Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Konfrontasi
"Bara, hapus semua berita yang sedang trending sekarang juga." Tatapan mata Kevin fokus menyetir dan memperhatikan jalanan ketika ia menelpon asistennya dan memberikan perintah.
Tanpa menunggu jawaban dari Bara, Kevin memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak dan membelokkan mobilnya ke sebuah halaman yang luas di rumah besar milik keluarga Daisy. Meskipun ia telah memerintahkan berita itu dihapus, kerusakan telah terjadi. Kemarahan yang hampir tak dapat ia tahan menyerbunya.
Jantungnya berdegup kencang, rasa sakit yang sudah tak asing lagi terasa setiap kali ia memikirkan masa lalunya. Kevin teringat, malam itu... ia melihat gudang tempat Elmira dan Daisy di sekap meledak didepan matanya, menyelimuti Elmira dan menenggelamkannya dalam lautan api.
Tak ada yang tersisa dari ledakan itu, kecuali sedikit puing-puing dari bangunan gudang.
Tidak ada jasad atau pun tulang belulang... yang tersisa dari istri tercintanya hanyalah abunya.
Kevin selalu berpikir jika Elmira meninggal dunia dalam keadaan membenci dirinya dan mengira ia telah pergi meninggalkannya dan lebih malah memilih Daisy.
Kevin berkedip dan setetes air mata mengalir di pipinya sebelum akhirnya ia segera menghapusnya. Pria itu menertawakan dirinya sendiri sembari merendahkan diri. Ia tidak pantas menangis untuk mending Elmira... tidak setelah ia dulu sangat mengecewakan perasaan istrinya itu.
Namun, Kevin tidak akan membiarkan siapa pun mencoret nama baik Elmira. Paling tidak, ia bisa melindungi kenangan dari mendiang istrinya.
Ketika Kevin berjalan masuk kedalam kediaman Daisy. Ia menghela napasnya. Apakah Daisy selalu menjadi orang seperti ini atau dirinya yang terlalu buta untuk melihat Daisy yang sebenarnya? Sejak kapan dia menjadi wanita yang licik?.
Sebenarnya, Kevin tidak ingin bertemu dengan Daisy secepat ini setelah mengetahui bahwa dia telah menjiplak karya Davina dan sekaligus mencoba menjebaknya. Namun, Kevin perlu mencari tahu apakah Daisy yang telah membocorkan berita tentang masa lalunya di media?
**
Di sisi lain, ketika Daisy melihat kedatangan Kevin, matanya berbinar bahagia. Wanita itu tidak masuk bekerja selama beberapa hari terakhir ini karena skandal yang ia perbuat dan selama itu pula ia tidak mendengar kabar dari Kevin. Terlebih dari itu, Kevin juga tidak mengangkat telepon darinya, jadi ketika melihat pria itu datang ke rumahnya, membuat Daisy merasa sangat senang.
"Kevin..." panggilnya dengan suara yang terdengar lembut. "Aku pikir kamu tidak akan pernah ingin melihatku lagi. Aku sangat merindukanmu."
Kevin menatap Daisy, wajahnya tanpa ekspresi. Meski pun Kevin melihat lingkaran hitam di bawah mata Daisy, ia tidak ingin membuang waktu dan langsung menanyakan sesuatu yang menjadi tujuannya datang ke rumah ini. "Apa kamu sudah membocorkan rahasia di masa laluku ke media? Kamu tahu betul kalau aku tidak pernah menceraikan istri ku dan aku tidak mengkhianatinya."
Senyuman manis yang sebelumnya terpancar di wajah Daisy seketika menghilang setelah mendengar perkataan Kevin.
'Istrinya?'
Daisy benci ketika harus mengingat bahwa Kevin telah menikah dengan wanita lain setelah Daisy pergi meninggalkan negara ini. Dia ingin menjadi wanita satu-satunya pemilik hati Kevin.
Dan Daisy tampak menyedihkan ketika menatap Kevin dengan kedua matanya yang telah berkaca-kaca. "Kevin, apakah menurutmu aku bisa melakukan hal seperti itu? Bukan aku yang membocorkan berita itu, kamu harus percaya padaku!."
"Apa? Percaya padamu?." Tanya Kevin dengan suara dinginnya. "Setelah semua yang kamu lakukan, kamu masih ingin aku mempercayai mu?."
Mengatakan bahwa Kevin tidak kecewa adalah pernyataan yang meremehkan. Kemarahan yang membara membakar dirinya. Daisy telah melewati batasnya kali ini... perbuatannya hampir membuat Kevin kehilangan satu-satunya barang yang ingin dia simpan sebagai kenang-kenangan dari mendiang istrinya.
Kilatan kepanikan terlintas di mata Daisy ketika ia menyadari betapa marahnya Kevin.
"Kevin, sayangku... Kamu harus percaya padaku. Aku tidak akan mengkhianatimu seperti itu. Apa untungnya untuk ku kalau aku mengungkapkan masa lalu kita ke publik? Aku tidak mau di cap sebagai wanita simpanan. Ini bukan salahku, Kevin." Kata Daisy menjelaskan dengan gugup dan berharap bisa menyampaikan maksudnya pada Kevin.
Daisy tidak ingin membuat Kevin berpaling darinya, ia bisa merasakan Kevin seakan semakin jauh darinya. Kevin perlahan mulai menjauh.
Raut wajah Kevin tidak bisa digambarkan ketika ia menoleh menatap Daisy. Kevin teringat bagaimana ketika Daisy mencuri karya Davina dan hal itu terjadi bukan sekali. Tetapi dua kali dan Daisy malah menuduh sekaligus menghina Davina sebagai pencuri, meski pun Daisy tahu betul bahwa dirinya lah pelaku yang sebenarnya.
"Dulu aku percaya padamu, Daisy... aku percaya padamu. Tapi kamu justru mempermalukan aku! Kamu menjiplak karya Daisy dan berbohong tentang hal itu! Aku tidak akan pernah percaya apa pun yang kamu katakan lagi. Apa kamu tahu berapa banyak uang yang hilang dari perusahaan ku karena perbuatan mu ini?."
Mendengar hal itu, hati Daisy hancur. Apakah dirinya kehilangan Kevin? Apakah itu artinya dirinya telah menggali kuburan sendiri karena telah mencuri karya Davina?.
Tidak! Ia tidak melakukan kesalahan apa pun! Apa salahnya mencoba melindungi apa yang menjadi miliknya? Ia hanya ingin menyingkirkan Davina dan sekarang wanita itu sudah pergi dari perusahaan Kevin!.
Daisy berkedip dan air mata mengalir di pipinya. Ia mendorong kursi rodanya agar lebih dekat dengan Kevin dan mengangkat tangannya untuk meraih lengan Kevin. Tetapi Kevin menghindarinya dan melangkah mundur.
Daisy mendongak, menatap wajah tampan pria itu. "Kevin, aku melakukan semua ini untukmu. Ini cara ku sendiri untuk melindungi mu dan membuat mu bangga padaku."
Kevin mengernyitkan dahinya, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Apa kamu mengatakan mencuri desain Davina untuk ku? Apa menurutmu itu masuk akal? Dia bekerja sama denganku, kenapa kamu harus mencurinya?."
Daisy menahan tangisnya. "Kevin, kamu tahu bagaimana aku berjuang keras untuk membuat desain apa pun dalam enam tahun terakhir ini. Meski pun tidak ada yang membicarakannya, aku tahu mereka diam-diam menertawakan mu karena kamu masih mau bertahan denganku, dan meski pun tahu aku sudah kehilangan keterampilan ku dalam membuat desain."
Daisy terdiam sejenak, ia menyeka air mata yang mengalir di pipinya. "Aku terpaksa mencuri desain Davina karena aku takut, Kevin. Kalau orang-orang menganggap tunangan mu sangat tidak berguna sampai dia tidak bisa membuat desain lagi, maka perusahaan dan reputasi mu akan terpengaruh. Maafkan aku... aku hanya panik dan tidak memikirkan akibatnya. Aku hanya ingin menunjukkan pada orang-orang kalau aku layak untuk mu."
Kevin mengepalkan tangannya, Mencoba menenangkan amarahnya. "Kenapa kamu berpikir mencuri akan membantuku, Daisy? Kamu baru saja menghancurkan segalanya! Kerja sama ku! Saham perusahaan! Sialan!."
"Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku orang yang tepat untukmu! Aku tidak perduli dengan ketenaran selama aku bisa membantumu, Kevin. Kehilangan kemampuanku untuk menggunakan kedua kakiku sudah membuat ku merasa tidak berguna. Aku tidak ingin ada yang tahu kalau aku juga telah kehilangan bakat ku.'' Kata Daisy, suaranya bergetar ketika ia mengatakannya.
Membicarakan tentang kaki Daisy, Kevin terdiam. Ia teringat bagaimana dirinya bertanggung jawab atas kesulitan yang dialami Daisy dan perasaannya melunak. Namun, Kevin tidak bisa melupakan kebohongan Daisy dan manipulasi yang telah Daisy lakukan.
Kevin menyugarkan rambut nya kebelakang dengan frustasi dan menghela napasnya. Ia menatap Daisy dan berkata dengan suara yang lembut, namun tegas. "Kamu sebaiknya meluangkan waktu untuk beristirahat di rumah dan renungkan perbuatan mu."
"Kevin, aku mohon... aku—" Daisy kembali buka suara. Namun, Kevin sudah berbalik dan berjalan keluar tanpa menoleh kearah Daisy sedikit pun.
Daisy mengepalkan tangannya. 'Ini semua salah Davina! Dialah yang menjadi alasan kenapa Kevin tiba-tiba bersikap dingin dan menjauh dariku!.'
Tatapan mata dingin dan penuh perhitungan terlintas di mata Daisy ketika meraih ponselnya dan menelpon seseorang.