NovelToon NovelToon
Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Nikahmuda / Romansa Modern
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.4
Nama Author: Three Ono

FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono

Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.

Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.

Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?

Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.

Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.

Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.

Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.

Tidak sa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Kegelisahan Rara

°°°

Masih di rumah Febby.

Revan sudah ingin sekali pulang tapi belum mempunyai kesempatan untuk berpamitan pada Tante Wina dan kerabatnya. Mereka sangat asyik dengan obrolan dan permainan yang sedang mereka mainkan. Revan juga menjadi korban agar mau ikut serta dalam permainan itu.

"Calon menantumu hebat sekali Win." Puji seorang wanita yang seumuran dengan Tante Wina, mungkin itu Tante atau bibinya Febby. Revan tidak ingat karena tidak terlalu memperhatikan saat tadi mereka berkenalan. Pikiran nya sudah di tempat lain sejak tadi.

"Iya dong, dia juga calon direktur utama loh."

Tante Wina membanggakan Revan di depan saudaranya.

"Ternyata keponakan kita pintar sekali memilih calon suami, sudah tampan calon dirut lagi."

Puji wanita itu lagi, menatap kagum pada Revan.

"Terimakasih Tante, aku merasa sangat beruntung karena bertemu lelaki seperti Revan." Febby malu-malu saat semua orang memuji Revan dan dirinya.

"Siapa tau nak Revan punya teman atau kenalan yang tampan dan mapan, bisa dikenalin ke anak Tante," ujar wanita yang disapa Tante oleh Febby.

"Iya bude juga mau nak, jika memiliki menantu seperti kamu ini." Kali ini wanita yang disapa bude ikut berbicara.

"Aku dulu dong mbak, kan aku yang bilang duluan tadi." Sang Tante tidak terima karena diserobot.

"Kamu itu harus ngalah sama yang lebih tua."

Dua saudara perempuan itu tidak ada yang mau mengalah, mereka merasa sudah kalah banyak dari saudaranya si Wina karena mempunyai calon menantu yang bisa di bilang sempurna. Mereka pun tidak mau kalah juga.

"Sudah-sudah, kok kalian malah berebut si. Kasihan kan calon menantu ku jadi pusing dengernya." Tante Wina melerai saudaranya yang saling berebut tapi batinnya tersenyum senang bisa menyombongkan diri di depan saudaranya.

"Kami kan cuma ingin menantu yang seperti ini Win, siapa tau nak Revan punya kenalan." Menatap tidak suka pada Tante Wina.

"Iya tapi tidak usah berebut juga Mbak, lagian yang seperti Revan ini ya pasti jarang. Beruntung sekali Febby bisa berpacaran dengan pria yang baik seperti dia. Kalian kan bisa menyuruh putri kesayangan kalian untuk mencari pacar yang tampan dan terpandang." Sindir Tante Wina pada kedua saudaranya.

Tante Wina sengaja memperkenalkan Revan pada saudaranya yang juga suka menyondongkan diri, selama ini mereka yang duluan menyombongkan pacar-pacar putrinya. Kini giliran Tante Wina yang membuat mereka iri.

"Maafkan sikap mamah dan yang lain ya Van, kamu tau kan seperti apa ibu-ibu jika sudah berkumpul," ujar Febby. Padahal ia sendiri juga senang bisa mengalahkan para sepupunya yang selama ini memamerkan pacar kaya mereka. Sekarang ia sangat bangga karena Revan jauh lebih kaya dari pacar sepupunya.

Revan menanggapi nya dengan dingin, ia sedikit terganggu karena tadi Tante Wina begitu menyombongkan dirinya. Sementara, ia merasa bukan apa-apa jika tidak ada kakeknya.

"Lebih baik lain kali tidak usah mengundang orang lain jika aku kemari, bukannya mamahmu juga sedang tidak sehat. Apa mereka tidak tau itu, kenapa tampak biasa saja dan tertawa-tawa seperti itu."

Febby mati kutu mendengar penuturan Revan, hampir saja ia lupa jika ia dan mamahnya seharusnya saat ini berpura-pura sedih.

"Ahh itu, aku yang meminta mereka agar tidak menunjukkan wajah sedihnya saat berada di depan mamah. Aku tidak mau mamah terus-terusan bersedih Van." Febby mengarang alasan.

"Betul juga, tidak baik jika tente Wina terus sedih dan terpuruk dengan penyakitnya."

Revan kembali menghadap ke balkon, melihat langit yang sudah semakin mulai menggelap. Ia khawatir jika tidak bisa pulang tepat waktu.

Huh... hampir saja Revan curiga, aku harus mengingatkan mamah agar tidak terlalu terlihat bahagia.

Febby lega karena Revan percaya dengan apa yang ia katakan.

,,,

Waktu terus berjalan dan Rara pun sudah menata makanan di atas meja makan, ia tidak bisa menyembunyikan kecemasan di raut wajahnya. Sang suami yang tak kunjung pulang menyisakan banyak pertanyaan dalam benaknya.

Sedang apa dan untuk apa hingga butuh waktu selama itu hanya sekedar pergi ke rumah kekasihnya. Apa memang seperti ini selama ini gaya mereka berpacaran.

Rara tersenyum miris saat ia menyebutkan wanita lain sebagai kekasih dari suaminya. Bolehkah ia cemburu atau marah, tentu saja boleh ia adalah istri sah dari suaminya. Seharusnya ia tidak membiarkan wanita lain memasuki celah dalam rumah tangganya.

"Apa nona tidak apa-apa?" tanya bi Mur yang sedari tadi melihat majikannya tidak bersemangat.

"Tidak apa-apa bi," jawab Rara seraya tersenyum, senyum yang ia paksakan.

"Apa ini ada hubungannya dengan tuan Revan yang belum pulang." Bi Mur bertanya dengan hati-hati, ia tidak ingin menyinggung atau menambah kesedihan nonanya.

Rara mengangguk kecil, mau bagaimana lagi pelayan di rumah ini pasti sudah tau akan hal itu.

"Tolong bibi panggilkan kakek untuk makan malam aku mau sholat isya dulu, tapi tolong bibi jangan ceritakan apapun pada beliau," pinta Rara. Walaupun sampai sekarang ia tidak tau mau bilang apa pada kakek Tio.

"Baik Non."

Sementara Rara kembali ke kamarnya untuk melaksanakan kewajibannya karena baru saja ia mendengar adzan isya berkumandang.

Beberapa saat kemudian Rara turun setelah selesai sholat isya, sudah ada kakek yang menunggu.

"Di mana suamimu nak, apa dia belum pulang juga." Kakek menatap curiga, meski dulu ia sering makan sendirian saat belum ada Rara di rumah itu tapi selama cucu sudah menikah, dia belum pernah melewatkan makan bersama.

"Mungkin kak Revan belum selesai dengan urusannya, Kek."

"Urusan apa sampai tidak pulang untuk makan malam, biar kakek telepon suamimu."

Rara pasrah jika nanti kakek Tio tau kalau Revan masih berhubungan dengan kekasihnya. Ini salahnya yang tidak bisa menjadi istri yang baik sampai sang suami masih mencari wanita lain.

Kakek beberapa kali menghubungi cucunya, tampak panggilan itu terhubung tapi tidak ada yang menjawab.

"Kemana sebenarnya anak itu." Kakek kesal karena cucunya seakan tidak menghargai Rara sebagai istrinya.

"Assalamualaikum..."

"Dari mana saja kau baru pulang?" Kakek langsung menyambut cucunya dengan pertanyaan.

"Maaf Kek, aku baru mencari bahan untuk skripsi ku dan sedikit macet di jalan." Revan mencium tangan kakeknya.

"Kenapa tidak mengajak istrimu."

"Aku yang tidak mau kek, kak Revan tadi sudah mengajakku," sambung Rara.

"Ya sudah, cepat cuci tanganmu, kakek sudah sangat lapar."

"Baik kek."

Sepanjang makan malam Revan terus saja memandangi wajah istrinya, ia semakin merasa bersalah karena istrinya ikut menutupi perbuatannya di depan kakek.

"Oh iya kapan sidang skripsi mu Van?" tanya kakek.

"Dua hari lagi kek."

"Kakek harap kamu tidak mengecewakan harapan kakek untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, Perusahaan juga sudah menunggumu."

"Revan mengerti kek."

Hanya Revan yang kakek Tio punya saat ini, tentu ia menaruh harapan yang besar pada cucu laki-lakinya itu.

to be continue...

°°°

...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga. Komenin author apa saja yang kalian mau....

...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....

...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....

...Sehat selalu pembacaku tersayang....

1
Sella Darwin
Luar biasa
lovina
panjang critanya tp crita bodoh..sgt tdk rasional...
Hadi Broto Broto
👌👌👌🙏🙏🙏💯
Hadi Broto Broto
bikin penasaran
Rswt Slv
Biasa
Murti Kasih
knp rara ga dpt hukuman ya... panggilan yg slh
Murti Kasih
lanjut thor....
Murti Kasih
aaaaachhh....kecewaaa... 🤔
Murti Kasih
rasain lu...febby
Murti Kasih
lia jodohnya sakka...
Murti Kasih
puaas...jd sakit beneran febby
Murti Kasih
gemeezz bnget sm revan... mau aja dibohongi...
Murti Kasih
rara terlalu polos... hehee
Murti Kasih
makin seruu...makin penasaran...
Murti Kasih
Rara sosok wanita yg hebat.... menerima perjodohan dengan ikhlas karena Allah... walau sampai sekian lama dia tidak mendapatkan hak sebagai istri tapi sangat sabar dan ikhlas... semoga dia mendapat kebahagiaan yang hakiki..
Suherni Erni
Orang tua tolol yg ngga bisa jada anaknya tuh.malahborang lain ygvngorbanin diri buat anaknya.dasar ibu edan
Suherni Erni
Katanya pernikahannya mau diumumkan kok smpe skrng masih ditutupin.kesannya hina bgt pernikahannya,tambah lagi perempuan yg ditolong revan ada dikantor bisa jadi pelalakor rendaham dah.
Suherni Erni
Munafik ternyata rara..katanya perempuan paham agama..buat ngejalanin kewajiban aja ngga mau,,padahal sm suami sendiri bukan suami orang.
Suherni Erni
Terlalu rendah diri jga ngga bagus..malah jadi rendahan.jadinya munafik,
Murni Syahfutri
Jala...*g ternyata si mak lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!