Gavin Mackenzie Sebastian
Saudara kembar Gianna Mackenzia Sebastian. Pewaris tahta dari Sebastian group. Liar, nakal dan tidak tahu aturan.
Karena kesalahan yang terus ia ulang dan perbuat membuat ia di usir dari rumah. Hidup terlunta-lunta tanpa uang dan harus membiayai kuliahnya sendiri sebagai syarat untuk dia mewarisi perusahaan Sebastian group.
Tanpa uang di luaran sana ia di hina dan direndahkan. Semua orang merendahkan dia, dan kekasihnya pun menghianati cintanya.
Lalu, apakah nanti Gavin bisa menyelesaikan hukuman dari sang Papa, dan membalaskan semua perlakuan menyakitkan dari teman-temannya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EgaSri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SP 26
Gavin memacu motor ninjanya untuk segera sampai di kampus. Sidang skripsinya sudah selesai, dan tidak ada lagi yang harus ia revisi, karena menurut dosen pembimbing dan juga pengujinya, skripsi Gavin sangat sempurna.
Dan kini, Gavin ke kampus tentu saja untuk memberikan Owen pelajaran. Atas semua yang sudah Owen lakukan padanya. Gavin tentu tidak akan diam begitu saja setelah di lukai oleh mereka semua.
Bahkan terkadang perut Gavin masih terasa ngilu saat ia banyak bergerak, dan tentu ia tidak akan melupakan kenapa dia bisa seperti itu.
Owen, mahasiswa kesayangan dosen. Kenapa begitu? Gavin bahkan sudah menyelesaikan skripsinya, sedangkan Owen masih setia dengan bangkunya.
Dengan penampilan yang lebih gagah dan juga bergaya, Gavin turun dari atas motornya.
Semua mahasiswa yang kebetulan lewat di sana menatap Gavin dengan pandangan yang berbeda-beda.
Para gadis mahasiswi di sana menatap Gavin dengan terpesona. Sudah beberapa hari Gavin tidak datang ke kampus, dan kini ia datang dengan tampilan baru yang lebih wow.
Dengan langkah lebar, Gavin berjalan terus di koridor kampus tanpa memperdulikan pandangan orang-orang terhadap dirinya.
"Ow-ow, kita lihat, siapa yang datang ke kampus ini!!"
Gavin berhenti saat ia mendengar suara itu. Gavin tentu kenal dengan suara yang familiar dan juga menyebalkan tersebut.
Gavin berbalik, ia menatap pada Owen yang bersidekap dada melihatnya.
Gavin tersenyum sinis. Tidak perlu ia susah-susah mencari laki-laki itu kesana-kemari, kini Owen sendiri yang mengantarkan diri padanya.
Sebenarnya Arsene bisa saja menangkap Owen serta temannya karena sudah mencelakai Gavin, tapi Gavin sudah terlebih dahulu mengirimkan pesan pada laki-laki datar tersebut untuk tidak menangkap Owen.
"Hai, pecundang!" sapa Gavin tersenyum. Dapat Gavin lihat kalau saat ini Owen mengepalkan tangannya karena marah.
"Jaga bicaramu!" tegas Owen, menunjuk Gavin dengan tangan kirinya.
Gavin sama dengan Julian ataupun Erick, ia tidak suka di tunjuk dengan tangan kiri. Andai saja Owen berjarak cukup dekat dengannya, mungkin sekarang Gavin sudah mematahkan jari tangannya itu.
"Kalau kau bukan pecundang, lalu apa lagi? Menyerang menggunakan benda tajam?" sindir Gavin. Ia menatap Owen dengan pandangan yang benar-benar benci dan penuh dendam.
"Itu karena kau terlalu bodoh!" ucap Owen santai.
Gavin tertawa kecil, "Bodoh? Sungguh? Lebih bodoh mana aku daripada kau?" tanya Gavin. Ia berjalan beberapa langkah ke depan, mendekat ke arah Owen.
"Tentu kau!" ucap Owen.
"Ohh ... benarkah?" dengan memegangi jari tangannya, Gavin kemudian melayangkan pukulan ke arah Owen. Dan 'bug' bunyi pukulan itu serta Owen yang terpelanting ke belakang membuat mahasiswa yang kebetulan lewat di sana langsung menjerit, terlebih para gadis.
Teman-teman Owen yang lain langsung membantu Owen untuk bangun.
Gavin tertawa saat ia melihat hidung Owen yang mengeluarkan darah. Pukulan Gavin benar-benar tidak main-main. Sekuat tenaga Gavin melayangkannya ke wajah Owen.
"Sakit?" tanya Gavin dengan nada remeh.
"Sialan?" desis Owen, ia memegangi mulutnya.
"Sial, gigiku goyah!" jerit Owen dengan memegang giginya.
"Puftt," Gavin menutup mulutnya agar ia tidak menyemburkan tawanya.
"Apakah pukulanku membuatmu ompong?" tanya Gavin tersenyum menang.
Owen benar-benar menatap Gavin dengan marah. Tangannya terkepal, ia sungguh benar-benar membenci Gavin.
"Sialan!! Kau benar-benar ingin mati?!" teriak Owen, ia berjalan maju ke depan ingin melayangkan pukulan ke arah Gavin.
Secepat apapun Owen melayangkan pukulan maka Gavin lebih cepat menangkisnya dan melayangkan pukulan juga ke arah Owen.
Dan 'bug'. Pukulan di perut Owen terdengar sangat jelas. Hingga orang-orang yang ada di sana meringis.
"Boss!" teman-teman Owen membantu Boss mereka yang terhuyung itu untuk kembali berdiri dengan baik.
"Sialan!! Kau benar-benar ingin mencari mati!!" dengan memegangi perutnya yang sakit, Owen berjalan maju dan hendak melayangkan pukulan lagi pada Gavin.
Mahasiswa lainnya yang ada di sana tidak ada yang memisahkan Gavin dan Owen. Mereka hanya menonton pertandingan yang menurut mereka seru itu.
"Kau yang menjemput mautmu dengan melukai aku!" tekan Gavin menatap tajam. Ia berjalan maju ke depan, dan sekali lagi memberikan pukulan kepada Owen.
"Itu untuk rasa sakit yang aku rasakan selama beberapa hari ini!!" ucap Gavin tajam.
Satu lagi pukulan Gavin layangkan ke wajah Owen, "Ini untuk rasa cemas orangtuaku!" ucap Gavin tajam.
Dan dengan napas yang terengah, Gavin melayangkan pukulan lagi pada Owen, "Ini untuk rasa khawatir kekasihku!!" ucap Gavin lagi.
Dengan napas yang naik turun, Gavin tertawa lepas. Semua sesak yang ada di dadanya perlahan mencair. Ia menatap pada Owen yang sudah tidak berdaya.
"Gaviinn!!" Gavin menoleh ke arah Dekan fakultasnya yang berjalan dengan tergesa-gesa.
"Iya, Pak?" tanya Gavin.
"Apa-apaan kamu? Kenapa kamu menganiaya Owen?" tanya Dekan itu dengan tajam. Ia membantu Owen untuk bangkit.
"Menganiaya dia? Siapa, Pak, yang menganiaya dia?" tanya Gavin dengan santai.
Dekan tersebut menatap ke arah Gavin dengan kesal.
"Kalau gak menganiaya, maksud apa, hah?" tekan Dekan tersebut.
"Pak, kalau menganiaya itu, satu orang lawan lebih dari dua, seperti yang dia lakukan pada saya waktu itu!" ucap Gavin.
Owen yang tadi sudah merasa seperti mendapat angin segar, langsung menatap Gavin dengan tajam.
"Apa maksud kamu?" tanya dekan itu bingung.
"Menurut Bapak, kenapa saya tidak hadir ke kampus lebih dari seminggu?" tanya Gavin.
"Ya mana saya tahu, Gavin!! Kalau saya tahu, saya gak akan nanya sama kamu!" kesal dekan itu.
"Eh? Iya juga, ya, Pak?" ucap Gavin.
Dekan tersebut menatap Gavin kesal.
Gavin lalu mengangkat bahunya, beberapa mahasiswi disana menjerit saat melihat perut Gavin.
Sedangkan si bapak Dekan itu memejamkan matanya, melihat bekas jahitan di perut Gavin, yang sepertinya masih basah.
"Itu ... itu karena apa?" tanya dekan itu menunjuk perut Gavin.
"Karena dia—" Gavin menunjuk pada Owen, "Menusuk saya dengan pisau, Pak!" ucap Gavin.
Dekan itu mengerutkan keningnya, lalu ia menatap pada Owen.
"Benar kamu yang melakukan ini, Owen?" tanya dekan itu menekankan kata-katanya pada Owen.
Owen gelagapan, kemudian ia menggeleng.
"Bukan, Pak!" ucap Owen membantah. Ia menatap tajam ke arah Gavin.
Semua kerumitan yang menyaksikan itu dari jauh, menutup mulut mereka, saat melihat Kaylee dengan pakaian baju polisi yang membuatku tampak cantik, berjalan mendekat ke arah Gavin dan juga Owen.
"Selamat pagi, Bapak dekan?" sapa Kaylee pada Dekan yang berdiri di dekan Owen itu.
"Selamat pagi, Komandan," sapa Dekan itu dengan hormat.
Untuk yang kedua kalinya, Kaylee datang ke kampus itu, untuk menangkap mahasiswanya, dekan itu merasa malu dengan apa yang terjadi di kampusnya.
"Saya kesini untuk menangkap saudara Owen, karena dia terbukti bersalaman karena sudah melakukan tindakan pengeroyokan dan juga menggunakan benda tajam pada Saudara Gavin," ucap Kaylee yang membuat dekan itu menahan napas.
"Si-silahkan, Komandan!"
"Gila, pacar gue cakep banget. Pengen cepet-cepet gue kawinin," batin Gavin tersenyum mesum.
***
Happy reading, semoga suka!
dari awal bab sampai bab ini authornya typo.. kadang juga nama Gavin jadi Julian... sebagai pembaca kita membenarkan sendiri aja.. maklum pasti authornya lagi capek jadi gak sempat revisi usai ngetik... tapi novel author keren aku suka... author yang semangat dan jangan lupa bikin banyak karya lagi.. oh iya thor,,, aku juga sangat suka baca novel System.. semoga author bisa bikin karya tentang System... kabarin aku ya Thor... aku padamu Thor.
aku mau lanjut baca lagi aahh😘😘