Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Mencoba Berdamai Dengan Masa Lalu
Mas bangun lah lagi Mas, cepatlah sadar. Aku sangat merindukanmu.'' Ujar Mayang dari samping tempat tidur Danu dengan air mata yang sudah menetes dipipinya. Mayang hanya bisa pasrah melihat suaminya masih betah memejamkan matanya sejak pasca operasi yang ketiga ,dengan dititik luka yang sama.
Dokterlah yang menyarankan agar Danu diberi obat tidur dengan dosis tidur sampai 24 jam, itu agar Danu benar-benar mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Karena kalau tidak begitu akan berdampak pada kesehatannya.
Tepat saat azan magrib Danu mulai membuka matanya, dan hal itu langsung membuat Mayang memeluk Danu yang masih terbaring.
'' Mas Rangga, jangan tidur lama lagi. May takut hiks...hiks...'' Mayang mulai menangis.
'' Tidak sayang, Mas akan selalu menjagamu dan calon anak kita.'' Danu mencium hangat puncak kapala Mayang.
'' Oh ya Mas, ada kabar duka Mas. May harap Mas tabah ya dengernya.'' Kata Mayang sambil menyeka air matanya, Mayang terlihat ragu untuk menjelaskannya.
'' Duka? Masudnya sayang?'' Danu mulai bingung dan sontak melihat ke arah perut Mayang.
'' Bukan ini Mas, tapi tentang Tuan Bagas. Beliau sudah meninggal tadi pagi, tepat setelah mendonorkan darahnya buat Tisa.''
'' Innalillahi waiinilahi rojiun, apa Tisa sudah tahu tentang kabar ini?'' Tanya Danu dengan wajah sedih bercampur cemas.
'' May juga ga tau jelas kabarnya gimana Mas, sejak May habis diperiksa May hanya di sini bersama Mas. Kabar ini Imah yang kasih tau lewat chat aja. Sampai sekarang pun mereka belum ke sini.'' Jelas Mayang.
'' Iya Maylov, Mas berharap kamu bisa maafkan Om Bagas. Mengingat beliau sudah berpulang, agar arwah Om Bagas dimudahkan jalannya.'' Ucap Danu yang masih terbaring dengan terus menggenggam tangan Mayang.
'' Iya Mas, May udah memafkan Tuan Bagas. Bagi May sekarang yang yang terpenting kita masih selamat Mas. O ya Mas, apa Mas ga kepengen liat anak kita Mas?'' Tanya Mayang sambil mengelus perut buncitnya.
'' Ini sudah masuk bulan ke tujuh loh Mas.''
'' Oh tentu saja, Mas juga sudah tidak sabar ingin nengokin anak kita. Tapi tunggu Mas bisa jalan dulu ya, kaki Mas masih terasa kram.''
'' Iya Mas, gimana kalo besok pagi aja?''
'' Wah Istri Mas sudah tidak sabar rupanya, baiklah sayang malam ini Mas akan berusaha keras agar kaki Mas bisa kembali normal lagi.''
'' Iya sayang.'' Ucap Mayang dengan senyum lebarnya.
'' Tapi di rumah sakit ini aja ya Mas.'' Tambah Mayang.
'' Apa tidak apa-apa sayang, kalo di sini kita ga bisa leluasa. Mending kita lakukannya di apartemen Mas aja, lebih aman dan nyaman.'' Jawaban Danu sontak membuat Mayang melepaskan genggaman tangan Danu.
'' Ish...dasar mesum, isi pikirannya cuma itu aja.'' Mayang reflek memukul pelan lengan Danu.
'' Aduuuh sayang, maksud aku tu periksa ke Dokter, USG Mas. Biar kita bisa liat perkembangan anak kita di dalam gimana, bukan main gitu-gituan.'' Gerutu Mayang pada Danu. Hal itu sontak membuat Danu menepuk keningnya.
'' E walah, pikir Mas yang gitu-gituan. Makanya kalo ngomong tuh jangan ambigu, kan Mas jadi kesana arahnya hihihi...'' Danu dan Mayang tertawa bersama.
Tidak berapa lama pintu ruangan Danu diketuk dari luar, setelah Danu mempersilahkan masuk muncul Imah, Tama dan Beni dari balik pintu.
'' Bagaiman Bos kondisinya?'' Tanya Beni.
'' Ya beginilah, jadi kepengen cepat sehat bawaannya.'' Jawab Danu melirik Mayang yang tersipu malu merona bak kepiting rebus.
'' Gue turut berduka, semoga Om Bagas tenang di alam sana.'' Ucap Danu penuh keikhlasan menatap Tama yang tengah berdiri di ujung tempat tidur Danu.
'' Iya, gue juga minta maaf sama kalian apa lagi semua musibah yang menimpa kalian adalah kesalahan Bokap gue. Gue harap kalian mau maafkannya.'' Ujar Tama dengan menundukan kepala.
'' Mayang sama Mas Rangga sudah memaafkan Tuan Bagas, kami do'akan semoga Tuan Bagas tenang dan dilancarkan jalannya.'' Jawan Mayang.
'' Amiiin..'' Ucap mereka bersamaan.
'' Tisa gimana Tam? Sepertinya luka Tisa cukup parah.'' Tanya Danu.
'' Barusan kami dari ruangan rawatnya, keadaannya sudah mulai membaik tapi Tisa masih dalam pengaruh obat tidur. Mungkin besok pagi baru sudah bisa dijenguk lagi.'' Jelas Tama.
'' Syukurlah, kalau begitu kami besok pagi aja jengukin Tisanya.'' Sahut Danu dan dibalas anggukan oleh Tama.
'' May, aku ke sini juga mau pamit. Dari tadi Bapak udah tanya-tanya terus.'' Ujar Imah.
'' O iya Mah, makasih banyak ya Mah. Kamu adalah pahlawan buat kami Mah.'' Sahut Mayang.
'' Betul Mah, kalo kamu tidak mengeluarkan jurus tendangan pecah telormu entah apa yang akan terjadi. Makasih banyak ya Mah, entah dengan apa kami bisa membalas semua kebaikanmu.'' Tambah Danu.
'' Cukup jaga dan sayangi sahabat saya saja Tuan itu sudah lebih dari cukup. Kalau begitu Saya pamit dulu semua. Assalammu'alaikum.'' Setelah Imah pamit dan keluar tiba-tiba Tama juga pamit dengan alasan ingin ke ruangan Tisa.
'' Mah...'' Tama memanggil Imah yang sedang menunggu taxi yang kemungkinan lewat.
'' Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?'' Jawab Imah.
'' Tunggu di sini, jangan kemana-mana mengerti!''
'' Tapi Tu---- ah, dasar balok es. Ngapain coba aku di sini, memangnya aku tukang parkir apa. Ish dasar..'' Gerutu Imah saat Tama langsung berjalan pergi menjauh tanpa menghiraukan kekesalan Imah.
'' Terimakasih banyak Tuan sudah mengantar saya pulang. Maaf sudah merepotkan Tuan.'' Ujar Imah saat akan turun dari mobil Tama.
'' Dan Tuan, saya benar-benar minta maaf atas apa yang telah menimpa Tuan Bagas. Saya benar-benar tidak maksud un-----.'' Ucapan Imah terpotong.
'' Jangan kegeeran dulu, tujuan saya ngatar kamu karena saya juga ingin menuntut pertanggung jawaban kamu. Kamu akan mendapatkan maaf saya jika melakukan syarat yang saya berikan.'' Sahut Tama.
'' Ma maksud Tuan?'' Imah mulai sedikit takut jika Tama akan memberikan syarat yang berat padanya.
'' Kamu pikir mudah melihat Ayah sendiri dihabisi dengan cara yang mengenaska.''
Degg...
Jantung Imah seperti terlepas dari gantungannya. Sungguh kata-kata Tama membuat Imah kaget luar biasa.
'' Ya Tuhan gimana nih, Manusia Kutub naruh dendam sama gue. Mampus gue, syarat apa sih yang mau di berikan? Jangan-jangan gue harus kerja tanpa digaji selama nih, mau makan pake apa gue sama Bapak? Ntar buat bayar kontrakan gimana? Kok jadi gini sih? Gue kan nembaknya karena Bokapnya yang udah mau nembak Mayang, kok malah gue yang disalahin sih?'' Gejolak batin Imah makin membuat Imah takut.
'' Besok pagi sebelum saya datang, kamu sudah lebih dulu menunggu saya di ruangan saya. Ingat jangan bikin syaratnya bertambah banyak''
'' Ba baik Tuan, kalo gitu saya masuk dulu. Terimakasih.''
Setelah pamit dengan langkah lebar Imah bergegas masuk ke dalam rumah, bersyukur pintu tidak sedang dikunci Bapaknya. Melihat sikap Imah itu membuat Tama tersenyum geli bahkan sampai tertawa. Sungguh Imah makin menggemaskan dimatanya.
'' Siapa suruh jadi sok jagoan.'' Gumam Tama saat akan meninggalkan halaman kontrakan Imah.
Di lain tempat, tepatnya di ruangan di mana Tisa tengah terbujur lemah tak berdaya dengan selang infus yang masih menancap ditangannya. Terlihat seorang pria tengah menatap Tisa dengan mata berkaca-kaca.
'' Apa sebenarnya yang terjadi denganku, mengapa melihatmu seperti ini membuat hatiku sangat hancur? Mengapa aku jadi sangat merindukan saat-saat kamu menggangguku? Mengapa aku jadi sangat ingin terus kamu ganggu? Perasaan apa ini Tisa? Apakah aku mulai mencintaimu?'' Ujar Beni dalam hati sambil menggenggam telapak tangan Tisa kemudian menciumnya penuh kasih.
°°°°°
'' Bagaimana, apakah mereka tau kalian memata-matai mereka?'' Ujar seorang pria yang tengah meneguk segelas wine sambil menatap salju yang turun di luar jendela sebuah hotel.
'' Tidak Tuan, sepertinya mereka terlihat lengah setelah Bagas Baragajasa tewas.''
'' Bagus, tetap pada posisi kalian. Terus gali informasi tentang mereka, dari situ baru kita bisa membuat strategi untuk menghancurkan mereka semua.'' Jawab pria tersebut dengan seringai jahat di wajahnya.