NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT LEVI

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Levi membawa mobilnya setelah selesai makan siang bersama keluarganya. Makam ayahnya adalah salah satu tujuan yang pertama dikunjunginya. Habis dari makam, dia akan ke rumah Albert. Ban mobilnya berputar menyusuri jalanan yang benar-benar menenangkan. Jalanan pegunungan yang sepi dengan pemandangan pepohonan hijau yang sejuk, membuat Levi menikmati suasana jalan. Sesekali menatap keluar jendela. Levi masih tidak menyangka akan kembali ke kota ini. Heeeehhh... Levi menarik napasnya dan terus membawa mobilnya.

Levi tiba di pemakaman tempat ayahnya beristirahat selamanya. Ia membuka pintu dan keluar dari mobilnya. Levi tersenyum mengedarkan pandangannya di sekitar, lalu menutup pintu mobil itu kembali. Ia berjalan membawa seikat bunga ke pemakaman ayahnya. Levi melangkah tegap saat ia memasuki pemakaman umum itu. Ia berjalan menyusuri jalanan sambil membuang napas berulang kali. Sudah 10 tahun berlalu tapi Levi masih menyimpan kesedihan yang dalam atas meninggalnya ayah tercinta. Semakin ia melangkah mendekati makam ayahnya, hatinya semakin sakit saat mengingat ibunya memilih menikah lagi.

Levi berdiri lama menatap batu nisan yang bertuliskan Desmond George. Saat meletakkan bunga ke makam itu, air matanya terjatuh begitu saja. Levi menarik napas dengan mulut terbuka. Lalu membuka kaca mata hitamnya.

"Apa kabarmu di sana, ayah?" Awal kata yang diucapkan Levi dengan suara parau. "Aku kembali lagi untuk menjadi anak yang membanggakan ayah."

"Aku akan mengambil semua milikmu dari pria itu."

"Aku berjanji ayah." ucap Levi menunduk sedih.

Lama ia terdiam di sana. Setelah cukup tenang. Ia bangun dari duduknya.

"Beristirahatlah yang tenang, ayah. Aku menyayangimu."

Levi menunduk 45 derajat untuk memberi hormat untuk Ayahnya. Kemudian ia melangkah meninggalkan makam ayahnya. Levi akan berusaha menutup lukanya. Dia akan memulai hidup baru dan harapan yang baru. Memulai hari-hari dengan semangat di kota kelahirannya ini.

Levi kembali membawa mobilnya meninggalkan tempat pemakaman. Ia memilih istirahat untuk membeli makanan dan minuman ringan. Levi mengurangi kecepatan mobilnya. Sebagian toko yang ada di daerah sini sudah tutup. Ia terus menjalankan mobilnya sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Levi tersenyum saat melihat ada satu toko yang masih buka.

Levi keluar dari mobilnya dan ia berjalan menoleh ke kiri dan ke kanan. Saat berada di depan pintu kaca, seorang lelaki berjalan keluar sambil menundukkan kepalanya. Levi sangat kenal pria itu.

"Bukan kah kau....?" Levi tersenyum sambil mencoba mengingat nama pria itu.

"Levi George?"

"Bastian...." Kalimatnya menggantung, Levi membuat gestur berpikir berusaha mengingat kembali nama pria itu. Dia adalah teman sekolahnya waktu duduk di bangku sekolah dasar. Rumahnya tidak jauh dari rumah Levi sebelum Levi pindah untuk menempati kediaman George.

"Bastian Cole." ucap pria itu menyambungkan kalimat sepenggal dari Levi. Mereka pun tertawa sambil berpelukan singkat.

"Apa kabar dude?" tanya Bastian dengan senyum sumringah. Ia tidak menduga akan bertemu dengan Levi di sini. Di desa terpencil jauh dari tengah kota.

"Sangat baik," jawab Levi membalas senyuman Bastian.

"Kau ada urusan ke desa ini?" Tanya Bastian.

"Aku berkunjung ke makam ayah, kau sendiri?" Levi balik bertanya.

"Aku memang tinggal di sini Levi. Semenjak ayahku di pecat dari perusahaan tekstil. Kami tinggal di desa ini. Ya...mau tidak mau aku harus tetap sekolah. Tapi aku senang bertemu denganmu, bagaimana kalau kita minum kopi dulu. Setidaknya untuk merayakan pertemuan kita?" ucap Bastian dengan semangat.

"Dengan senang hati." Levi menjawab cepat sambil melepaskan tawanya. Di saat hatinya sedang kalut, mungkin ia butuh teman untuk berbicara.

"Di seberang ada warung kopi, kita bisa jalan."

Levi mengangguk tersenyum, mereka melangkah meninggalkan toko supermarket dan menyebrang menuju warung kopi yang ada di pinggir jalan. Kedua pria itu bercerita dengan sesekali tertawa. Mereka adalah sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Aku dengar kau tinggal di Jerman lev."

Levi tersenyum sambil mengangguk. "Hmm. Aku tinggal di Jerman dan harus pindah ke sini."

"Kamu serius? bukankah lulus sekolah tinggal sepuluh bulan lagi?"

"Apa yang tidak bisa mereka lakukan. Mereka mempunyai kekuasaan. Kita sebagai anak hanya menurut saja dude."

"Betul sekali dude, yang jelas kita tidak bisa membantah."

Mereka masih asyik berbicara sambil menyeruput kopi. Levi melirik sekilas saat handphonenya bergetar di atas meja. Panggilan itu dari ayah tirinya. Ia memang sengaja tidak mengangkat panggilan itu. Levi mengabaikan beberapa panggilan itu.

"Kenapa tidak mengangkatnya?" tanya Bastian melihat handphone Levi sedari tadi bergetar di atas meja.

"Panggilan yang tak penting. Biarkan saja." ucapnya tersenyum simpul.

Bastian mengerutkan keningnya. "Tidak penting? tapi aku rasa itu penting lev, karena panggilan itu sudah tiga kali berbunyi sedari tadi."

"Tidak usah dipikirkan. Biarkan saja." ucapnya lagi dengan senyuman tipis. Levi kembali mengambil cangkir kopi yang ada di depannya. Dengan wajah datar Levi mendekatkan cangkir itu ke mulut. Meniup sejenak dan menyeruput kopi itu tanpa melepaskan senyum di bibirnya. Kemudian Levi melepaskan lagi cangkirnya ke tempat semula.

"Perjalanan dari sini ke kota lumayan jauh. Kenapa ayahmu minta dimakamkan di sini dude?"

"Karena ayahku menyukai pegunungan. Dia memang ingin membangun villa di sini. Tapi keinginannya belum terpenuhi. Ayah sudah lebih dulu di panggil sang pencipta."

"Kau bisa memenuhi keinginan ayahmu, dude."

Levi tersenyum sambil menunjuk deretan giginya yang putih dan bersih. "Apa aku bisa melakukannya?" Levi terkekeh sambil menyeruput kopi yang di atas meja. Ia mengernyitkan keningnya, menyadari kopi yang ada di cangkirnya sudah habis. "Hmm, sepertinya kopiku sudah habis. Aku harus kembali ke kota. Lain kali aku traktir minum lagi."

Bastian menatap jam yang ada di tangannya. Ternyata sudah pukul empat sore. Waktu tidak terasa. "Baiklah," Bastian tersenyum lalu bangun dari duduknya.

Mereka meninggalkan warung dan berjalan lain arah. Levi masuk ke dalam mobilnya. Sementara Bastian membawa sepeda motornya membelah jalan meninggalkan warung kopi.

🔹🔹🔹🔹🔹

TAP TAP TAP

Suara langkah kaki menggema memasuki ruangan keluarga Albert. Wajah Levi ikut tersenyum. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan terus berjalan. Ia sengaja tidak mengatakan kepulangannya dari Jerman.

"Selamat sore! apa benar ini kediaman Kanisius?" Suara bariton terdengar tidak asing di telinga Albert. Ia berbalik dan melihat ke arah pintu.

"Levi George?? benarkah itu?" Ucap Albert kaget dan tidak percaya.

"Albert Kanisius." Levi membuka tangannya dan melangkah mendekat untuk memeluk sahabatnya itu.

"Kau liburan atau mau menetap di sini, dude?" Kata Albert dengan penuh haru.

"Coba tebak? Apa aku liburan atau mau menetap di sini?" Ucap Levi tersenyum melepaskan pelukannya.

"Aku ingin kau menetap di sini dude, jangan kembali ke Jerman lagi."

"Hmm. Seperti yang kau minta. Aku akan menetap di sini."

"Kau serius?"

"Hmmm..."

"Astaga dude, aku bahagia sekali."

"Apa kabar sayang?" Ibu Albert ikut bahagia dengan kedatangan Levi.

"Kabar baik aunty," Levi memeluk wanita yang sudah menganggap dirinya keluarga itu. "Aunty tidak berubah, wajah aunty masih sama dan tetap awet muda." Ucap Levi tersenyum hangat.

"Kau bisa saja memuji aunty, sayang."

"Aku serius aunty."

"Terima kasih nak Levi pujiannya."

"Silakan duduk! Kamu berbicaralah dengan Albert. Aunty menyiapkan makan malam dulu."

"Baik aunty." Ucap Levi dengan senyum menawan.

Bukannya diajak duduk, Albert membawa Levi ke ruangan biliard.

"Kau pernah memainkan ini dude?" celetuk Albert sembari menghunus tongkat biliar.

Levi mengangkat kedua bahunya sembari melihat Albert meluncurkan break shot. Bola-bola itu bermentalan kesana kemari. Kini giliran Levi dengan sentuhan kecil, bola oren bernomor 12 masuk. Kesempatan main masih berpihak kepada Levi, namun tidak semulus yang kedua, sasarannya gagal. Giliran main kembali dipegang Albert.

Albert kembali bermain. Sementara Levi menyaksikan aksi Albert dengan santai, sembari menyimak apakah alur yang Albert ciptakan selanjutnya, sehingga Levi harus berpikir cepat dan taktis. Stop shoot mengarah kepada bola nomor 5 yang menganggur di sudut kanan, goal. Albert tersenyum. Albert hendak menukik bola untuk menciptakan efek lambung.

TACK!

Benar saja, bola itu melayang dan langsung mengenai bola nomor 9 direct to pocket. Tidak berhenti sampai di situ saja, bola putih memantul pada bantalan kusen dan mengenai bola nomor 3, dua bola dalam satu pukulan masuk. Levi dan Albert tertawa puas dan mengakhiri permainannya.

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!