Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Setelah selesai mengemasi semua barangnya Air menggendong Janu dan menyeret kopernya menuju pintu . Dia sudah tidak lagi melihat Bumi ada di ruang tamu . Dia melihat jam ditangannya , sudah terlalu malam . Tapi apa boleh buat dia harus segera angkat kaki dari tempat itu .
Mungkin uang yang akan digunakan untuk mencari rumah kosan bisa ia pergunakan dulu untuk menyewa hotel yang murah yang ada disekitar tempat itu . Tidak mungkin ia pulang ketempat ibunya malam malam begini , bisa bisa Ibu dan Dewa bisa murka mengetahui bahwa dia diusir suaminya sendiri .
Air tak segera melangkahkan kakinya keluar , ia amati setiap.sudut rumah yang menjadi tempat bernaungnya beberapa hari ini . Tempat yang seharusnya menjadi saksi bisu awal kebahagiaan baru untuknya dan putranya .
Awal hidup baru sebagai istri seorang Bumi Attala Adipraja . Dulu pernikahannya terkendala pada restu kedua mertuanya . Dan sekarang setelah restu diberikan , suaminya belum sepenuhnya bisa menerimanya .
Ada sesuatu hal yang Air tidak mengerti sampai sekarang , yaitu kebencian yang tak beralasan dari suaminya . Berkali kali ia mencoba berbicara tapi nyatanya sia sia .
Selama ini dia masih mencoba bersabar dan diam.karena dia belum sepenuhnya mengenal watak suaminya . Beberapa hari ini sedikit demi sedikit ia mulai memahami Bumi .
Laki laki itu mempunyai watak yang sekeras batu , menggebu dan kadang tidak berpikir panjang . Tapi ada sisi lain dari Bumi , dibalik semua itu Air yakin suaminya juga mempunyai sikap yang hangat dan penyayang .
Air bisa saja melawan sifat Bumi jika sedang berapi api , tapi itu hanya akan menghabiskan energinya . Semakin dilawan api dalam hati Bumi akan semakin berkobar .
" Sudah malam , pergilah besok pagi !! Jangan pikir aku kasihan padamu , aku cuma tak ingin Janu sakit keluar malam malam begini "
Suara Bumi membuat Air tersadar dari lamunannya . Laki laki itu berdiri di tangga dengan kedua tangan bersedekap . Baru kali ini laki laki itu menatapnya setajam ini karena biasanya Bumi tidak pernah mau untuk sekedar melihatnya .
" Mas ... "
" Aku yang akan keluar karena aku tak ingin seatap denganmu lagi ! Kita urus semua saat papa dan mama pulang dari Tiongkok . Dan selama itu jangan kau muncul lagi di hadapanku apapun yang terjadi " ujar Bumi dengan melangkshkan kakinya menuju pintu apartemennya .
" Terimakasih sudah sampai memikirkan kesehatan putraku . Aku serahkan semua padamu Mas , asal itu tidak mempengaruhi kesehatan papa Alfian . Aku berjanji padamu , aku dan Janu tak akan mengganggumu lagi . Kau tak akan pernah melihat kami lagi "
Bumi tidak menanggapi kata katanya , pria itu berlalu dari hadapannya dan pergi entah kemana . Sekeras apapun ternyata Bumi tidak tega melihatnya dan Janu berkeliaran pada malam hari . Laki laki itu masih membiarkannya tinggal walau untuk satu malam lagi .
Air membawa kopernya dan meletakkan disamping pintu agar besok pagi pagi sekali ia bisa langsung pergi dari tempat itu sesuai janjinya . Tiba tiba ponselnya berdering , Air terkejut melihat siapa yang sedang menghubunginya .
" Halo Assalamualaikum Mah "
" Walaikumsalam Aira ...bagaimana kabar kalian !? " suara mama mertuanya terdengar dari seberang sana .
" Alhamdulilah kami baik Mah , Papa dan Mama juga baik kan ? "
": Alhamdulilah berkat doa kalian juga . Sebenarnya Mama ingin melihat Janu tapi sepertinya sudah terlalu malam disana . Suamimu sudah tidur ? Dia baik pada kalian kan ? "
" Mas Bumi sangat baik pada kami Mah , Mamah fokus dengan pengobatan Papa saja . Kami baik baik saja disini , Air ingin kita bisa cepat berkumpul kembali "
" Semoga sayang , doakan saja Papa cepat pulih . Dan kami ingin dapat cucu baru ketika kami pulang nanti ' kata Rita sambil tertawa kecil .
" Pasti ... Air selalu berdoa untuk kesembuhan Papa . Janu masih terlalu kecil Mah , kami belum memikirkan tentang hal itu "
Setelah beberapa saat berbicara dengan ibu mertuanya Air menutup ponselnya . Dia menghela nafas panjang . Kali ini dia terpaksa berbohong karena tidak mungkin ia menceritakan hal yang sebenarnya .
Sementara itu Bumi melesatkan mobilnya ke sebuah klub malam . Dia juga sudah menghubungi Adam untuk menemaninya . Sebenarnya Bumi jarang sekali pergi ke sebuah klub malam .
Dulu Reynand akan menyeretnya keluar jika ia ketahuan menghabiskan waktu dengan teman-temannya . Kakaknya tidak mengijinkan dia terbiasa dengan dunia malam . Menurutnya dunia itu hanya akan membawanya pada kehancuran .
Bumi melihat Adam sudah ada di dalam ditemani beberapa wanita dengan pakaian seksi . Adam bukan pemain wanita tapi wataknya yang supel menjadikannya mudah bergaul dengan siapa saja .
" Hai sayang ... kau merindukanku ?? "
Bumi menoleh ketika ia mendengar suara yang sangat di kenalnya .
" Kau ... "