Raihanum Anggraini, gadis yatim yang miskin. Dia sangat mengharapkan bisa mendapatkan Kebahagiaan dari Pernikahan nya. Tapi pada kenyataan, semua keinginan itu harus tandas dan terkubur dalam dalam, saat mengetahui fakta pahit tentang suami yang baru di Nikahi nya. Haruskah dia tetap bertahan, atau mungkin pergi meninggalkan nya.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maia_Icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide Mirna
Malam hari
Setelah kejadian tragis tadi siang, Hanum lebih memilih mengunci diri di kamar. Dia terlihat terbaring di atas ranjang dengan tubuh terbungkus selimut tebal.
"Hiks.. Hiks.." perlahan suara isak tangis mulai membasahi wajah, hati nya merasa sedih karena selalu saja mendapat hinaan dan cacian atas kemiskinan nya.
"Aku rindu Ayah.." lirih nya, yang merasa kehilangan arah dan tujuan. Terlebih lagi, ia tak punya tempat untuk berbagi segala kepedihan nya.
Dari luar pintu, sejak tadi Aksa sudah menunggu dengan setia. Bahkan tak pernah lelah membujuk Hanum untuk keluar.
"Hanum sayang, tolong buka pintu nya. Kita jalan jalan ya? atau kamu mau kita mengunjungi Ibu di panti, bagaimana? Atau kamu mau yang lain, katakan saja pasti aku kabulkan" segala bujuk rayu sudah Aksa lancarkan, tapi tak dapat merubah apa pun. Karena sang istri, tetap teguh mengacuhkan dan mendiamkan diri nya.
Sampai akhir nya, Mirna datang menghampiri dan turun tangan membantu Aksa yang sedang dilanda dilema ini.
"Aksa, bukan seperti itu cara menenangkan wanita yang sedang marah," ujar Mirna seraya menggelengkan kepala, melihat kekikukkan putranya dalam menaklukkan hati istri nya.
"Lantas, bagaimana caranya, Bu?" tanya Aksa dengan wajah bingung.
"Tenang, Ibu akan tunjukkan triknya," Mirna menjawab tegas, lalu menarik lengan Aksa dengan mantap. Mereka berdua melangkah masuk ke dalam kamar Mirna.
"Tunggu di sini sebentar ya, Ibu carikan sesuatu yang tepat buat kamu." Tak mengetahui maksud Mirna, Aksa hanya mengangguk pasrah dan menuruti perintah. Sementara itu, Mirna dengan sigap mengubek-ubek isi lemari, mencari benda yang diinginkannya.
"Di mana ya?" gumam Mirna kebingungan
Aksa yang tak tahan menunggu, sudah berdesis pelan. "Ibu bilang mau membantu, tapi malah sibuk dengan baju-baju."
Mirna tampak tidak mempedulikan komentar Aksa dan tetap fokus pada aktivitasnya.
"Aha! Ketemu!" seru Mirna dengan wajah ceria, memperlihatkan satu set kebaya merah lengkap dengan sanggulnya.
"Untuk apa ini, Bu?" tanya Aksa heran.
"Jelas, untuk kamu pakai agar lebih piawai dalam menaklukkan hati wanita," jawab Mirna sambil tersenyum, memberikan Aksa kunci sukses untuk menghadapi masalah nya.
"Tidak mau! Ibu ini bagaimana sih, Aku kan seorang pria. Masa disuruh mengenakan pakaian wanita begini?" Dengan tegas dan berwajah kesal, Aksa menolak mentah-mentah permintaan Ibunya yang sungguh tak masuk akal.
"Ih, katanya ingin merayu istrimu agar tidak marah lagi, kan?" Ibu Aksa menyeringai, menunjukkan kebaya yang dipegangnya dengan bangga.
"Iya, itu benar, tapi apa hubungannya dengan kebaya ini?" Aksa semakin bingung dengan alur pikiran sang Ibu.
"Jelas ada hubungannya, Aksa! Kamu akan merayu Hanum sambil mengenakan kebaya ini, dan bernyanyilah untuk menghiburnya. Percayalah, dia pasti terhibur melihat penampilanmu."
"Apa! Tidak, tidak, Bu. Aku tidak mau." Bagaimana mungkin seorang Aksa Wijaya, pria gagah dengan tubuh kekar dan berotot, harus berbusana feminin dan mencolok seperti itu? Sudah pasti semua akan mengejek, dan harga dirinya bisa runtuh.
"Jangan banyak protes, Aksa! Sekarang juga kamu pakai ini, atau.? kamu mau, kalau Ibu minta Reyhan yang menghibur Hanum. Hm?" Ibu Aksa mengejek dengan sengaja menyebut nama pesaingnya.
"Tidak, tidak, Bu!" Aksa langsung menggeleng cepat, wajahnya panik saat mendengar nama Reyhan.
"Kalau begitu cepat pakai sekarang juga! ini kan demi kebahagiaan rumah tanggamu!" titah Mirna, sambil menggoda Aksa dengan kedipan mata nya. Tring..
Sedang Aksa, membuang napas dalam-dalam dan mengangguk setuju "Hufftt, oke, Bu. Aku akan melakukan nya demi Hanum."
