NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:259
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Buku Sihir

"Sejauh apapun kau pergi, jangan pernah lupakan jalan pulang."

****

Memasuki asrama Akademi, Kira masih saja memperhatikan Senja dengan lekat. Ia bahkan tidak melupakan senyum jahatnya setiap kali melihat pergerakan Senja. Siapa pun yang melihat Kira pasti berpikir jika ia sedang sakit jiwa dengan senyum nakalnya itu.

Berbeda dengan Senja dan teman-temannya, mereka memilih untuk tidak peduli dengan kehadiran Kira disana. Mereka lebih memilih untuk pergi dan melanjutkan aktivitas dari pada harus berurusan dengan orang sinting sepertinya.

"Aku dengar kau kembali?" tanya Luna memecahkan suasana.

"Hanya kunjungan biasa."

Senja menjawab apa adanya, ia malas menceritakan apa yang terjadi padanya selama berada disana.

"Baik, ku harap itu berjalan lancar."

Siapa pun tahu jika Senja dan keluarganya sama sekali tidak akrab, di tambah lagi kabar mengenai Arina yang kembali ke rumahnya tidak lama setelah kepulangan Senja.

"Terima kasih."

Luna memandang sekilas pada raut wajah Senja saat ia mengucapkan kata terima kasih. Jelas sekali bahwa ucapan itu tidak menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya, namun Luna hanya diam dan tidak mengungkitnya kembali.

Beberapa saat setelahnya, mereka sudah sampai di depan pintu kamar Luna. Dengan satu gerakan tangan, pintu itu terbuka dan menampakkan isinya

Di dalam kamar sudah ada Muna yang terlihat sedang kesulitan dalam membaca buku. Ia tampak serius dalam membaca buku itu sehingga tidak menyadari kedatangan mereka.

"Sudah aku katakan untuk berhenti bukan?" seru Luna kesal. Ia sudah berulang kali mengucapkan kalimat itu agar Muna berhenti mempersulit dirinya sendiri.

"Hah!"

Muna menghela napas panjang dengan nasihat sahabatnya itu. Ia tahu seberapa kuatnya ia berusaha, ia masih tidak akan mampu memahami isi dari buku tersebut. Bukan karena ia terlalu bodoh, hanya saja buku itu memang terlalu sulit untuk dipahami olehnya.

Sebagai seorang ksatria, membaca adalah pekerjaan yang sangat sulit melebihi dari latihan fisik. Jika ia mampu latihan fisik selama 5 jam tanpa jeda, ia belum tentu bisa memahami sebuah buku meski sudah berulang kali membacanya.

"Berikan pada ku," lirih Senja sambil mengambil buku yang ada di telapak tangan Muna. Kaget melihat Senja, Muna pun terjatuh dari duduknya dengan wajah lucu.

"Pfftt...!"

Maya tanpa sadar menahan tawanya saat melihat wajah lucu Muna. Tidak hanya Maya, bahkan Zakila dan Luna pun melakukan hal yang sama.

"Sial," batin Muna kesal sambil mencoba berdiri dari jatuhnya.

"Sejak kapan kalian ada disini?"

Muna bertanya dengan wajah merah padam saat ia sadar dengan posisi jatuhnya itu. Meski begitu, ia mencoba acuh tak acuh dengan bertanya kepada mereka dengan suara santai.

"Baru saja," jawab Senja sambil merapikan pakaian Muna yang terlihat kusut.

"Ah, terima kasih."

Senja membalasnya dengan senyum ramah sebelum duduk di kursi yang ada di hadapan Muna. Ia kemudian membuka-buka buku tersebut sambil memasang senyum simpulnya.

Buku yang dibaca Muna kali ini adalah buku sejarah yang mengungkit tentang terbentuknya elemen sihir dan jenis-jenisnya. Meski terlihat sederhana, nyatanya buku ini sangatlah sulit untuk dipahami.

Pasalnya dalam buku ini terdapat banyak sekali angka dan huruf yang di tempatkan secara tidak beraturan, serta beberapa mantra sihir yang bahkan jarang digunakan oleh penyihir jaman sekarang.

Beberapa berspekulasi jika buku ini adalah buku rahasia yang menyimpan banyak teori gelap mengenai pembentukan elemen sihir. Ada yang menduga bahwa dulu para nenek moyang melakukan sumpah darah dengan iblis dan dewa untuk bisa mendapatkan kekuatan mereka.

Hal itu juga diturunkan kepada anak dan cucu serta generasi seterusnya. Namun pada kenyataannya semua itu hanyalah teori tanpa dasar, karena memang tidak semuanya memiliki kemampuan tersebut.

Anak yang lahir dengan kemampuan tersebut tidak terlalu banyak bahkan bisa di hitung dengan jari. Namun karena populasi yang sedikit, mereka pun sering terpisah dengan warga biasa.

Tak jarang mereka membentuk koloni sendiri dan memutuskan untuk mengasingkan diri dari yang lain. Keputusan ini di ambil karena rasa sombong dan ego yang terlalu tinggi.

Nah semua itu hanyalah cerita kuno karena sekarang setiap orang memiliki elemen dan kemampuannya masing-masing. Rumor tetaplah rumor dan semua itu kini mulai ditinggalkan dan tenggelam begitu saja.

"Apa kau menemukan sesuatu di dalam sana?" tanya Muna dengan wajah penuh ketertarikan.

"Tidak ada yang spesial."

Senja menjawab dengan datar, ia juga tidak mengerti mengapa Muna sampai repot harus membaca buku ini.

"Sial, jika bukan karena orang tua picik itu mungkin saat ini aku sedang bersantai ria," maki Muna dengan wajah kesalnya.

Muna kembali teringat tentang kejadian dua hari yang lalu dimana ia beradu argumen dengan salah satu guru sihir yang sedang melewati area pertarungan.

"Ada apa dengannya?" tanya Senja yang penasaran dengan keadaan Muna. Menelitik dari sifatnya, Muna bukanlah orang yang mudah terpancing seperti itu, pasti ada alasan dibaliknya.

"Jadi begini....,"

Luna menceritakan semua hal yang terjadi pada Muna dua hari yang lalu. Kejadian dimana ia tanpa sengaja menjatuhkan buku seorang guru sihir ke dalam lumpur.

Muna sudah meminta maaf dengan sopan namun guru tersebut tidak mau menerimanya, ia dengan kesal mengatakan jika Muna tidak tahu apapun mengenai arti sebuah buku dan ia terus saja menghina Muna di hadapan banyak orang.

Mungkin banyak yang sudah tahu jika seorang ksatria memang tidak menyukai buku, tidak bahkan mereka sangat anti dengan yang namanya buku. Namun dihina secara terbuka seperti itu membuat Muna tidak bisa menahan emosinya dan meneriaki sang guru dengan keras.

Ia bahkan mengatakan jika guru tersebut tidak mengetahui seberapa sulit pekerjaannya sehingga terjadilah perdebatan di antara mereka pada saat itu.

"Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk saling mempelajari satu sama lain dan mengujinya kembali saat hari sudah di tentukan."

Setelah mendengar penjelasan Luna, akhirnya Senja mengerti mengapa Muna yang dulunya sangat anti dengan buku kini mulai bersusah payah untuk mempelajarinya.

"Baiklah, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menterjemahkan seluruh isinya untuk mu."

Bukannya Senja tidak peduli dengan guru tersebut, hanya saja menghina orang lain di depan umum dengan ketidaktahuannya merupakan kesalahan yang fatal.

Meski ia salah dan tidak memahami akan sesuatu, akan lebih baik untuk menjelaskannya secara terbuka tanpa harus menghinanya dan mempermalukannya di hadapan semua pihak.

"Terima kasih."

"Tidak perlu, kau masih terlalu dini untuk mengucapkan terima kasih."

"Tapi tetap saja, aku harus mengucapkannya."

"Terserah kau saja."

Setelah percakapan itu selesai, Senja dengan mudahnya melafalkan mantra sihir di atas buku tersebut. Beberapa saat kemudian sebuah buku salinan muncul di sebelahnya dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan buku sihir tersebut.

"Ambil ini, kau akan mudah memahaminya dengan ini."

Senja kemudian menyerahkan buku tersebut pada Muna, dengan senang hati Muna mengambil buku tersebut dan mulai membacanya.

"Heh, entah mengapa buku ini lebih mudah dipahami."

Muna berseru senang sambil terus membaca seluruh isi buku tersebut. Namun itu berbanding terbalik dengan Luna yang melihat kejadian itu sebagai fenomena baru.

"Sejak kapan Senja bisa menggunakan sihir trans tersebut?" batin Luna yang sama sekali tidak mengetahui bakat temannya itu.

"Ku rasa kau sudah berkembang cukup jauh."

Senja terkejut sesaat dengan pujian yang diberikan Luna. Meski ia sering mendapatkan pujian dari sahabatnya itu, namun entah mengapa kali ini rasanya cukup berbeda.

"Senja memang hebat, selain jago menggunakan sihir teleportasi, ia juga sangat handal dalam mengurus orang sepertinya," seru Zakila dengan tampang mengejek pada Muna.

Pasalnya sudah beberapa hari ini mereka melihat Muna terus mengeluh dan baru kali ini ia bisa diam karena Senja yang telah memberinya sebuah buku salinan baru.

"Ini lebih baik dari pada terus mendengarkan keluhannya setiap saat," timpal Maya sambil duduk di samping kursi sebelah Senja.

"Kau benar," lirih Zakila yang juga mengikuti Maya untuk duduk di kursi tersebut.

"Hah, kurasa mereka ada benarnya," batin Luna yang kemudian menyuruh pelayannya untuk membawakan minuman dan cemilan untuk mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!