Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Beberapa hari setelah kejadian panas di pagi hari itu. Bryan seakan tidak fokus untuk melakukan apapun. Bayangan tubuh indah Aya dan rasa nikmat yang mencapai awang-awang itu membuatnya seakan ingin terus mengulangnya.
Namun Bryan terus menahannya, Ia merasa bersalah karena melakukan hal itu dengan Aya. Sedangkan dirinya masih begitu mencintai Rena. Sehingga membuatnya bersikap dingin dan acuh terhadap Aya.
Sedangkan Aya sudah pasrah akan hidupnya kedepannya nanti. Ia berfikir mungkin saja suatu saat nanti Bryan akan meninggalkannya setelah mendapatkan yang Ia mau.
Terbukti setelah kejadian itu, Bryan seakan bersikap dingin dan acuh padanya. Bahkan Bryan akan pulang saat larut malam di saat dirinya sudah tertidur. Dan pergi pagi-pagi sekali sebelum dirinya terbangun.
Aya merasa dirinya seperti sampah saja saat ini. Namun Aya tidak mau lagi memikirkan tentang suaminya yang mendadak bersikap dingin itu.
Ia akan menjalani kehidupannya sesuai keinginannya.
Aya juga sudah mulai kembali bekerja di kantor Bryan. Melihat Aya yang sudah kembali bekerja pun Adrian merasa begitu senang.
"Aya, Aku senang Kau kembali, Kau tahu Aku mencari dimana rumah mu, tapi Aku tidak menemukannya. Sebenarnya dimana rumah mu Ay, Aku sudah mencari di gang tempat biasanya Aku menurunkan mu tapi saat Aku bertanya kepada orang disana, mereka tidak ada yang kenal dengan nama mu." Ucap Adrian.
Aya terkejut, Ia tidak menyangka bahwa Adrian akan mencari rumahnya disana. Ia pun menjadi kikuk untuk menjawabnya.
"Emm, Adrian. Sebenarnya Aku sudah pindah dari sana," bohong Aya.
"Kau pindah?, Kenapa kau tidak memberitahu ku. Kalau begitu Aku akan mengantarmu pulang nanti Ay. Supaya Aku bisa mengetahui di mana rumah mu," ucap Adrian.
"Ah tidak usah Iyan. Sudahlah, lebih baik kita kembali bekerja. Kita bahas itu nanti saja," ucap Aya berusaha mengalihkan perhatian.
Adrian merasa ada yang sedang Aya sembunyikan darinya. Namun yang di katakan Aya benar,ini sudah memasuki jam kerja. Jadi mereka harus kembali bekerja.
Ia akan bertanya nanti setelah jam makan siang mereka. Akhirnya Adrian menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Ay, kalau begitu Aku kembali ke ruangan ku dulu." Ucap Adrian dan langsung melangkah keluar dari sana.
Aya menghembuskan nafasnya panjang, Ia sedikit lega Adrian tengah pergi dari sana.
"Bagaimana nanti Aku harus menjelaskannya padamu Iyan, kalau Aku jujur sudah menikah, Apa Kau akan memaafkan ku nanti?. Kau pasti akan marah nanti karena aku tidak memberitahu mu dan tidak mengundang mu. Haih..." Gumamnya. Lalu Aya pun melanjutkan pekerjaannya.
***
"Sekarang Kau bisa menjelaskan tentang pertanyaan ku tadi pagi Ay." Ucap Adrian saat berada di kantin kantor.
Aya benar-benar merasa bingung saat ini. Ia takut Adrian akan marah padanya. Tapi Aya sudah bertekad untuk menceritakan semuanya kepada Adrian.
"Iyan, maafkan aku, sebenarnya Aku sudah me-menikah," ucap Aya akhirnya.
Adrian terdiam sejenak, sedetik kemudian Ia malah terbahak mendengar ucapan Aya. Adrian berfikir Aya sedang bercanda saat ini.
"Kau sudah menikah?, Kau jangan bilang kalau ini prank Ay." Ucap Adrian dengan masih terbahak.
"Aku tidak bercanda Iyan," ucap Aya kembali. Membuat Adrian terdiam dan menatap wajah Aya.
Adrian mencari kebohongan dari raut wajah Aya. Lidahnya begitu kelu untuk bertanya kembali. Adrian takut jawabannya akan sama.
"Ya Iyan, Aku sudah menikah," ucap Aya menunduk.
Adrian merasa hatinya begitu sakit, benarkah gadis yang di cintai nya diam-diam itu sudah menikah?, tapi sejak kapan?. Adrian sungguh tidak bisa lagi untuk berkata. Ia hanya terdiam dan mencerna tentang apa yang Aya ucapkan baru saja.
Melihat Adrian yang terdiam, Aya semakin menundukkan kepalanya.
Adrian segera tersadar. Dia akan mencoba ikhlas melepaskan gadis yang Ia cintai menikah dengan pria lain. Pria itu begitu patah hati, namun Ia berusaha untuk tersenyum.
"Hei Ay, kenapa Kau menundukkan kepala mu. Aku turut bahagia mendengarnya, selamat Ay untuk pernikahan mu." Adrian menahan segala lara dalam hatinya.
Disaat dirinya baru merasakan apa itu jatuh cinta, kini perasaan itu harus terkubur dalam-dalam. Tidak mungkin Ia akan merebut gadis di depannya itu. Sementara Aya kini telah menjadi milik pria lain.
Aya mendongak menatap Adrian yang kini tersenyum menatapnya. "Kau tidak marah Iyan?."
"Mana mungkin Aku marah Aya, Aku senang akhirnya Kau menemukan cinta mu," ucap Adrian terasa begitu mendalam. Tapi itu adalah ucapan tulus dari dalam hatinya.
Tiba-tiba Aya teringat akan kejadian kemarin saat Bryan berhasil mendapatkan apa yang paling berharga yang Aya miliki. Namun sekarang Bryan malah berusaha untuk menghindari nya. Aya pun tersenyum miris bila mengingat hal tersebut.
Ia dengan bodohnya terbuai oleh suaminya yang selalu menghinanya itu.
"Terimakasih Iyan," ucap Aya tersenyum. Mereka berdua sama-sama menyembunyikan sebuah luka dalam hatinya.
Setelah makan siang bersama, Aya dan Adrian berjalan bersama menuju ke ruangan mereka. Sesekali mereka saling melempar candaan dan tertawa bersama.
Bertepatan dengan itu, Bryan tengah berjalan hendak menuju ke ruangan meeting. Dapat Ia lihat Aya yang tertawa bersama Adrian di sana.
Menyadari bahwa Bryan yang sedang berjalan di sana pun keduanya terdiam. Lalu mereka sedikit membungkukkan badannya karena atasan mereka hendak melintas.
Namun Bryan dengan acuhnya berjalan melewati mereka tanpa menatap keduanya.
"Ay, apa kau menyadari bos kita terlihat begitu dingin?." Adrian merasa aneh dengan Bryan ketika melihat tatapannya yang begitu dingin.
"Sudahlah Iyan, lebih baik kita kembali menyelesaikan pekerjaan kita," ucap Aya yang tidak ingin membahas suaminya itu.
Adrian menganggukkan kepalanya, lalu mereka kembali ke ruangan mereka masing-masing.
***
Bryan tidak fokus dalam meeting kali ini, entah apa yang sedang Ia pikirkan saat ini. Alhasil ia menyerahkan semuanya kepada sekretarisnya Zaki.
"Kau handle semuanya!," Ucap Bryan.
Mau tidak mau Zaki pun menganggukkan kepalanya. Dan berakhirlah Bryan yang langsung pergi dari sana. Zaki ingin sekali protes kepada bosnya itu. Karena beberapa hari ini, bosnya sering sekali meninggalkan meeting dan membuatnya pusing mengurus semuanya pekerjaan itu.
Bryan berjalan dengan cepat menuju ke ruangan salah satu karyawannya. Bryan membuka pintu ruangan itu dengan keras, sehingga membuat pemilik ruangan itu menatap heran ke arahnya.
Karena ini di kantor,maka Aya berusaha bersikap formal. Dengan senyum yang di paksakan, Aya berdiri dan membungkukkan badannya.
"Maaf Tuan Bryan,ada perlu apakah sampai Tuan datang ke ruangan saya?." Aya masih membungkukkan badannya.
Bryan hanya menatap datar Aya, lalu dengan cepat tiba-tiba saja Bryan menarik tangan Aya dan entah kemana Bryan akan membawanya.
Aya terkejut dan berusaha melepaskan tangannya, ia melihat ke sekelilingnya terlihat nampak jelas para karyawan lain yang menatap mereka.
Bryan terus saja berjalan tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Ia juga tidak mendengar Aya yang memohon agar dirinya melepaskannya.
***