Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Mobil Mercedes-Maybach Exel ero memasuki area kampus, dari arah gerbang masuk hingga parkiran semua mata memandang mobil tersebut. Tentu saja mereka penasaran siapa yang memakai mobil mewah ke kampus.
Catherine menatap ke sekitar, ia menghembuskan nafasnya. "Kenapa ramai sekali?"
Catherine memakai kacamata hitamnya, ia merapikan sedikit rambutnya, lalu keluar dari mobil.
"Oke Catherine tenang. Bukankah kau sudah terbiasa dengan keramaian?" Gumamnya lirih.
Catherine melangkahkan kaki jenjangnya menuju gedung fakultasnya. Sepanjang perjalanan banyak yang melihatnya, mereka semua penasaran siapa gadis yang tiba-tiba muncul dihari terakhir Ospek kemarin.
"Catherine!" Panggil seseorang.
Catherine menoleh ke belakang, di sana ada Rania yang melambaikan tangan padanya. Ia melepaskan kacamatanya lalu melambai singkat pada Rania.
Rania menghampiri Catherine dengan senyum lebarnya. "Gue kira Lo belum berangkat."
"Baru aja sampai Ran." Jawab Catherine.
"Lo berangkat sama siapa tadi?" Tanya Rania.
"Berangkat sendiri."
Rania mengernyitkan dahinya, "Seriously? Tumben. Biasanya para pawang Lo yang nganterin. Kok bisa dibolehin berangkat sendiri." Ucapnya heran.
Catherine terkekeh. "Mereka ribut tadi, yaudah aku berangkat sendiri."
"Yaudah ayok masuk, lagian kita searah." Rania menggandeng lengan Catherine.
"Kamu kuliahnya sampe jam berapa nanti?" Tanya Catherine.
Rania menatap Catherine dengan wajah memelas. "Gue full sampe sore Rine. Mana tadi gue dianter lagi, jadinya pulang sendiri deh."
"Pulang sama aku aja." Tawar Catherine.
"Bukannya jadwal Lo sampe siang aja?" Ucap Rania memastikan.
"Hmm iya, nanti rencananya mau sekalian ke club musik sambil nungguin kamu." Jawab Catherine.
"Lo jadi daftar? Gue bareng deh sekalian."
Catherine tersenyum lembut. "Iya, nanti ketemu aja di club musik."
Rania mengangguk semangat. Langkahnya berhenti ketika menatap gedung fakultasnya. "Yah gue udah sampe, kita terpisah di sini deh."
Catherine menatap ke depan di sana terlihat gedung manajemen yang terlihat ramai. "Masuk sana."
Rania menatap Catherine tidak rela. "Gue jadi pengen pindah jurusan kalo gini. Gue masuk dulu Rine, nanti istirahat gue samperin."
"Oke. Aku pergi dulu ya." Pamit Catherine melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
Rania menatap kepergian Catherine, ia menghela nafasnya. "Pengen pindah." Ucapnya lirih.
"Siapa dia?" Ucap seseorang di samping Rania.
Rania tersentak kaget, ia melotot menatap orang yang mengagetkannya itu. "Lo!! Bisa gak jangan ngagetin!"
Lelaki itu mengedikkan bahunya tidak peduli. "Siapa tadi?" Tandanya lagi.
"Kenapa?! Naksir Lo sama temen gue?" Tanya Rania dengan tangan bersedekap.
"Kalo gue bilang iya, Lo mau ngenalin?"
Rania sedikit memundurkan tubuhnya, ia menatap pria itu dari atas hingga bawah. "Gue? Ya jelas enggak lah. Buaya kadal kayak Lo gak pantes buat temen gue." Ucapnya mengejek.
Pria itu mendengus kesal. "Sialan Lo Ran. Gue gak buaya, mereka aja yang ngejar-ngejar gue. Ya gue terima lah."
Rania bergidik geli. "Ihh mending Lo tobat deh Noval! Dari SMA sampe sekarang gak ada perubahan."
"Jauh-jauh Lo dari gue. Kita gak saling kenal ya! Bye!!" Ucap Rania dengan mengibaskan rambutnya meninggalkan Noval.
"Dasar semut Rangrang!" Kesal Noval.
Noval Yordan Gunawan, mahasiswa baru fakultas Manajemen. Teman SMA Rania dan sekarang menjadi teman satu jurusan. Noval seorang atlet badminton yang memiliki hobi traveling.
Noval menatap Catherine yang sudah tak terlihat lagi. "Ah gue penasaran siapa dia. Ck apa susahnya ngasih tahu." Gerutunya.
...----------------...
Catherine memandangi kelas yang pintunya sudah tertutup. Ia menatap jam tangannya, "Masa udah dimulai kelasnya?"
Catherine mendekati pintu, ia memegang gagang pintu dan membukanya perlahan. Ia mengalihkan tatapannya pada teman-teman sekelasnya, ia mengerjapkan matanya ketika melihat semua pandangan mata mengarah padanya.
Catherine berdehem pelan, ia menutup pintu lalu masuk ke dalam kelas. Matanya bergerak mencari bangku yang kosong, seorang gadis mengangkat tangannya dan menunjukkan bangku kosong padanya.
Catherine tersenyum tipis, ia berjalan mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya. "Thanks."
Gadis tersebut mengangguk, ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Catherine yang paham pun langsung menjabat tangan gadis itu.
"Denada." Ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.
"Catherine." Balasnya.
Denada tersenyum ramah. "Salam kenal Catherine."
"Salam kenal juga." Jawab Catherine.
"Gue sepertinya gak asing sama Lo, apa mungkin kita pernah bertemu sebelumnya." Ucap Denada penasaran.
Catherine menatap Denada bingung, ia berpikir sejenak. "Aku gak tahu." Ucapnya.
Denada menatap intens Catherine. "Masa sih, apa gue salah ingat? Tapi wajah cantik Lo emang gak asing bagi gue."
Denada menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan Catherine. "Lo dulu sekolah di mana? Mungkin kita pernah ketemu waktu sekolah."
"Aku dari Gal-" ucapan Catherine terhenti ketika melihat dosen masuk ke dalam kelas.
"Nanti kita lanjut lagi." Sambung Catherine.
Denada mengangguk, ia kemudian menggeser kembali bangkunya.
"Selamat pagi semua, saya Anisa Rahma dosen mata kuliah profesi pendidikan."
"Dipertemuan pertama kita perkenalan dulu ya, pertemuan selanjutnya baru masuk pembelajaran."
"Jadi silahkan kita mulai perkenalannya. Saya panggil sesuai saja ya biar cepat."
Satu-persatu mahasiswa mulai maju ke depan untuk perkenalan diri. "Jordan Aidan Wijaya?" Panggil Dosen.
Setelah beberapa saat tidak ada yang maju ke depan, semua orang saling menatap bingung.
"Jordan?" Panggil Dosen sekali lagi.
"Apa tidak ada yang bernama Jordan?" Ucap Dosen tersebut.
Catherine mengernyitkan dahinya, ia menatap seorang pria yang menelungkupkan kepalanya duduk di depannya.
Catherine yakin pria ini yang bernama Jordan, karena hanya kurang lima mahasiswa saja yang belum dipanggil dan itu perempuan semua.
Catherine dengan sengaja menjulurkan kakinya menendang bangku di depannya. Ia menendang bangku hingga tiga kali tapi belum ada pergerakan
"Dia tidur apa gimana?" Batin Catherine.
Dengan cepat Catherine pun menendang bangku pria itu dengan keras. Pria tersebut tersentak kaget, ia bahkan sampai berdiri saking kagetnya.
"Jordan??" Ucap Dosen menatap ke arah pria itu yang terlihat linglung.
Pria tersebut mengerjap beberapa kali. "Ah iya, saya Jordan."
"Sini perkenalan diri." Pinta sang Dosen.
Jordan menggaruk kepalanya pelan, ia menoleh ke belakang melihat siapa yang mengagetkannya tadi, tapi yang ditatap malah memalingkan wajah dan berbicara dengan temannya.
Catherine menahan tawanya melihat ekspresi Jordan yang kebingungan. Sepertinya ia harus minta maaf nanti.
"Lo berani banget tadi." Ucap Denada.
Catherine terkikik pelan. "Kelamaan, siapa suruh tidur di kelas."
Jordan berdiri didepan kelas. "Nama Jordan. 19 tahun. Paris." Ucapnya singkat.
"Sudah?" Tanya Dosen itu.
Jordan mengangguk, ia ingin cepat-cepat kembali dan melanjutkan tidurnya.
"Kamu bisa kembali." Ucap sang Dosen.
"Oke selanjutnya, Catherine-" Dosen itu menghentikan ucapannya, ia menatap sekali lagi nama mahasiswa yang akan dipanggilnya.
Ia membaca nama itu berulangkali dalam hatinya. Dahi Dosen itu mengerut, ia seperti tidak asing dengan nama itu. "Catherine Zevanya Robert Wilson??"
"Catherine Zevanya-"
"Robert Wilson?" Batinnya.
Mata dosen itu membulat sempurna, ia tak salah lagi. Catherine ini cucu pemilik kampus sekaligus model terkenal di New Zealand. Dosen tersebut berdiri menatap satu persatu mahasiswanya.
Tatapan Dosen itu terpaku pada wajah cantik Catherine, ia tersenyum lebar ketika menemukan keberadaannya. Ia melangkah mendekat.
"Catherine Zevanya?" Ucapnya memastikan.
Catherine yang merasa namanya dipanggil pun menoleh, ia menatap bingung Dosen tersebut. "Saya Bu." Ucapnya.
"Ah akhirnya saya bisa bertemu kamu secara langsung." Ucapnya antusias.
"Bu Anisa kenal sama Lo? Kalian saling kenal?" Bisik Denada pada Catherine.
Catherine mengedikkan bahunya "Aku gak tahu." Jawabnya.
Catherine mengalihkan tatapannya pada Dosen, ia berdehem pelan dan berjalan mendekat pada Dosen.
"Kalau boleh tahu, kenapa ya Bu?" Tanyanya penasaran.
"Kamu Catherine Zevanya kan? Model terkenal di New Zealand itu? benar bukan?"
"Kamu tau, anak saya ngefans banget sama kamu. Dia bahkan ngoleksi banyak majalah yang ada foto kamu."
"Ibu boleh minta tanda tangan sama foto gak? Buat anak saya. Aduh ternyata kamu memang cantik banget kalo dilihat secara langsung." Ucap Dosen itu dengan hebohnya.
Semua orang menganga mendengar ucapan sang Dosen, mereka menatap Catherine dengan tatapan tak percaya.
Denada menggebrak mejanya, ia berdiri dan menatap Catherine dengan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia terkejut.
"Lo Catherine Zevanya??? Oh My God!! Lo model papan atas New Zealand itu?!! Gila!!"
"Bentar-bentar! Lo dari Galaxy High School kan???!!" Denada membulatkan matanya sempurna.
"Jadi bener dugaan gue?! Astaga pantes gue gak asing sama Lo! Gue pernah lihat Lo live musik dulu di Galaxy."
"Oh My God Catherine!!!" Ucap Denada heboh.
Kini semua orang di kelasnya menjadi heboh karena mengetahui fakta bahwa Catherine model terkenal di New Zealand.
Catherine menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia benar-benar bingung harus berbuat apa. "Kenapa harus ketahuan sih." Batinnya.
"Kalian jangan keras-keras dong ngomongnya, nanti kedengaran sampe luar." Ucap Catherine tak enak.
"Kok Lo gak bilang dari awal sih?"
"Tahu gitu kita bisa menyambut Lo dengan baik lagi."
"Pantes Lo cantik banget!" Ucap teman-teman kelas Catherine.
"Ehmm. Catherine bisa minta tandatangan kan?" Ucap sang Dosen.
Catherine mengangguk, ia memberikan tanda tangan dan foto bersama Dosen tersebut.
"Terimakasih ya."
"Baiklah, kita akhiri pertemuan kita kali ini." Ucap Dosen yang langsung pergi meninggalkan kelas.
Mereka semua menatap Dosennya tak percaya, jadi mereka hari ini bebas?
Catherine merasa canggung ditatap semua orang dikelas, ia kemudian duduk kembali di bangkunya. Dia menghembuskan nafasnya lelah, ia butuh istirahat.
...----------------...
Catherine mengambil ponselnya yang berdering, ia melihat nama Rania di layar.
"Hallo Ran?"
"Rine, Lo di mana sekarang?" Tanya Rania di seberang sana.
"Aku masih di kelas, kenapa?"
"Kelas Lo belum selesai emang?"
"Udah kok, ini baru beresin barang terus mau keluar." Jawab Catherine.
"Lo jadi ke ruang musik sekarang Rine?" Tanya Rania.
Catherine menatap jam tangannya. "Iya Ran."
Terdengar hembusan nafas Rania di seberang sana. "Yaudah, gue 2 jam lagi baru selesai. Lo sendirian gapapa kan?"
"Gapapa kok, sekalian nunggu kamu pulang juga kan." Jawab Catherine.
"Nanti kalo udah selesai gue langsung nyusul Lo. Jangan kemana-mana, di sana aja."
"Iya Rania."
"Yaudah gue tutup dulu, bye Rine." Pamit Rania.
Catherine memasukkan ponselnya di dalam saku, ia membereskan mejanya lalu bangkit dari duduknya.
"Lo langsung pulang Cath?" Tanya Denada.
Catherine menoleh. "Mau ke ruang musik, sekalian nunggu temen aku." Jawabnya.
"Lo mau ikut club musik?" Tanya Denada.
"Iya, ini mau daftar." Ucap Catherine.
"Gue gak heran sih! Lo kan emang cinta banget sama musik." Denada bangkit dari duduknya.
"Kamu mau pulang Nad?" Tanya Catherine yang melihat Denada ikut berdiri.
"Gue mau ke club olahraga, mau daftar." Jawab Denada.
"Ayok barengan, tempatnya juga deket sama ruang musik kan kalo gak salah?" Ajak Catherine.
"Gue emang mau ngajak Lo barengan tadi." Denada menggandeng tangan Catherine dan keluar bersama dari kelas.
Di dalam kelas Jordan melihat kepergian Catherine dan Denada, sebelah alisnya terangkat. "Club musik? Menarik." Ucapnya lirih.
Catherine dan Denada sampai di gedung khusus untuk kegiatan club kampus. Mereka berdiri di dekat pintu masuk club olahraga.
"Cath, aku masuk duluan ya." Ucap Denada.
Catherine menoleh, ia tersenyum. "Iya, aku pergi ke ruang musik dulu kalo gitu."
"Semangat Catherine!!" Ucapnya.
Catherine melangkah menuju ruang musik. Ia menatap pintu ruang musik dihadapannya. Ia mengetuk pintu kemudian secara perlahan membukanya
Catherine menatap ke sekitar, ia melihat ada beberapa tas dan camilan di meja tapi tak ada orangnya.
"Sepi? Kemana anggotanya?" Gumam Catherine.
Catherine memutuskan mengelilingi ruang musik, ia melihat satu-persatu alat musik yang ada di sana.
Catherine tersenyum lebar melihat alat musik yang lengkap tersedia di sana. Pandangannya teralihkan pada sebuah buku merah yang tergeletak dilantai. Ia mengambil buku itu, dan mencari nama pemilik buku ini.
"R?" Lirih Catherine.
Ketika Catherine akan membuka buku tersebut, pintu ruang musik pun terbuka. Ia membalikkan tubuhnya.
Ada seorang Pria yang masuk ke dalam ruang musik menatap keberadaan Catherine, ia mengerjapkan matanya pelan. "Siapa?" Tanya pria itu.
"Ah. Itu kak mau daftar club musik." Ucap Catherine.
Pria itu mengangguk, ia kemudian duduk di kursi dan mengambil sebuah kertas di laci meja. Ia menatap Catherine, "Isi formulir dulu."
Catherine meletakkan buku yang ditemukannya tadi diatas meja. Lalu berjalan mendekati pria itu.
Catherine duduk di kursi, menghadap pria tersebut. Ia mengambil formulir dan mengisi semua datanya.
Pria itu menatap intens Catherine yang fokus mengisi formulir pendaftaran, ia mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Kita bertemu lagi gadis piano." Batinnya.
...****************...