang, Ibuk jadi takut? Tidak," ucapku dengan kemarahan yang aku pendam.

Setelah tahu banyak mengenai mereka, aku benar-benar dibuat kesal sampai tidak bisa mengajari mereka dengan baik karena guru sebelumnya pernah mereka jahili karena menasihati mereka.

"Mau marah? Mau mengunci Ibuk di toilet? Di ruangan ini? Mau lapor ke kantor polisi? Silakan!" Kulihat wajah geram mereka, tampak marah dengan caraku berbicara.

Bukannya mengajari mereka, aku benar-benar tidak bisa menahan emosiku untuk menceramahi mereka. Ini untuk pertama kalinya aku tidak bisa mengontrol diri sebagai seseorang yang mempelajari tentang psikologi. Bukan berarti seorang psikolog tidak boleh emosi dan meluapkan emosinya, tetapi seharusnya bisa diluapkan di tempat dan situasi yang tepat. Mengingat mereka memeras dan memperlakukan Shani tadi membuatku kesal.

"Kalian mengerti?" tanyaku dengan suara pelan setelah melihat ekspresi mereka mulai takut.

"I-iya, Buk," ucap mereka.

Kedua gadis itu aku persilahkan meninggalkan ruanganku. Sejenak aku tarik napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaan dan tersenyum untuk mengembalikan perasaan tenang.

Mumpung belum masuk jam pelajaran, aku mengunjungi kelas Shani setelah mencari tahu mengenai anak itu dari salah satu guru yang cukup dekat denganku sejak mengajar di sekolah itu. Ternyata Shani murid yang cerdas sebelumnya, tetapi sejak dua tahu terakhir nilainya menurun drastis. Dari rangking satu di kelas, Shani menjadi salah satu anak yang berada di rangking belasan, bahkan tidak masuk sepuluh besar.

Gadis itu aku perhatikan dari jendela seberang di mana Shani duduk. Gestur tubuh gadis itu saat duduk dan sorot mata yang mengarah ke papan tulis tampak tidak bergairah, seperti malas mengikuti kegiatan belajar itu. Sayang sekali, aku malah kasihan melihatnya.

Ketika gadis itu hendak mengarahkan pandangan ke jendela, aku merendahkan badan seperti orang yang sedang mencari sesuatu di lantai.

"Bu Fina mencari apa?" tanya Bu Tika, guru sosiologi sekaligus guru BK khusus anak dua belas yang menjadi sumber informasiku mengenai Shani.

Bu Tika mengarahkan pandangan ke dalam kelas Shani. Wanita itu tersenyum ringan dan menyuruhku berdiri, beritahu kalau Shani sudah memalingkan pandangan dari posisi mereka. Wanita yang sepuluh tahun lebih tua dariku itu ternyata tahu alasan aku bertingkah seperti itu. Bu Tika salah satu orang yang tahu mengenai hubunganku dan Shani sekarang karena wanita itu satu-satunya orang yang aku undang di hari pernikahan dari tempat kerja baruku itu.

Tubuhku beranjak berdiri dan kembali mengarahkan pandangan ke dalam kelas. Gadis itu menaruh kepalanya di atas meja, bertingkah seperti murid yang kurang tidur.

"Semoga Bu Fina bisa mengembalikan semangat anak itu," ucap Bu Tika.

Perkataan Bu Tika menambah semangatku untuk semakin dekat dengan Shani.

***

Suara langkah sepatu terdengar dan berhenti berdiri tepat di hadapanku yang tengah duduk di bangku kerjaku. Pandangan aku dongak, menatap pemilik sebatang tubuh dalam balutan seragam sekolah putih abu-abu yang berdiri menatapku dengan ekspresi kaget yang penyebabnya bisa aku ketahui.

Shani, gadis itu adalah anak tiriku itu yang aku panggil melalui perantar salah satu teman sekelasnya.

Tiga bulan lamanya aku berada di sekolah itu, kami sama-sama tidak saling mengenal, tidak saling tahu kalau kami ternyata satu sekolah. Itu sebabnya gadis itu kaget. Mungkin karena aku tidak mengajar di kelasnya.

"Hai!" sapaku sambil tersenyum.

Sungguh, aku masih bingung dan penasaran. Tidakkah gadis itu tahu aku mengajar di sekolahnya? Tidakkah dirinya pernah melihatku saat upacara bendera meskipun aku tidak mengajar di kelasnya maupun tidak bertemu dengannya di jam istirahat?

"Kenapa Kakak ada di sini?"

Kakak, bolehlah ... setidaknya aku tidak dipanggil dengan tidak sopan.

"Ini ruangan kerjaku. Guru BK di sini. Kamu tidak tahu? Sama, aku juga tidak tahu kalau kita satu sekolah. Duduk," suruhku, berbicara dengan sok asyik seolah kami akrab dengan mengabaikan ekspresi gadis itu yang mengerut masam menatapku.

"Kakak mengikutiku?"

"Eitts ... aku sudah bekerja di sini sebelum aku menikah dengan ayahmu. Hmm ... kamu benar-benar tidak tahu aku bekerja di sini?" tanyaku, menunjukkan ekspresi penasaran.

Gadis itu duduk di salah satu bangku yang ada di hadapanku. Sejenak ia diam dengan mata menatap kesal diriku. Entah apa yang ada di benaknya saat ini, tetapi sepertinya ia tengah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam hati.

"Tidak mau peduli," ucapnya.

"Kamu benar tidak bisa mengenalku? Mungkin kita tidak bertemu saat proses belajar mengajar, kita juga tidak bertemu saat jam istirahat karena aku jarang keluar dari ruangan ini. Tapi, setidaknya kamu pernah melihatku di barisan para guru saat upacara bendera, kan?" tanyaku yang malah mengangkat topik tidak penting itu jadi topik utama.

"Bagaimana bisa melihatmu. Dia jarang ikut upacara bendera dan lebih memilih dihukum. Ketika ikut, dia berdiri di barisan paling belakang dan tidak pernah serius mengikuti upacara," sahut Bu Tika yang berdiri di pintu ruanganku dengan kedua tangan menyilang di dada dan punggung bersandar di salah satu tiang pintu.

Sudah senakal itu kah gadis ini? Sungguh tidak aku duga. Biasanya hanya anak laki-laki yang memiliki tingkah senakal itu.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!