KESETIAAN YANG DI SIA-SIAKAN

Dimas POV

Dengan hati yang dongkol, ku tinggalkan perusahaan yang selama ini menjadi incaranku. Sial, benar-benar sial. Belum aku menguasai semuanya, Tari sudah banyak bertingkah. Dasar istri tak tahu diri!

Belum lagi aku harus mengembalikan uang perusahaan yang nominalnya tidak sedikit. Ditambah, uang yang berada di atm ku raib entah kemana. Untung saja Maya masih mempunyai tabungan, ditambah ada penghasilan dari kedai martabak milikku.

Walaupun hanya kedai martabak biasa, tapi penghasilannya lumayan. Apalagi aku menggunakan penglaris ludah pocong. Hebat bukan.

Ku pesan taxi online untuk mengantarkan ku pulang ke rumah. Lihat saja nanti Tari, kau akan bersujud di kakiku memohon ampun. Dan saatnya itu tiba, aku akan membuatmu hancur sehancur-hancurnya.

🌼🌼🌼🌼🌼

Tak menunggu waktu lama, taxi yang ku pesanku pun sudah sampai di titik jemput. Gegas aku masuk ke dalam taxi online.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 20 menit, akhirnya taxi yang ku tumpangi sampai di depan rumahku bersama Maya.

Saat masuk ke dalam rumah, ku lihat rumah begitu sepi. Mbok ART pasti sedang berbelanja ke pasar, sedangkan Maya pasti masih tidur. Memang, semenjak di pecat oleh Tari, Maya selalu bangun siang, hingga tak tahu kapan aku berangkat bekerja. Untuk semua keperluanku, memang aku menyiapkan sendiri, kecuali untuk urusan makanan. Si mbok yang akan menyiapkan.

Masuk ke dalam kamar, ku lihat Maya masih terbaring di atas tempat tidur. Ku letakkan tas kerjaku diatas sofa. Dan mencoba membangunkan Maya.

"Maya, May, bangun" ucapku sambil menguncak tubuh Maya.

Entahlah ia selalu tidur jam berapa, sehingga sudah sesiang ini pun ia masih betah saja tidur. Selain itu Maya selalu tidur hanya menggunakan pakaian dalam saja, jika ku tanya kenapa, pasti ia akan menjawab dengan alasan gerah. Padahal jika ia kegerahan di kamar ini ada AC.

"Maya, bangun dong sayang" ucapku lagi

"Emm, apa sih Mas" ucap Maya dengan suara parau

"Bangun dong ini udah siang"

"Memang jam berapa ini Mas?" tanya Maya sambil mengucek matanya.

"Jam set 10 May"

"Loh kamu kok gak kerja Mas" ucap Maya sambil bangun dari tidurnya.

Ketika melihat tubuh Maya, jakunku naik turun. Bagaimana tidak, tubuhnya sungguh menggoda, apalagi dia hanya memakai pakaian dalam saja. Namun entah mengapa, setiap aku ingin berhubungan dengannya, seperti ada yang menahanku. Aku tak akan bisa bergerak sama sekali, namun di saat hasrat itu sudah tidak ada, tubuhku akan kembali seperti biasa.

"Aku di pecat May" ucapku lesu

"Apa? Dipecat Mas? Memang keterlaluan perempuan sundal satu itu" ucap Maya dengan geram.

"Iya, dan lebih parahnya lagi mobil Mas dibawa oleh dia. Benar-benar sialan" umpatku

"Ini gak bisa terus dibiarin Mas. Wanita sundal itu harus diberi pelajaran. Harga diri kita sudah di injak-injak oleh wanita sialan itu"

"Ya kau benar sayang, kita harus memberikan pelajaran pada wanita gila itu" ucapku bertambah geram.

Entahlah, jika mendengar Maya memaki Tari, hasrat membenci Tari dan ingin membuatnya menderita semakin menggebu di dalam hati ini. Seperti ada dorongan dalam diriku untuk membenarkan semua ucapan Maya dan mengikuti semua keinginannya.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan May?" tanyaku kepada Maya.

"Bagaimana jika kita kirimkan bangkai ayam dan kepala monyet saja Mas. Aku yakin, dia akan ketakutan" ucap Maya sambil menampilkan seringai yang menurut orang menakutkan, tapi bagiku itu malah mempercantik dirinya.

"Ide yang bagus sayang, sepertinya itu akan menarik" ucapku

"Tapi kita dapatkan itu semua dari mana?" lanjutku lagi

"Kau tenang saja Mas, itu biar aku yang urus. Kau tau beres saja. Oh ya Mas, hari ini aku akan bertemu dengan temanku. Nanti sekalian aku jalankan rencana kita. Tak apa kan Mas?" ucap Maya sambil bergelayut manja padaku.

Mendapat perlakuan seperti itu, tentu saja membangkitkan nafsuku. Aku laki-laki normal, siapa yang tidak menginginkan Maya sekarang, namun entahlah jika aku akan berbuat lebih, pasti tubuhku akan mendadak kaku tak bisa di gerakkan.

"Bo-boleh sayang" ucapku sambil menahan gejolak di bawah sana.

"Terima kasih Mas"

Cup!

Maya mengecup bibirku sekilas, setelah itu ia melenggang pergi meninggalkan diriku sendiri yang masih terpaku di tempat. Namun setelah Maya pergi, kembali tubuhku bisa di gerakkan kembali.

Jika kalian berfikir nafkah batinku terpenuhi dengan sempurna. Jawabannya adalah salah, selama menikah dengan Maya, kami tak pernah berhubungan badan layaknya suami istri. Aku akan cepat untuk tidur, entahlah setiap selesai makan malam, aku akan tertidur dengan pulas sampai pagi menyapa. Sedangkan jika hari libur, Maya tak akan ada di rumah, ia lebih memilih pergi keluar rumah.

Namun itu tak masalah bagiku, asalkan dia merasa bahagia saja. Karena kebahagiaan Maya yang utama untukku.

🌼🌼🌼🌼🌼

Setelah mengganti pakaian dengan yang lebih santai, aku duduk di sofa sambil mengamati laporan keuangan kedai martabak yang di kirimkan oleh pegawaiku.

Memang, kedai ini dulunya milik orang tuaku. Namun ku ambil paksa sertifikatnya dan ku balik nama atas namaku. Lagian mereka itu sudah tua, tak pantas memiliki usaha seperti ini. Pantasnya mereka jadi gelandangan saja! Persetan orang tuaku dan adikku akan seperti apa. Aku tak peduli lagi.

Saat sedang melihat laporan keuangan, ku lihat Maya sudah rapih dengan bajunya dan sedikit make up. Ntahlah, hari ke hari aku semakin dibuat mabuk kepayang oleh Maya. Aku beruntung sekali memiliki istri seperti dia. Walaupun belum bisa menikmati tubuhnya lagi, itu tak menjadikanku lelaki yang haus akan belaian.

Di belakang Maya, aku selalu bermain-main dengan wanita penjaja ************. Mau bagaimana lagi, setiap akan menyentuh Maya pasti saja tubuhku akan kaku, jadi terpaksa aku akan menyalurkannya lewat PSK yang ku sewa.

Padahal dulu sebelum hubunganku dan Maya di resmikan dalam ikatan pernikahan, aku dan Maya tak pernah absen melakukan hubungan badan jika bertemu. Tapi setelah menikah semuanya berubah, aku tak bisa lagi menjamah tubuh indah itu. Tapi tak apalah, masih banyak wanita diluaran sana yang masih bisa memuaskan hasratku.

Setelah Maya pergi, aku pun akan pergi, mencari kehangatanku sendiri.

🌼🌼🌼🌼🌼

Maya Pov

Setelah pamit pada Mas Dimas, gegas ku pacu mobilku untuk pergi ke rumah Bayu. Sialan, sialan sialan! Rutukku tak hentinya.

Sungguh kurang ajar sekali si Tari ini, sekarang malah Mas Dimas ikut dipecat. Bagaimana aku akan mengusai segalanya milik Tari. Sekarang aku berharap semoga rencana untuk melenyapkan si tua bangka itu berjalan mulus.

Tak sabar rasanya untuk sampai di kediaman Bayu, ingin menanyakan bagaimana hasilnya. Jika si tua bangka itu meninggal, otomatis beritanya akan cepat menyebar. Secara dia salah satu orang terkaya di negeri ini.

Selain ingin mengetahui hasilnya, aku juga sudah rindu dengan Bayu. Ingin melepaskan kerinduan ini, aku rindu dengan semua belaian dan permainan ranjang Bayu.

Memang, setelah menikah dengan Dimas, Bayu meminta tolong dengan dukun agar tubuhku tak dapat di jamah oleh Dimas, ia meminta pada dukun itu agar membekukan tubuh Dimas jika ia berhasrat padaku, katanya dia tidak ingin tubuh molekku ini di nikmati oleh orang lain.

Aku menurut saja, karena aku pun malas jika harus berhubungan badan dengan Dimas. Namun satu yang tidak di ketahui oleh Bayu, sebenarnya bukan hanya Bayu yang menjamah tubuhku. Tapi juga tubuhku sudah di jamah oleh peliharan Mbah Rinto, ini adalah salah satu ritual yang harus aku jalani agar susuk dan ajian pengasih yang melekat pada tubuhku tidak hilang.

Masa bodoh nantinya jika Bayu mengetahui itu. Aku tak akan segan-segan melenyapkannya juga jika ia berani macam-macam denganku.

Secinta dan sesayang apapun aku kepada Bayu, namun jika ia sudah tak sejalan dan macam-macam padaku. Akan ku pastikan hidupnya akan berakhir ditanganku.

Bersambung....

Assalamualaikum semua.

Alhamdulillah hari ini bisa up 2 bab, semoga kalian suka yaaa. Maaf jika di sini author masih banyak kurang dan Salah.

Oh iya, author mau promosi cerbung baru nih, judulnya "KISAH NARA SANG KUPU-KUPU MALAM". Ceritanya sudah author up di sini. Jika berkenan silahkan baca cerbung itu juga ya. Jangan lupa dukung juga yaaaa.

Terima kasih.