NovelToon NovelToon
Father Of My Children

Father Of My Children

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.5
Nama Author: Irwti Asnn

[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏


Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.

Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.

Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.

3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.

Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.

Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?


Simak ceritanya di sini.😉


Happy Reading All! 📚☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FOMC part 24

"Ma-Maaf Pak, sa ... saya ti-tidak melihat apa-apa. Beneran deh Pak!" jelas Amel gugup, masih menutup matanya, mengacungkan jarinya berbentuk huruf V.

"Sa-Saya permisi keluar dulu, Pak!" ucap Amel berbalik badan dan berjalan cepat menghampiri pintu kamar. Tapi, belum sempat Amel keluar, tangan Azka sudah menarik pergelangan tangannya.

"Kenapa kamu terburu-buru? Bukankah kamu ke sini lagi, karena mau melihat tubuh indah saya, iya kan?"

"Si Bongkahan Es ini, kenapa selalu memojokkanku sih! Bikin kesal saja, dasar mesum!" batin Amel kesal.

"I-Iya, Eh T-Tidak kok," ucap Amel gugup sampai salah bicara.

"Kalau kamu mau lihat, lihat saja. Roti sobekku ini gratis untukmu," goda Azka, memutar tubuh Amel agar menghadapnya.

"Orang mesum ini, apa yang ingin dia lakukan," batin Amel, secepat kilat menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Sekarang lihatlah!"

"T-Tidak mau!" tolak Amel gugup.

"Haha. Aku pengen ketawa, emang enak di kerjain," batin Azka gemas dengan tingkah lucu Amel.

"Kalau tidak mau lihat, tandanya mau memegangnya, iya kan?" tanya Azka.

"T-Tidak ju-juga!" Amel semakin panik.

"Gila! Huwaa ... segera tenggelamkan aku dari muka bumi ini, jantungku sudah tidak kuat lagi," batin Amel.

"Ayolah!" Azka memaksa Amel, dengan menarik tangan Amel yang masih menutupi matanya.

"T-Tidak mau!"

"Ayolah, buka matamu!" dengan paksa Azka menarik pergelangan tangan Amel.

"Pemaksaan banget sih!" batin Amel.

"Tidak mau!" Amel tetap saja kekeuh pada pendiriannya. Azka tentu saja tidak mau kalah, penolakkan Amel membuatnya semakin bersemangat menarik tangan Amel.

Azka menarik tangan Amel dengan kekuatannya, sehingga membuat keduanya berdiri tidak seimbang dan jatuh ke lantai.

"Aaa!" teriak Amel.

Bruk ...

Tubuh kekar Azka, di tindih oleh Amel untuk yang kesekian kalinya. Kepala Amel bertumpuk pada dada bidang milik Azka.

Amel membuka mata. "Astaga!" batin Amel, membelalakkan matanya.

"M-Maaf Pak," ucap Amel bergerak, berdiri ingin bangkit dari posisinya.

"J-Jangan bergerak," gugup Azka, dengan suaranya yang serak.

"Apa-apaan yang jangan bergerak," batin Amel, memaksakan diri untuk bangkit, dan tidak sengaja memegang sesuatu di bawah sana.

"Apa yang sudah kupegang?" Amel melototkan matanya pada Azka. Azka juga melakukan hal yang sama, melototkan matanya kepada Amel.

"J-Jangan-jangan, it-itu be-benda pusaka miliknya lagi. Arrrgghhttt!" batin Amel berteriak.

"M-Maaf Pak." Amel refleks berdiri secepat kilat dan lari keluar kamar tidak mempedulikan Azka yang masih terbaring.

Bruk ... (suara Amel membanting pintu.)

Azka hanya diam membeku di atas lantai, dia kewalahan, pasalnya ingin menggoda Amel, nyatanya dia sendiri yang tergoda.

Bangun dari posisinya dan duduk. "Aakh, sial!" teriak Azka, mengacak-acak rambutnya frustasi.

Amel memilih kabur ke lantai satu.

Hosh ... hosh ... hosh ... ( Amel ngos-ngosan)

"Hari ini kenapa aku selalu sial, bikin malu saja. Tolong! siapapun itu hilangkanlah aku dari muka bumi ini. Hiks ... hiks ..." batin Amel menangis.

Azka yang masih berada di kamar, segera berdiri dari duduknya.

"Aku yang ingin menggodanya malah dirikulah yang tergoda. Akh sial! Junior kecilku sudah bangkit dari tidur pulasnya selama bertahun-tahun," batin Azka, mengumpat.

"Sabar ya dek, ini belum saatnya kamu beraksi," ucap Azka, mengusap-usap juniornya yang berada di balik handuk yang melingkar indah di pinggangnya.

"Ayo, kita selesaikan urusan kita di kamar mandi!" gumam Azka, yang masih berbicara pada junior miliknya.

Dengan terpaksa Azka harus mandi lagi dan menuntaskan semuanya di dalam kamar mandi. Azka keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar, Azka berjalan mengambil pakaiannya di dalam lemari dan memakainya.

Kruk ... kruk ... kruk ... ( cacing yang ada di dalam perut Azka sudah mendemo, ingin segera di isi.)

"Ah laparnya," lirih Azka, mengusap perutnya, dan tidak sengaja melihat mangkuk bubur yang berada di atas nakas.

"Rupanya, Amel sudah membuatkan bubur untukku," gumam Azka, berjalan mengambil bubur di atas nakas dan duduk di sofa, menikmati bubur itu.

Selesai makan Azka membawa mangkuk kotor dan juga gelas bekas rebusan jahe ke lantai bawah.

"Ke mana kelinci kecil itu pergi? Apa dia sudah pulang?" batin Azka yang tidak melihat siapapun di ruang tamu.

Azka segera pergi ke dapur membawa mangkuk dan gelas kotor, dia sekalian mencucinya, setelah itu dia mengambil minum di dalam kulkas dan meminumnya.

Azka keluar dari dapur menuju pintu depan rumahnya, saat sedang melewati sofa. Azka tidak sengaja melihat seseorang yang sedang tertidur pulas di sana.

Amel yang lelah harus bolak-balik lantai satu dan tiga itu pun, memilih tidur guna menghilangkan lelah dan juga debaran jantungnya. Amel ingin sekali pulang tetapi dia tidak tega meninggalkan Azka sendiri di sini.

"Rupanya kau berada di sini, setelah apa yang kau lakukan padaku," ucap Azka menghampiri Amel dan duduk di sampingnya.

Azka mebetulkan poni yang sedikit menutupi wajah cantik Amel. "Apa dia sudah mengobati tangannya?" batin Azka dan melihat pergelangan tangan Amel, yang ia genggam hingga memar.

"Ternyata belum, tidak bisakah kau memperhatikan kondisimu ini?" batin Azka, geram dengan tingkah Amel.

Azka berdiri, berjalan menuju meja kecil dan mengambil kotak P3K di dalamnya. Menghampiri Amel, membuka kotak P3K, mengambil salep luka khusus memar dan mengoles tipis salep itu di pergelangan tangan Amel.

Setelah selesai, Azka mengembalikan kotak P3K ke tempat semula, dan berjalan mendekati Amel.

Memerhatikan wajah Amel yang tertidur pulas. "Cantik, masih sama seperti 3 tahun lalu, Sekarang aku tidak akan melepaskanmu lagi kelinci kecil, bibirmu ini membuatku ingin mencicipinya tanpa henti," batin Azka, padangan matanya tertuju pada bibir Amel.

Azka yang sedang asyik memperhatikan wajah Amel yang sedang tidur, dikagetkan dengan suara bel yang berbunyi.

Dindong ... dindong ... dindong ...

"Mengganggu saja!" ketusnya, berjalan ingin membukakan pintu, tapi pintu itu sudah terbuka duluan.

"Azka, kamu baik-baik saja, kan?!" teriak orang yang baru saja masuk.

"Sstt ... diam! turunkan volume suaramu," ucap Azka lantang.

"Iya-Iya. Kata Arya kamu sakit. Maaf ya aku tidak secepatnya ke sini, ada banyak pasien yang harus segera kutangani," jelas orang itu dengan sedikit berbisik.

"Tidak apa-apa, kau tenang saja. Di sini sudah ada dokter hebat yang merawatku," ucap Azka santai, melipat tangan di dada.

"Hah? D-Dokter hebat! apa dia berencana memecatku?" batin Darren. Yah, nama orang itu adalah Darren.

"Please jangan pecat aku, aku kan sepupu kamu, masa kamu tega memecatku sih!" ucap Darren dengan lebaynya.

Darren adalah sepupu Azka dari keluarga ibunya, ia bekerja di salah satu rumah sakit ternama yang ada di kota H, ia adalah salah satu dokter muda genius dalam segala bidang pengobatan.

Rumah sakit tempatnya bekerja adalah rumah sakit milik keluarga Abraham, selain bekerja di rumah sakit, ia juga ditugaskan menjadi dokter pribadi Azka.

Tetapi, karena ada banyak pasien yang harus segera ditangani, membuat ia harus datang terlambat. Toh, bukannya menolong nyawa banyak orang itu lebih penting.

Bersambung ... 🍁

1
mutiyah wiyono
Kebanyakan pov, jadi bosan bacanya
Yani Mulyani
Biasa
ani Aniati
bagian POV masing"tokoh chapt"sblmnya trllu panjang bolak balik ..
jdi rd MLS klmaan
anita
smngat thoor smg kryamu sll sukses
Vita Fatimah Pramana
Kecewa
Vita Fatimah Pramana
Buruk
Mimie Lilis
gawe keder
Mimie Lilis
maaf thor,bcanya bnyak yg aku loncat
Mimie Lilis
mbulet
ibeth wati
kan bener di cerita ini selalu agak " gimana gitu klo ada tulisan flashback😆😆😆
ibeth wati
ceritanya diulang Krn pakai POV. pemain ..maaf Thor kenapa g pakai POV authornya saja biar TDK di ulang"
Endang Nurhayati
alamak, anak diculik mak bapaknya santui bingit gregetan aku mah
As Thyen
Arya cembukur😂😂😂
Hana Camelia
lumayan sih ceritanya
Nur Suci Aeni
males banget di ulang"
Nur Suci Aeni
sebenarnya ceritanya bagus cuma terlalu banyak cerita ulang
MM TJ
Jejak, faforitkan 🥰
semangat thor
Utry Hajir
makasih 🥰
Utry Hajir
Luar biasa
Sulfia Nuriawati
suka crtanya cm maaf y thor agak sliw motion utk sampe k pernikan amel, sm hubungan arya k ayu🙏🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!