Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Nomor Kontak
Riana yang mendengar ucapan Natasya pun kesal. Sejak pertemuan pertama dulu dengan pak Wijaya, Riana sudah tidak suka dengan Natasya. Terlalu berbelit-belit dan banyak sekali alasan dan persyaratan. Jika bukan proyek besar itu, Riana akan mengusulkan jangan menjalin kerja sama dengan Natasya itu.
"Pak, lebih baik saya makan di meja lain saja. Mungkin bu Natasya ingin lebih nyaman bicara berdua dengan anda pak Ethan." kata Riana.
"Bagus, memang itu yang saya inginkan. Karena kalau ada orang lain ikut bergabung, saya kurang konsentrasi bekerja." kata Natasya.
Ethan menatap Riana, dia tahu sekretarisnya tidak suka dengan Natasya. Tapi dia ingin tahu, sejauh apa kepintaran Natasya dalam menjalin kerja sama dengannya.
"Terserah kamu saja Riana. Tapi tolong nanti kamu catat ya poin-poin yang aku sebutkan nantinya. Dan kamu juga harus memahami hasil kerja sama ini." kata Ethan.
"Iya. Saya mengerti." kata Riana.
Dia pun pindah duduk di meja lain yang masih kosong, membuka laptopnya untuk mengecek apakah ada email masuk dari perusahaan lain. Lebih baik duduk terpisah, begitu pikri Riana.
Tapi berbeda dengan Ethan, dia tampak kurang nyaman duduk berhadapan dengan Natasya. Selalu membicarakan masalah pribadi saja.
"Jadi saya ini di tunjuk papa saya untuk mengelola hotel di Bali. Padahal ada lho kakak saya yang laki-laki, tapi papa saya meminta saya untuk mengelola hotel itu. Jadi ya, mau tidak mau harus mau. Hahah." kata Natasya.
"Jadi begitu. Baiklah, kita lanjutkan pembicaraan mengenai kerja sama bu Natasya. Kita akan membangun hotel juga di pulau Seribu, di sana memang banyak lahan kosong dan juga di pulau itu bisa kok di bangun vila juga. Karena di sana kan pulau-pulaunya sangat indah dan banyak lho para turis domestik atau mancanegara untuk liburan kesana karena keindahan pulaunya." kata Ethan.
"Ya bisa, terserah pak Ethan saja. Oh ya, apa pak Ethan masih single? Maksud saya, masih lajang atau sudah punya istri?" tanya Natasya.
"Saya masih lajang." jawab Ethan.
Dia masih sabar menghadapi Natasya yang bicaranya merambat kemana-mana. Tidak fokus dengan pembicaraan tentang pekerjaan.
"Pak Ethan, maaf menyela. Ada email masuk dari perusahaan asing, dia meminta persetujuan dari bapak apakah bisa bekerja sama dalam proyek pembangunan gedung olah raga dalam kapasitas besar?" tanya Riana dari meja lain.
"Ya, setujui saja Riana." jawab Ethan.
"Kalau begitu, saya akan buat balasan persetujuan dari bapak." kata Riana.
"Buat saja, nanti kalau selesai. Kamu serahkan padaku sebelum kamu kirim balasan emailnya." kata Ethan lagi.
"Baik pak." ucap Riana.
"Apa tidak bisa menunggu selesai rapat? Kenapa harus menyela?" tanya Natasya.
"Maaf bu, ini darurat dan tidak bisa di tunda." jawab Riana.
"Tapi menunggu beberapa jam kan bisa. Kamu juga bisa mengetik dulu kan untuk bertanya pada pak Ethan." kata Natasya lagi.
"Tapi yang saya dengar pembicaraannya tidak mengenai pekerjaan. Jadi saya berani menyela." kata Riana lagi.
"Kamu itu, jadi sekretaris itu yang becus kalau bekerja. Gunakan tata krama dalam berhubungan dengan orang lain, jangan menyela pembicaraan orang lain. Harusnya tahu diri kamu itu hanya bawahan." kata Natasya kesal pada Riana.
Riana diam, dia menatap Natasya juga kesal. Menarik nafas panjang, lalu dia melanjutkan pekerjaannya semula. Jika meladeni Natasya, pekerjaannya akan jadi lama.
"Bu Natasya ada pembicaraan lain tentang pekerjaan? Saya juga harus mendampingi sekretaris saya untuk membuat kesepakatan dengan klien dari luar itu." kata Ethan jengah dengan sikap arogan Natasya.
"Oh, tidak begitu pak Ethan. Masih banyak pembicaraan yang harus di bahas, saya setuju dengan usul pak Ethan itu masalah pembuatan vila. Nanti kita bisa jadwalkan untuk survei ke pulau seribu." kata Natasya.
"Tapi kita buat kesepakatan dulu bu Natasya, dan berkas kerja samanya kita bisa cek apakah sudah sesuai dengan kesepakatan kita tentang kerja samanya." kata Ethan.
"Saya setuju dan tertarik bekerja sama dengan perusahaan anda pak Ethan. Dan nanti kita jadwalkan pergi ke pulau seribu untuk survei tempat pembangunan hotel atau vila." kata Natasya.
Ethan mengangguk setuju, dan Natasya kembali membicarakan masalah pribadinya. Ethan malas membicarakannya, jadi dia memutuskan dan mengakhiri pertemuan itu dengan Natasya.
"Kalau begitu, kita sudah sepakat. Jadi tinggal tanda tangan berkas kerja sama lebih dulu bu Natasya." kata Ethan.
"Kenapa harus buru-buru pak Ethan? Kita bisa mengobrol santai, saya masih banyak waktu kok siang ini. Nanti malam saya berangkat ke Bali." kata Natasya.
"Tapi maaf bu Natasya, saya banyak pekerjaan. Lihat saja sekretaris saya sangat sibuk. Jika sudah selesai, tinggal tanda tangani berkas kesepakatan kita itu." kata Ethan..
"Sayang sekali pak Ethan harus mengakhiri pembicaraan ini. Tapi baiklah, apa saya bisa meminta nomor kontak anda pak Ethan?" tanya Natasya.
"Maaf, nomor kontak saya terlalu pribadi. Jadi tidak bisa di berikan pada siapa pun." kata Ethan.
"Hahah, pak Ethan ini bisa saja. Apa saya orang asing? Saya klien anda lho, kalau ada pembicaraan penting bisa menghubungi anda." kata Natasya beralasan.
"Bu Natasya bisa kirim emali saja, saya akan langsung menjawabnya."
"Tapi kurang enak dan tidak bisa menjelaskan kalau melalui email. Lebih enak kalau bicara secara langsung di telepon." kata Natasya lagi.
Ethan diam, dia menarik nafas kasar. Mau tidak mau dia pun menuliskan nomor kontaknya pada Natasya. Natasya sangat senang bisa mendapatkan nomor kontak Ethan. Dia mengambil kertas tisu bertuliskan nomor kontak Ethan.
"Tapi maaf kalau saya tidak cepat merespon telepon anda bu Natasya. Karena memang ponsel saya tidak selalu saya pegang setiap waktu." kata Ethan.
"Ya, kupikir menghubungi pak Ethan malam hari. Pasti bisa dan luangkan?"
"Tidak tahu, biasanya saya pulang kantor itu langsung istirahat." kata Ethan lagi.
"Ya ya ya, anda sibuk sekali. Saya akan tunggu anda menjawab telepon saya nantinya." kata Natasya lagi.
Pembicaraan pun selesai, mereka pun menanda tangani berkas kerja sama pembangunan hotel. Dan nanti Natasya berpikir akan bekerja sama lagi dengan perusahaan Ethan dalam pembuatan vila di pulau itu juga.
_
_
********************