Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Alana tengah sibuk di depan layar laptopnya. Dia kembali mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda. Alana begitu serius mengetik, lalu datanglah Arthur bersama dengan Kevin berjalan mendekatinya.
" Gimana kabarmu? Kamu tengah sibuk ya?"
" Udah tahu Akau tengah sibuk, pake nanya pula. Kamu ini gimana sih!" seru Alana yang masih serius menatap layar laptopnya.
" Aku hanya ingin mengajak mu makan di luar bersama. Sebagai permintaan maaf karena sudah membentak mu kemarin dan juga tentang Cintia."
" Em.. Apa kita sekalian beli barang yang aku perlukan?"
" Boleh." ucap Arthur.
" Kevin, bisakah kamu mengajak intan untuk menemani ku?" tanya Alana yang ingin punya teman saat jalan bersama dengan Arthur nantinya.
" Maaf, nona. Intan tidak bisa pergi menemani. sebab dia ada pekerjaan rumah yang belum ia selesaikan." jawab Kevin.
" Udahlah, Intan tidak bisa menemani. Masih ada aku yang jalan sama kamu nanti." ucap Arthur.
Alana cemberut, ingin dia memiliki teman untuk berbelanja keperluannya. Mungkin dengan intan dia bertanya lipstik atau merek makeup yang mana yang cocok untuk wajahnya.
Arthur lalu duduk di samping Alana. Dia membaringkan tubuhnya dengan paha Alana sebagai bantal kepala.
" Pak Arthur, aku tengah kerja. Kalau kamu mau tidur, silahkan tidur di kamar." ucap Alana .
" Aku hanya ingin menutup mataku dan beristirahat sejenak." Arthur dengan keras kepala tetap melakukannya.
" Kamu beneran mafia bukan sih! Berasa kayak anak kecil." gumam Alana dalam hati, dia tersenyum menatap teduhnya wajah Arthur yang tengah tertidur.
Kevin yang sebagai asisten Arthur, ikutan tersenyum. Dia tidak pernah melihat bosnya itu bersikap layaknya anak kecil didepan orang lain. Sikap Arthur yang terkesan tegas dan kasar nampaknya akan lembut ketika sudah menemukan pawangnya.
Alana berjalan mengikuti Arthur namun sesekali dia melihat kebelakang. Banyak sekali para pengawal yang mengikuti mereka. Bahkan saat memasuki Mall, pengawal itu terus mengikuti mereka dari belakang. Alana justru merasa sangat malu, apalagi melihat banyak pengunjung yang terus menatap kearah mereka.
" Apa pengawalnya terlalu banyak ya? Kamu ini enggak khawatir kalau ada orang yang tahu kamu itu mafia? Pengawal yang mengawasi kita berdua ini terlalu banyak." ucap Alana dengan karena malu.
" Mohon bersabar ya, lama-lama kamu juga akan terbiasa." ucap Arthur.
Alana cemberut dan merasa kesal. Dia tahu, jika dirinya butuh orang untuk mengawasi tapi bukan sebanyak itu pula. Rasanya Alana sangat malu jika di perhatikan oleh orang banyak. Alana menaiki raut wajahnya masih cemberut.
" Kenapa mesti aku yang nanggung? Bukannya aku yang akan tinggal di rumah mu begitu lama?"
" Bisa tidak kita tidak usah membahas masalah ini lagi." pinta Arthur.
" Meskipun aku sudah mencoba untuk membahas hal ini padamu. Sepertinya kamu tidak akan bisa memahaminya." sambung Arthur.
Alana yang kesal berjalan duluan. Kemudian dia berbalik, " Kalau kamu masih marah, mendingan kita tunda saja beli barangnya. Lebih baik pulang saja." tukas Alana.
" Apa kamu perduli dengan perasaan ku?"
Alana memutar bola matanya, dia sudah capek untuk berdebat dengan Arthur.
" Kevin, Edgar! Ikuti alana. Aku akan menunggumu di cafe. " Perintah Arthur.
" Ya, tuan." seru Kevin dan Edgar bersamaan.
Alana bingung, seharusnya dia pergi bersama dengan Arthur. " Loh, kenapa kamu enggak ikut denganku?"
" Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman." ucap Arthur mengeluarkan kartu atmnya berwarna hitam.
Alana merasa kesal, dia langsung pergi begitu saja tanpa mengambil kartu ATM tersebut.
" Bos, serius tidak akan mengikutinya?" tanya Bagas.
" Apa kamu pikir aku tengah becanda?" jawab Arthur.
" Tapi, sepertinya nona Alana sedang marah pada mu, bos." ucap Bara.
" Itu yang ku inginkan." ucap Arthur sambil menatap kepergian Alana.
semangat berkarya author 🥰