Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 26 ~ Elang Gila
Hendak bergerak, namun Zhang Meng lantas menghentikan niatnya kala pedang kayu Zhang Ziyi telah bertempat di lehernya.
"Menyerah atau Mati!"
Menatap kesal pemuda yang berdiri di hadapannya itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengucapkan kata menyerah. Sehingga pemuda itu berniat mengangkat pedang dan kembali melanjutkan pertarungan.
Tak!
Pedang kayu Zhang Meng bertemu dengan pedang kayu Zhang Ziyi. Sempat terjadi pertarungan sesaat, namun keduanya langsung menghentikan aksinya kala mendengar suara seorang pria yang memperingati mereka.
"Hentikan!"
Seorang pria tiba-tiba muncul dari balik atap rumah, terbang dan mendarat tepat di antara Zhang Ziyi dan Zhang Meng.
Kontan, melihat pria itu, Zhang Meng langsung berlutut, memberi hormat padanya.
"Guru!" ucap Zhang Meng.
Lain halnya dengan Zhang Ziyi. Pemuda itu malah menampakkan raut wajah kebingungan melihat sikap Zhang Meng barusan. Pria yang berdiri ini sendiri dia tak mengenalinya. Setelan yang di kenakan pria tersebut memiliki corak yang sama dengan setelan yang dia pake, namun bentuknya lebih bergaya di bandingkan yang di kenakan Zhang Ziyi serta anggota klan Cabang sekalipun.
Zhang Ziyi menebak bahwa pria yang berdiri di hadapannya ini adalah salah satu bagian dari anggota klan Utama Zhang. Dengan nama panggilan yang di cetuskan Zhang Meng padanya, Zhang Ziyi menduga bawah dia adalah guru dari Zhang Meng.
Menangkupkan kedua tangan dengan pedang kayu di depan, Zhang Ziyi seraya sedikit membungkukkan badan memberi hormat pada pria tersebut.
"Salam, senior!"
Pria itu tersenyum kecil kepada Zhang Ziyi. Setelahnya, beralih kepada muridnya yang saat ini masih mempertahankan posisi berlutut nya.
"Meng'er! Kau sudah kalah, kenapa kau masih bersikeras untuk melanjutkan pertarungan!"
"Maafkan Zhang Meng, Guru! Zhang Meng mengaku salah!"
Meski tak mau mengakuinya, namun di depan gurunya ini, Zhang Meng harus rela mengakui bahwa dirinya salah. Sebagai rasa hormat serta patuhnya pada sang guru. Selain itu, ada maksud lain karenanya.
Pria tersebut memasang senyum bangga, melihat ketulusan hati muridnya itu. Zhang Meng memang nampak arogan di luar sana, namun jika di hadapan pria itu serta dua orang sahabat sekaligus rekan seperguruannya, dia begitu baik serta sopan.
"Berdirilah!" Zhang Meng mengangguk pelan mendengar perkataan dari gurunya itu.
Pria itu sendiri bernama Zhang Zhili. Dia merupakan salah satu diantara jejeran guru di klan utama yang memiliki kultivasi Ranah Langit tahap 2, terlemah diantara guru-guru lainnya. Sehingga Zhang Zhili hanya memiliki tiga murid, berbeda halnya dengan guru lainnya yang memiliki puluhan murid
Meski dia merupakan guru terlemah, namun tak satupun anggota klan utama yang berani tidak sopan terhadapnya. Pasalnya, Zhang Zhili ini memiliki pengetahuan luas. Pemahamannya dalam hal teori kultivasi begitu luas. Sehingga dia cukup disegani di klan, bahkan oleh penatua sekalipun.
"Pertarungan ini berhenti sampai di sini... Seperti yang kita saksikan sebelumnya bahwa Zhang Ziyi dinyatakan pemenang dalam pertarungan ini!" Zhang Zhili berucap pelan namun suaranya dapat terdengar di telinga masing-masing orang yang hadir di sana.
Berjalan mendekati Zhang Meng. Zhang Zhili menepuk pundak anak itu.
"Cari Zhang Yin serta Zhang Bie. Tugas kita di sini telah selesai. Waktunya bagi kita untuk kembali ke klan utama!" Zhang Zhili berkata setengah berbisik.
Mengangguk sejenak. Setelah memberikan hormat, Zhang Meng kemudian berbalik dan melesat cepat. Mencari dua temannya.
Zhang Zhili kemudian beralih pada Zhang Ziyi.
"Ikuti aku!"
Zhang Zhili melesat cepat, melompati atap rumah dan menghilang di balik atap tersebut. Zhang Ziyi sendiri sempat kebingungan sesaat, namun Pemuda itu memilih untuk mengikuti Zheng Zhili.
***
Zhang Ziyi terus mengikuti Zhang Zhili dari belakang. Sesaat, lelaki itu mengerutkan kening kala mengenali arah mana keduanya menuju.
"Paman... Apakah tujuan kita adalah ke rumah ku?" tanya Zhang Ziyi, memastikan tebakannya tidak keliru.
"Kau benar!" jawab singkat Zhang Zhili.
"Hmm...!"
Zhang Ziyi mulai menerka-nerka akan apa maksud dari Zhang Zhili ini, mengapa dia mengajaknya ke rumahnya?
Selang beberapa saat, keduanya pun sampai. Di sana, telah berdiri Zhang Mao serta Zhang Hai. Menyambut kedua orang itu di depan gerbang.
"Mari, Master! Silahkan masuk!" Zhang Mao mempersilahkan Zhang Zhili.
Mengangguk sejenak, Zhang Zhili kemudian melangkah melewati gerbang dengan kedua tangan di lipat belakang.
Zhang Ziyi sendiri masih mempertahankan raut wajah bingung nya. Dia pun memilih untuk ikut masuk, berharap di dalam dia akan mengetahuinya.
"Langsung saja pada topik utama. Tak perlu bertele-tele, kau sudah tau maksudku kan?" Zhang Zhili berkata dengan tanpa ekspresi.
"Benar tuan! Di sini, bersamaku sudah ada Zhag Lou. Murid jenius pertama di sekte. Sedang untuk perwakilan kedua, kami akan mengirim Zhang'er ke sana!" Zhang Mao berkata diselangi dengan tawa kecil.
"Umm!" Zhang Zhili mengangguk.
Lelaki itu menoleh ke arah Zhang Lou serta Zhang Ziyi bergantian.
"Lumayan!" gumamnya pelan.
Dia tidak terlalu tertarik pada Zhang Lou, lelaki itu lebih tertarik pada Zhang Ziyi. Pasalnya meski pemuda itu memiliki kultivasi rendah, namun dia bahkan bisa mengalahkan Zhang Meng dalam pertarungan sebelumnya. Memang diantara ketiga muridnya, Zhag Meng lah yang paling lemah, Meski demikian, kekuatan muridnya itu tak bisa di remehkan.
Melihat Zhang Ziyi bisa mengalahkan Zhang Meng sebelumnya, membuat Zhang Zhili sedikit tersentak. Apalagi Zhang Ziyi ini hanya berasal dari klan cabang.
"Baik, karena dua perwakilan klan cabang Zhang di Kota Bintang ini sudah ada, maka tidak ada alasan lagi bagi kami untuk tetap tinggal di sini." Zhang Zhili menoleh arah Zhang Ziyi serta Zhang Lou bergantian. "Segera bereskan barang-barang kalian, lalu temui kami di gerbang keluar klan."
Zhang Zhili memberi hormat pada Zhang Mao serta Zhang Hai, setelahnya dia melesat meninggalkan mereka.
"Baiklah, Paman... Aku akan kembali ke rumah. Menyiapkan barang-barang ku sekalian berpamitan sama ayah juga ibu!"
"Umm!"
Setelah di izinkan, Zhang Lou pun juga meninggalkan kediaman Zhang Ziyi. Kini tinggallah mereka bertiga.
Tanpa banyak menunda waktu, Zhang Ziyi bergegas ke kamarnya. Setelah memasukkan beberapa barang ke dalam cincin ruangnya. Tak lupa juga dia menyisakan beberapa pakaian untuk di masukkan ke dalam kantong kain, guna menghindari kecurigaan orang-orang. Sebab, tidak banyak orang memiliki cincin ruang. Selain harganya yang mahal, bahan untuk membuatnya pun juga sangat langka. Hanya beberapa orang saja yang memiliki benda tersebut.
Terkait cincin ruang yang dia temukan ini sendiri, Zhang Ziyi tidak memberitahu siapapun. Termasuk ayah serta ibunya.
Setelah dirasa semuanya sudah beres, Zhag Ziyi keluar kamar. Menghampiri ayah serta ibunya. Sempat terjadi adegan haru di sana. Entah berapa lama lagi mereka akan bertemu.
Zhang Mao serta Zhang Hai awalnya heran melihat bawaan anaknya itu yang terlampau sedikit. Namun mendengar penjelasan dari Zhang Ziyi keduanya hanya bisa mengangguk.
"Hati-hati di jalan, nak! Jaga dirimu baik-baik... juga jangan lupa berkunjung ke klan cabang!" Zhang Hai berucap keras kala anaknya itu telah jauh beberapa meter dari kediaman mereka, di sana juga ada Zhang Mao yang mengantar Zhang Ziyi.
"Tentu Ibu!" Zhang Ziyi berbalik sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Selang beberapa saat, Zhang Mao serta Zhang Ziyi sampai di gerbang. Setelah semuanya lengkap, keenam orang itu pun beranjak meninggalkan Zhang Mao di pintu gerbang.
Zhang Zhili bersiul keras. Tak berselang lama, muncul enam ekor burung elang besar. Zhang Zhili, Zhang Yin, Zhang Lou, Zhang Bai, Zhang Meng, serta Zhang Ziyi memilih burung elang yang akan mereka jadikan tunggangan.
Setelahnya melesat dengan kecepatan tinggi menembus awan. Meninggalkan klan cabang Zhang.
Mulut Zhang Ziyi tak berhenti terbuka lebar kala menyaksikan betapa indahnya kota Bintang jika dilihat dari atas. Dalam waktu singkat, mereka telah meninggalkan kota besar itu.
Terbang melewati hutan Luori, Zhang Ziyi tiba-tiba merasakan adanya keanehan pada burung yang ia tunggangi. Saat itu, mereka berada tepat di hutan Luori bagian inti hutan.
Burung Elang yang di tunggangi Zhang Ziyi mendadak memberontak. Burung elang itu bergerak ke arah burung elang yang di tunggangi Zhang Yin. Setelahnya, menyerang burung tersebut. Tak berhenti sampai di situ, burung elang itu juga memekik dengan keras. Menimbulkan sebuah keributan. Terbang tanpa arah.
Satu per satu burung elang yang mereka tunggangi mulai memekik keras, juga memberontak. Zhang Zhili sendiri sempat dibuat khawatir dengan hal itu.
"Gawat!" gumam Zhang Zhili pelan, setelahnya, dia berteriak lantang lantang. "Kendalikan burung elang itu! Jangan biarkan mereka membuat penghuni hutan Luori bagian inti terganggu dengan pekikan mereka!"
"Baik guru!"
Sekeras apapun mereka berusaha untuk mengendalikan burung-burung elang, namun tak satupun yang berhasil.
Benar saja, aura yang begitu mendominasi mendadak menyapa mereka. Raut wajah Zhang Zhili pun semakin menampakkan kekhawatiran kala merasakan aura itu.
"Sial!!"