Akhir Sebuah Penantian

Disinilah mereka berdua kini, di ruangan khusus milik Angga. Angga akhirnya membolehkan sang istri untuk ikut ke showroom, dia merasa kasihan juga terhadap Diandra jika harus di apartemen sendirian.

Di dalam ruangan milik nya, Angga duduk di sofa dan nampak sibuk dengan laptop nya. Rupa nya, dia sedang mengecek laporan pembukuan, dari asisten kepercayaan nya.

Sedangkan Diandra, membantu merapikan berkas-berkas yang tercecer di meja kerja sang suami. Kedua nya sama-sama diam, dan tak ada yang memulai membuka obrolan.

Selesai merapikan meja kerja sang suami, Diandra duduk di samping suami nya namun tidak berniat untuk menggoda Angga. Dia sudah memutuskan, untuk menggunakan cara nya sendiri dalam mendapatkan perhatian dan cinta sang suami.

"Kakak mau minum sesuatu?" Tanya Diandra menawarkan.

Sekilas Angga melirik, "boleh," jawab nya datar.

"Mau minuman apa?" Tanya Diandra dengan penuh perhatian.

"Pesan aja sama Ditya, dia sudah tahu kesukaan ku. Kamu juga bisa pesan camilan kalau mau," balas Angga tanpa berpaling dari layar laptop nya.

"Kopi Cappuccino kan?" Tanya Diandra memastikan, dia tahu dari Aditya kalau suami nya adalah penggemar kopi cappuccino.

Angga menoleh kearah istri nya dan mengangguk.

"Oke, tunggu bentar ya kak.." ucap Diandra segera bangkit dari tempat duduk nya.

"Mau kemana?" Tanya Angga pada sang istri.

"Ya mau ke tempat bang Ditya lah kak.. emang mau pesan dimana?" Diandra balik bertanya, dengan melembutkan suara nya.

"Telpon aja, gak perlu ke sana," titah nya nampak mulai posesif.

"Didi kan enggak nyimpan nomor bang Ditya..." protes nya dengan mengerucutkan bibir.

"Pakai ini," Angga menyodorkan ponsel nya, "dan jangan pernah nyimpan nomor cowok lain di ponsel mu!" Ucap nya ketus.

Diandra mengernyit dan dalam hati tersenyum, dia kemudian duduk kembali di samping sang suami.

"Chat aja, dia enggak perlu dengar suara mu," titah nya lagi, yang membuat Diandra semakin bingung dengan sikap sang suami terhadap nya.

Diandra pun hanya bisa nurut, dan kemudian mengetik pesanan seperti yang diinginkan.

Selesai berbalas chat dengan Aditya, Diandra mengembalikan ponsel sang suami. "Ini kak, udah ponsel nya," ucap nya dengan menatap lembut netra hazel sang suami.

Angga menerima nya dan terus saja melanjutkan pekerjaan nya.

Kembali kedua nya saling diam,,

"Kenapa gadis ini jadi pendiam ya?" Gumam Angga dalam hati, merasakan ada yang kurang saat ini. "Gue lebih suka kalau dia cerewet dan centil seperti biasa nya," lanjutnya masih dalam hati.

Angga memang masih sibuk dengan layar laptop nya, namun dia sering mencuri-curi pandang pada istri belia nya itu.

Sedangkan Diandra yang duduk dengan anggun di sebelah sang suami, pura-pura tidak mengetahui nya.

Tak berapa lama Aditya datang membawakan minuman pesanan Diandra dan Angga, dan meletakkan nya di atas meja, "tumben sibuk?" Tanya Aditya yang melihat sahabat nya masih sibuk menatap layar laptop, sambil mendudukkan diri nya di sofa tak jauh dari Angga. "Biasa nya lu paling malas kalau ngecek laporan? Atau jangan-jangan karena ada istri lu, jadi lu pura-pura sibuk?" Ledek Aditya pada Angga.

"Bisa diem enggak lu,,," gerutu Angga menatap tajam sahabat nya itu.

Aditya mengedikkan kedua bahu nya.

"Di, ikut gue yuk,," pancing Aditya, sambil melirik Angga.

Angga melotot kearah sahabat nya.

"Hayuk, Didi juga bosan di sini.. enggak ada yang ngajak ngobrol," Diandra ikut memperkeruh suasana, dan langsung beranjak dari tempat duduk nya.

Angga menutup laptop nya, "minum dulu kopi nya, habis ini kita nyari kampus buat kamu," titah Angga dengan dingin pada istri nya.

Diandra terhenyak kaget,,

Sedangkan Aditya dalam hati tertawa, "dasar kepala batu! Gengsian!" Umpat nya pada Angga, "kalau udah cinta bilang bos! Jangan di pendam.. nanti jadi bisul!" Lanjut Aditya sambil berlalu meninggalkan ruangan Angga, seraya terkekeh.

Angga hanya diam, tak membalas ocehan sahabat nya itu.

Kedua nya kemudian minum dalam keheningan.

_______

Setelah lelah mendatangi beberapa kampus yang terdekat dengan apartemen, Angga melajukan mobil nya menuju jalan pulang.

Seperti biasa, di sepanjang perjalanan Angga tak pernah bersuara. Begitupun dengan sang istri, yang nampak mulai nyaman dengan karakter baru yang dibuat nya, yaitu menjadi pendiam dan penurut.

Di sepanjang pencarian kampus tadi pun, kedua nya jarang terlibat diskusi. Diandra hanya mengumpulkan brosur dan info penerimaan mahasiswa baru, dan belum meminta pertimbangan apa pun pada suami nya.

Kini mobil yang dikendarai Angga telah memasuki kawasan apartemen tempat tinggal nya, Angga segera memarkir mobil nya di basemen.

Kedua nya keluar dari mobil bersamaan, dan segera melangkah menuju lift. Mereka saling terdiam menunggu pintu lift terbuka, dan beberapa saat kemudian pintu terbuka dan kedua nya segera masuk.

Terasa lift bergerak naik sesaat setelah pintu tertutup, namun tiba-tiba lift berhenti,, dan lampu padam. "Aw,," Diandra terpekik kaget, dan langsung memeluk sang suami yang berdiri tepat di samping nya, "kak, Didi takut," lirih nya bersembunyi di dada sang suami.

"Jangan panik, bentar aku akan minta bantuan," ucap Angga mencoba menenangkan istri nya, Angga mengambil ponsel dari dalam saku nya dan mencoba menyalakan nya namun sial.. seperti nya baterai nya habis.

"Di,, mana ponsel mu?" Tanya Angga pada istri nya yang masih bersembunyi dalam dekapan nya.

"Ada di dalam tas Didi kak," balas Diandra dengan suara gemetar.

"Kasihan dia, gadis ini ternyata benar-benar takut gelap," gumam Angga dalam hati.

"Aku ambil ya,," ucap Angga dan langsung merogoh tas Diandra dengan tangan kanan nya, sedangkan tangan kiri nya masih memeluk sang istri yang sangat ketakutan.

Setelah menemukan ponsel Diandra, Angga segera menyalakan senter nya. "Nah, sudah terang.. bergeser lah dikit, aku akan coba pencet tombol darurat," titah nya sambil melepaskan pelukan nya.

Angga kemudian bergeser kearah pintu dan mencari tombol bel, dan kemudian memencet nya. Dia berusaha untuk tenang, namun melihat Diandra yang berdiri dengan gemetaran sambil bersandar di dinding lift membuat nya sedikit panik. Angga takut terjadi sesuatu pada istri belia nya itu.

"Di, kamu enggak apa-apa kan?" Tanya Angga mendekati istri nya, dan kembali merengkuh tubuh sang istri dan membawa nya kedalam pelukan nya.

"Didi takut kak,," jawab Diandra dengan lirih.

"Tenanglah,, sebentar lagi bantuan pasti datang," ucap Angga menenangkan istri nya sambil mengelus lembut punggung sang istri, dan tanpa sadar Angga mengecup puncak kepala istri nya itu dengan penuh perasaan.

Angga seperti hanyut dalam kehangatan pelukan nya bersama sang istri, jantung nya berdegup kencang. Tangan nya terus membelai lembut rambut panjang sang istri, dan pelukan nya semakin erat.

Diandra pun terbuai dengan perlakuan lembut sang suami, dia pun merasa nyaman berada dalam dekapan hangat suami ganteng nya.

Hingga tak berapa lama, bantuan pun datang.. dan mereka berdua berhasil keluar dari dalam lift dengan selamat.

Angga menuntun istri nya dengan pelan menuju lift yang lain hendak naik ke lantai apartemen nya, karena masih dua lantai lagi menuju unit nya. "Kak, kita naik tangga aja ya?" Pinta Diandra yang masih trauma, dan menghentikan langkah nya untuk masuk kedalam lift.

"Kamu masih lemes Di, dan masih dua lantai lagi? Kita naik lift aja ya, dan bersembunyi lah di dadaku," titah Angga sambil memeluk istri nya, dan membawa nya masuk kedalam lift.

Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di lantai sebelas dimana unit apartemen mereka berada.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan Angga memeluk mesra pinggang sang istri, untuk menuju unit hunian nya. Setelah membuka pintu dengan kartu akses milik nya, Angga pun menuntun sang istri masuk kedalam dan membawa Diandra untuk duduk di sofa di ruang keluarga.

Angga bergegas ke dapur dan mengambil kan minuman untuk sang istri, tak berapa lama dia telah kembali dengan membawa segelas air dingin. "Minum lah, biar lebih tenang," titah nya sambil menyodorkan gelas yang dia bawa.

Diandra yang masih lemas, dengan agak gemetaran memegang gelas dan berusaha meminum nya.

Angga yang melihat nya pun tak tega, dan membantu memegang gelas dan meminumkan nya pada sang istri.

Kini kedua nya sama-sama terdiam, netra mereka saling bertemu, "aku akui, kamu memang cantik Di dan kamu sederhana.. seperti wanita impianku dulu kala masih remaja." Gumam Angga dalam hati.

Sedetik kemudian Angga tersadar dari lamunan nya, "istirahat lah," titah nya kembali dengan suara dingin, dan langsung berlalu menuju kamar nya.

Diandra termenung, dan mendesah pelan,,, "bagaimanakah cara agar aku bisa menyembuhkan lukamu dan membuat mu jatuh cinta pada ku kak, jika kamu terus saja menghindar dan tak mau jujur dengan perasaan mu sendiri??" Lirih nya sendu.