Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedamaian yang Semu
Kabut perlahan memudar saat malam bergulir ke dini hari. Dermaga selatan kembali sunyi, hanya tersisa suara ombak yang menghantam tiang-tiang kayu di bawah jembatan. Galang berdiri di samping Honda CBR 1000RR Fireblade-nya, memandangi jalan yang baru saja ia taklukkan. Dalam diamnya, ia merasakan campuran antara kelegaan dan kelelahan. Pisces Mist telah mundur, tetapi Galang tahu, pertempuran ini hanyalah satu dari banyak yang akan datang.
Ia menaiki motornya, menyalakan mesin dengan gerakan lambat. Suara halus Fireblade menggema di dermaga kosong itu, seperti penanda bahwa malam ini, ia telah menang lagi. Namun, di dalam hatinya, ia tahu kemenangan ini bukan akhir dari segalanya.
Saat Galang tiba di dojo, matahari sudah mulai menyingsing di ufuk timur. Tama, yang tidak tidur semalaman, langsung menyambutnya di pintu dengan wajah penuh kecemasan.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Tama sambil memperhatikan Galang dari ujung kepala hingga kaki.
Galang mengangguk pelan. “Aku menang.”
Tama menghela napas panjang, matanya memancarkan rasa lega yang mendalam. “Syukurlah. Tapi aku masih tidak suka dengan cara mereka bermain. Pisces Mist terlalu licik. Kalau kamu tidak lebih tenang, aku yakin mereka bisa membuatmu jatuh.”
“Licik, tapi mereka tidak tak terkalahkan,” jawab Galang sambil duduk di depan dojo. Ia melepas helmnya dan menyandarkannya di sebelah Fireblade. “Danu tahu itu sekarang.”
Tama duduk di samping Galang, menatap matahari yang mulai naik di balik gedung-gedung tua di Sektor 5. “Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Pisces Mist mungkin sudah mundur, tapi masih ada lima geng lain di luar sana.”
Galang menghela napas panjang, pandangannya kosong ke arah jalanan di depan dojo. “Kita tidak melakukan apa-apa. Kita tunggu mereka datang.”
Hari-hari berikutnya berlalu tanpa gangguan. Tidak ada suara motor besar yang mendekat, tidak ada pesan ancaman yang dikirim ke dojo, bahkan tidak ada kabar dari Pisces Mist. Suasana tenang ini terasa ganjil, seperti jeda di tengah badai yang lebih besar. Tama mencoba menikmati ketenangan ini, tetapi Galang tetap waspada. Ia tahu bahwa kedamaian ini hanyalah semu.
Pagi itu, ketika Galang sedang memeriksa Fireblade-nya di halaman dojo, seorang pengunjung tak terduga datang. Itu bukan anggota geng motor atau seseorang yang membawa ancaman. Itu adalah seorang pria tua dengan jaket kulit hitam yang usang, wajahnya penuh kerutan tetapi matanya masih memancarkan ketajaman.
Pria itu berdiri di gerbang dojo, mengamati Galang dengan senyum kecil di wajahnya. “Kau pasti Galang,” katanya akhirnya. Suaranya berat tetapi penuh keyakinan.
Galang menoleh, memasang wajah serius. “Siapa kau?”
Pria itu melangkah masuk, gerakannya tenang tetapi penuh otoritas. “Namaku Surya. Aku bukan musuhmu, tapi aku tahu apa yang kau hadapi.”
Tama keluar dari dojo, menatap pria itu dengan waspada. “Apa maksudmu?”
Surya memandang Tama, lalu kembali menatap Galang. “Aku tahu kau telah mengalahkan banyak geng besar di Sektor 5. Tapi mereka bukan ancaman yang sebenarnya. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mendekat.”
Galang berdiri, mendekati pria itu. “Apa yang kau tahu?”
Surya menghela napas panjang, lalu berkata, “Mereka yang kau kalahkan adalah bagian dari sebuah lingkaran. Tapi kau belum bertemu dengan pusat lingkaran itu. Pusatnya adalah mereka yang mengendalikan semua ini dari balik layar.”
“Siapa mereka?” tanya Galang, nadanya dingin tetapi penuh rasa ingin tahu.
“Para pemimpin dari geng-geng terbesar yang telah kau kalahkan,” jawab Surya. “Mereka memiliki kesepakatan untuk menjaga keseimbangan di Sektor 5. Tetapi dengan kau di sini, keseimbangan itu mulai runtuh. Dan mereka tidak akan diam saja.”
Galang tidak terkejut. Ia sudah menduga bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. “Apa yang kau inginkan dariku?”
Surya tersenyum tipis. “Aku tidak menginginkan apa pun. Aku hanya ingin memperingatkanmu. Ketika mereka datang, kau harus siap. Karena mereka tidak seperti yang lain.”
Hari itu berlalu dengan rasa berat yang menggantung di udara. Galang terus memikirkan kata-kata Surya, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dunia jalanan ini selalu penuh dengan konflik, tetapi sekarang, ia merasa bahwa ia sedang melawan sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.
Malam itu, ketika Galang dan Tama sedang duduk di depan dojo, suara motor besar terdengar dari kejauhan. Galang segera berdiri, matanya menatap jalan yang gelap di depan mereka. Dari balik bayangan, muncul sekelompok motor besar dengan lampu depan yang menyala terang. Jumlah mereka tidak banyak, tetapi aura mereka langsung memenuhi udara dengan tekanan yang tak bisa dijelaskan.
Pemimpin kelompok itu, seorang pria bertubuh besar dengan jaket kulit merah, turun dari motornya dan melangkah maju. Wajahnya keras, dengan bekas luka yang melintang di pipi kirinya. Ia menatap Galang dengan senyum yang penuh arti.
“Galang,” katanya, suaranya berat tetapi jelas. “Aku mendengar banyak tentangmu.”
Galang tetap diam, menunggu pria itu melanjutkan.
“Namaku Arya,” lanjut pria itu. “Aku adalah pemimpin Capricorn Steel. Dan aku datang untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai.”