Setiap manusia punya jalan kisah cinta sendiri, dimana ia tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana Allah menyuratkan episode perjalanan kita.
Begitupula yang Aliza alami, ia tidak pernah menyangka jika sosok yang diam-diam ia kagumi teryata menaruh hati yang sama bahkan berniat menikahinya. Gus Asfhan Syarfiq Al Ghazali, putra Kyai Nya, yang menarik hati Aliza.
Tetapi, teryata sang maha cinta memiliki takdir lain dimana Aliza harus kehilangan Asfhan, namun tanpa di sangka Asfhan meninggalkan pesan kepada Alfhan untuk menikahi Aliza.
namun perjalanan mereka tak semulus yang di bayangkan di mana berbagai lika liku mengguncang hubungan Meraka.
hingga kedatangan pak Rahmad yang membuka semua rahasia dan merubah kebahagiaan mereka, bersama fitnah tentang kematian Sang pengasuh Ponpes Abu Abbas, hingga membuat Alfhan membenci Aliza.
Namun, di balik semua luka, sebuah kata masih terpatri di hati Aliza, bahwa dia tetap mengakui Alfhan sebagai suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anafitrotun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH EMPAT
"ALIZA!"
Aliza tersentak mendengar teriakan Alfhan dan segera menghampiri Alfhan yang terdengar berada di kamar Bu Azni.
"Ada apa Mas__"
"Ini apa?, kamu yang kasih ini ke Ummah?" bisik Alfhan tajam membuat Aliza tersentak. Ia tidak tau apa yang salah dari manisan itu.
"Alfhan Aliza tidak__"
"Diam Ummah!" potong Alfhan, beralih melihat Aliza yang berdiri di depannya.
"Ini apa?"
Alfhan menunjukkan toples manisan di tangannya.
"Itu manisan semangka," jawab Aliza polos karena ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dengan manisan itu.
"Lo tau ini bahaya buat Ummah!"
Aliza menggeleng pelan.
"BRAK!!!,"
"BODOH!" cerca Alfhan setelah melempar toples manisan itu kasar.
"DEG"
satu bulir air mata luruh dari mata Aliza. Ia tidak menyangka jika ucapan tajam itu akan meluncur dari mulut Alfhan.
"Alfhan," Bu Azni memegang dadanya terkejut dengan ucapan putranya itu. Namun, tiba-tiba saja sebuah rasa lemas menghampiri tubuh Bu Azni membuat tubuhnya terkulai lemas.
"Ummah!"
Satu kata yang Bu Azni dengar sebelum semuanya menjadi gelap.
...****************...
Di depan kamar Bu Azni kini Alfhan dan Aliza tengah menunggu dr. Habib yang tengah memeriksa Bu Azni.
Guratan emosi masih terlukis di wajah Alfhan, sementara Aliza hanya diam membiarkan bulir air mata luruh mewakili hatinya.
"Nggak usah nangis lo, ini kesalahan lo kan, Lo yang udah bikin Ummah kaya gini," ujar Alfhan tajam mengiris perasaan Aliza yang hanya diam.
"Aku beneran nggak tau mas kalau Ummah__"
"Lo harusnya bisa mikir, dan tanya ke Gua," potong Alfhan mendekati Aliza yang hanya menunduk.
"Kamu kenapa sih mas?, dari kemarin ?!" Ucap Aliza menaikan nada bicaranya.
Alfhan terdiam membulatkan matanya saat mendengar nada bicara Aliza yang meninggi.
"Lo nggak sadar salah lo, Lo itu___"
"Alfhan!" Potong Kyai Azzam saat baru saja sampai dan mendengar apa yang Alfhan ucapkan.
"Sadar kamu bicara sama siapa, dia istri kamu__"
"Maaf dengan Bapak Azzam," potong dr. Habib saat baru saja kluar dan kyai Azzam segera mengangguk.
"Silahkan masuk," ucap dr. Habib dan kyai Azzam segera masuk ke dalam kamarnya.
Aliza melihat Kyai Azzam lalu beralih melihat Alfhan.
"Abah, Aliza ikut," ucap Aliza meninggalkan Alfhan yang terdiam tidak tau harus melakukan apa.
Alfhan menghela nafasnya seraya mengepalkan tangannya dan tanpa ampun Alfhan meninju dinding di sampingnya.
"BODOH! GUA BODOH!, KENAPA GUA BISA KAYA GINI, GUA__"
"ALFHAN STOP!" Triak Hana menghampiri Alfhan lalu memegang lengannya, dimana buku tangan Alfhan telah penuh darah.
"Denger, Lo nggak bodoh, dan Lo nggak salah, berhenti nyalahin diri Lo sendiri yang salah itu istri lo, Aliza, paham!" Bisik Hana di telinga Alfhan yang masih di kuasai emosi.
"Gua udah bilang kan Fhan, ini tujuan dia, dia mau celakain Ummah karena Ummah satu-satunya orang yang peduli sama lo," bisik Hana dan Alfhan semakin mengeratkan genggamnya.
"Oke, kalau itu emang rencana dia lihat aja yang bakal Gua lakuin," ujar Alfhan kemudian berlalu pergi meninggalkan Hana yang tersenyum puas.
...****************...
"Aliza," bisik Bu Azni melihat Aliza yang tersenyum di sampingnya.
"Maafkan Ummah ya Nduk,"
"Ummah nggak salah, yang harusnya minta maaf Aliza, karena udah bikin Ummah sakit,"
Bu Azni menggeleng mengusap kepala Aliza.
" Ummah yang salah, nggak ngasih tau kamu," ucap Bu Azni dan Aliza segera menghapus bulir air mata di matanya.
"Kamu nangis, gara-gara Alfhan ya Nduk, dia marahi kamu__"
"Nggak Ummah, mas Alfhan nggak marah kok," Aliza berusaha tersenyum mengeggam tangan Bu Azni yang sebenarnya tau apa yang Aliza sembunyikan.
"Ya sudah, sana temui suami mu, kasihan dia pasti sedang emosi," ujar Bu Azni yang balas anggukan Aliza.
"Iya Ummah," ucap Aliza walaupun merasa begitu berat untuk menemui Alfhan saat ini.
...****************...
"Argh," erang Alfhan saat aliran air mengalir di jemarinya yang di penuhi darah. Sesekali Alfhan terlihat mengibas tangannya saat rasa perih semakin menghujam buku tangannya.
"Sakit banget gila," keluh Alfhan tanpa menyadari langkah kaki Aliza memasuki kamarnya.
Aliza yang mendengar suara desiran Alfhan di kamar mandi segera menghampirinya.
"Mas__" gumam Aliza menggantung saat Alfhan kluar dari kamar mandi dengan daran bercampur air menetes dari jemarinya.
"Kamu kenapa?" tanya Aliza dan Alfhan hanya diam mengambil membuka laci nakas, lalu mencari sesuatu.
Aliza memahami apa yang Alfhan cari segera mengambil kotak P3K yang ia simpan atas meja sofa.
"Nyari ini?" tanya Aliza. Dan Alfhan melihatnya dengan gigi terkantup.
"Iya," jawab Alfhan singkat tanpa melihat Aliza.
Aliza yang gemas dengan sikap Alfhan yang akhir-akhir ini tidak jelas pun segera menarik tangan Alfhan.
"Sini!"
"Ck, Gua bisa sen__"
"DIEM!" potong Aliza tegas dan mau tidak mau Alfhan menuruti apa yang Aliza minta.
"Argh sakit, pelan-pelan, Za," keluh Alfhan.
Aliza hanya tersenyum mengusap tangan Alfhan lalu membalutnya dengan perban.
"Udah?"
"Udah," jawab Aliza tersenyum beranjak pergi, berusaha baik-baik saja walaupun sebenarnya masih ada rasa sakit.
Alfhan hanya diam melihat perban di tangannya yang begitu rapi. Sebuah rasa bersalah yang terbalut ego terasa hati Alfhan. Mengingat bagaimana ia membentak Aliza tadi.
Tidak obrolan di antara mereka hanya ada hening yang membalut ego masing-masing.
"Za," panggil Alfhan melihat Aliza yang duduk di atas kasur seraya membaca novel.
Aliza melihat Alfhan sekilas lalu kembali asik membaca novelnya.
"Sory," ucap Alfhan pelan dan Aliza hanya tersenyum mengangguk lalu berlalu pergi meninggalkan Alfhan yang terdiam.
...****************...
semangat terus nulisnya kakak😁/Smile/
bisa gak si it adi pa haji di karungin dulu
semangat nulisnya kakak☺