Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Di sentuh dengan cara menyakitkan.
Adrian sama sekali tidak mempedulikan aduan Alisha. Seakan telinga Adrian tuli. Semua aksinya di lanjutkan dan tidak menunggu lama-lama yang langsung menyentuh Alisha dengan cara menyakitkan, setiap pemberontakan dan aduan yang diperdengarkan Alisha pada telinga laki-laki itu sama sekali tidak dipedulikan.
Bagaimana Alisha merasa tidak diperkosa, karena tidak ada kenikmatan yang dia rasakan dan bahkan pakaian yang dilucuti secara paksa dan dibuang ke sembarang arah.
Isak tangis yang terdengar juga benar-benar dihiraukan dan Adrian yang dipenuhi dengan gairah dan nafsu yang sudah tidak peduli apa-apa, mungkin iblis juga berkumpul di seluruh tubuh Adrian.
Alisha yang tak punya kuasa apapun untuk melawan terlebih lagi dia adalah seorang istri yang memang wajib melayani suaminya. Alisha hanya bisa menahan segala rasa sakit yang kini menyerangnya dari berbagai arah yang berharap malam ini akan berakhir.
Sampai pada titik Adrian yang memang tidak memberikan ampunan kepada Alisha yang langsung melakukan inti dari permainan, memberikan apa yang Alisha mau.
"Pak...." lirih Alisha yang merasakan begitu sakit dengan butir air mata yang jatuh dari ujung kelopak mata dan tatapan mata yang sudah sangat sayu yang tidak bisa berkata apa-apa dan pasrah dengan apapun yang telah dilakukan pada dia.
Tangannya dengan kuat meremas seprai yang mungkin sangat tidak tahan dengan perlakukan Adrian yang tidak memberi iba dan rasa kasihan sama sekali.
"Ya Allah apa ini takdirku dan ternyata sesakit ini menjadi istri yang disentuh tanpa cinta? Malam ini aku benar-benar di perlakukan seperti hewan," batinnya dengan pasrah dengan yang didampingi dengan air mata yang mengalir.
Malam pertama yang pernah terdengar di telinga Alisha yang begitu sangat indah ternyata jauh dari kenyataan, hanya tangisan air mata yang mengiringi malam pertama yang terasa sakit baik secara fisik maupun batin yang lebih sakit dengan perlakuan yang sangat menyakitkan yang ia dapatkan.
Tidak ada kenikmatan yang dia rasakan, dia hanya bisa melihat pria yang penuh dengan nafsu di atasnya yang bercucuran keringat yang sangat menikmati tubuhnya, walau pria itu di awal mengatakan jika sangat jijik melihat dirinya. Tetapi pada kenyataannya Adrian menikmati tubuhnya tanpa Rasa jijik.
Kamar mereka berdua menjadi saksi bagaimana pasangan suami istri itu menghabiskan malam yang penuh dengan cerita menyakitkan sampai permainan itu usai.
Malam yang semakin larut, Alisha meringkuk memeluk diri sendiri di pinggir ranjang, air mata sudah mengiring di pipi tapi rasa perih di bagian pangkal paha masih terasa, dan juga rasa sakit di dada yang seperti tertusuk tombak. Jangan tanya bagaimana air mata yang mungkin sudah membuat seprai basah.
Tidak ada Adrian di samping ranjang dan terdengar suara aktivitas di kamar mandi yang memang sejak melakukan hal itu Adrian langsung ke kamar mandi dan tidak ada kata-kata manis yang dikeluarkan Adrian saat mengakhiri permainan yang sangat menyakitkan.
Alisha hanya bisa menangis terisak, entahlah apakah dia berdosa karena menangis yang telah memberikan hak suaminya, tetapi mungkin rasa sakit yang dia terima yang membuat dia menangis.
Dalam tangisnya tiba-tiba keheningan terasa yang berarti Adrian sudah selesai mandi dan tidak lama suara pintu kamar mandi terbuka.
"Kamu sudah tidur sayang?" suara lembut itu tiba-tiba terdengar.
Alisha sampai berhenti menangis yang sangat kaget mendengar kata-kata Adrian, hampir saja Alisha menoleh. mendengar suara yang indah, hatinya bahkan seolah berbunga-bunga tapi apa yang selanjutnya terucap dari bibir pria yang membuat bunga di hatinya layu seketika.
"Tunggu Willona!" nama wanita yang mampu kembali menggores hatinya.
"Aku akan segera sampai, kamu jangan khawatir, aku akan bersamamu dan akan menginap di tempatmu. Aku tidak tidak ingin tidur di kamar ini, aku sangat muak!" lanjutnya yang melihat ke arah punggung Alisha yang masih tetap meringkuk dengan pergerakan yang terisak.
Ternyata Adrian yang memang sedang menghubungi Willona. Adrian lebih memilih untuk langsung menelpon Wilona daripada meminta maaf atas apa yang sudah dia lakukan kepada Alisha. Seolah Adrian merasa telah mengkhianati kekasihnya
Alisha tidak tahu siapa yang salah, apakah dia memang telah merebut kebahagiaan Adrian yang seharusnya bisa bersama dengan orang yang dicintainya. Wanita yang masih dipikirkan Adrian yang padahal baru saja melakukan malam bersama dirinya, betapa beruntungnya menjadi Wilona begitu dicintai Adrian meski hubungan mereka tak direstui,
Adrian tampak memanjakan Wilona, meratukan dan bahkan memberikan perhatian yang sangat berlebihan. Membela Willona tanpa ingin mencari tahu siapa yang salah.
Alisha memejamkan mata saat mendengar suara langkah kaki yang menuju lemari dan suara pintu lemari yang terbuka dengan kuat dan kembali ditutup. Adrian yang buru-buru mengganti pakaiannya setelah mandi dan tidak lama langkah kaki itu menjauh dan terdengar suara pintu kamar yang ditutup begitu keras.
Air mata Alisha kembali berlinang deras membuatnya tersenyum getir. Apa yang dia lakukan hanya menghibur diri sendiri. Laki-laki yang telah dia nikahi pergi begitu saja setelah mengambil haknya seolah dia tidak dijadikan siapa-siapa.
Adrian yang lebih memilih untuk pergi pada kekasihnya untuk melepas rindu dan di sini hanyalah tempat bersinggah yang meluapkan amarah dan nafsu belaka. Hanya karena sebuah tudingan yang dia dapatkan dan Adrian tanpa ingin mencari tahu kebenaran dan langsung melampiaskan semua keparahan itu pada dia.
"Alisha apa yang membuatmu menangis, kamu marah dan cemburu saat dia meninggalkanmu setelah mengambil haknya, kamu marah yang dijadikan tempat persinggahan dan luapan emosi dan nafsu. Alisha bukankah kau yang sudah mengambil keputusan pernikahan ini dan kau bahkan tahu jika dia memiliki wanita yang dia cintai dan kau tetap melangkah menuju pernikahan ini,"
"Sadarlah Alisha kau yang justru telah merebut kebahagiaannya, kau yang justru masuk ke dalam hidupnya dan mengganggu hubungan dia dengan kekasihnya," ucapnya membatin yang mencoba untuk menyadarkan diri sendiri dan seolah memberikan kekuatan pada dirinya.
Alisha menggigit bibir guna menahan isak tangis, seluruh tubuhnya bergetar dan panas dingin.
"Ya Allah, berat sekali jalan yang kupilih untuk ku lalui. Apa aku sanggup untuk bertahan?" tanyanya sembari memejamkan mata.
Alisha hanya berharap jika malam buruk itu tidak akan terjadi lagi dan ini adalah sebuah takdir yang akan dia terima. Alisha berharap ada hari esok yang bisa memberikan dia kebahagiaan dan melupakan kejadian malam yang sangat menyakitkan itu.
Sakit dalam satu minggu pernikahan dan mungkin akan ada lagi sakit-sakit lain yang akan dia terima, baik dari psikis maupun dari fisik atas perlakuan Adrian yang sangat membenci dirinya.
**
Setelah beberapa menit kepergian Adrian. Alisha yang perlahan turun dari ranjang. Alisha benar-benar merasakan sakit di bagian intinya dan dia bahkan kesulitan untuk berjalan.
Air mata itu masih saja terus membasahi pipinya. Alisha pikir dia sangat kuat yang berjalan menuju kamar mandi dan ternyata dia justru terjatuh yang terduduk di atas lantai.
"Astagfirullah! Ya Allah, hamba tidak sanggup dengan semua ini," Alisha kembali menangis dengan memeluk tubuhnya.
Perasannya sekarang benar-benar begitu sakit dengan semua yang telah dialaminya malam ini. Dia hanya bisa mengadu kepada sang ilahi dengan tangisan yang terus saja terdengar menggema di dalam kamarnya.
Bersambung....