"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26. Isabella Salah Paham
Pagi hari menjelang.
Pagi-pagi Asilla sudah terbangun. Sebelum turun menyiapkan sarapan ia membersihkan diri terlebih dahulu. Sedangkan Filio masih terlelap, tanpa melirik Filio, Asilla langsung masuk ke kamar mandi lengkap dengan pakaian ganti.
Merasa cukup ia langsung keluar dari kamar mandi. Sesaat ia memandangi suami yang tidak pernah dianggapnya sebagai suami selama ini.
"Bisa-bisanya tidur senyenyak itu di kamar milik orang lain," omel Asilla didalam hati.
Di dapur Asilla memulai menyiapkan sarapan. Ia akan membuat nasi goreng karena kedua mertuanya menyukai nasi goreng buatannya.
Tidak butuh lama kini nasi goreng sudah tertata di atas meja. Asilla kembali menyeduh susu untuk ketiga bocah mengemaskan. Untuk dirinya dan suami beserta kedua mertuanya ia menyeduh ginseng merah dari Korea, untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ini dibelikan oleh Lyodra, lalu memberikannya kepada Asilla.
"Selesai," gumam Asilla sembari tersenyum. "Dan saatnya membangunkan anak-anak," imbuhnya.
Seperti biasa Asilla mengontrol anak-anak. Ikut turun tangan memandikan mereka serta memakaikan seragam sekolah.
"Wah ternyata putri-putri kesayangan Mama sudah mandi," kata Asilla ternyata si kembar sudah dimandikan oleh Riri. "Sini sayang Mama bantuin sisir rambut Abel," Asilla memangku Isabella yang hanya terdiam.
"Mama," panggil Isabella langsung memeluk Asilla dengan erat.
"Sayang ada apa?" tanya Asilla, tentu saja ia sedikit heran melihat sikap Isabella tak seperti biasanya.
"Mama baik-baik saja bukan?" lirih Isabella sembari menatap wajah cantik sang Mama.
"Tentu saja sayang, siapa bilang Mama sakit?" jawab Asilla dengan senyuman sembari mengecup kedua pipi chubby Isabella.
"Jika ada yang menyakiti Mama bilang sama Abel," kata Isabella dengan polosnya.
"Tidak ada yang berani menyakiti Mama sayang," jawab Isabella benar-benar tidak mengerti maksud dari kecemasan Isabella.
Mendengar perkataan Asilla membuat Isabella menunduk dan tidak ingin meneruskan pembicaraan sehingga membuat Asilla fokus menyisir rambut panjangnya.
Setelah Isabella selesai, kini giliran Gabriella yang ditata rambutnya. Sedangkan Riri memasuki kamar Moses yang berada didepan kamar si kembar.
"Oke sekarang putri-putri Mama sudah cantik dan sudah wangi," puji dan kagum Asilla.
"Tentu dong, siapa dulu Mamanya," jawab Gabriella, sedangkan Isabella tidak ikut menjawab. Padahal biasanya dia yang paling heboh jika di puji oleh sang Mama tetapi kali ini dia hanya diam saja.
"Selamat pagi Mama Sila," sapa Moses seperti biasanya memasuki kamar si kembar.
"Pagi sayang. Wah kesayangan Aunty sangat tampan dan sudah wangi lagi," puji Asilla sembari mendaratkan kecupan dikedua pipi Moses.
Setiap dekat dengan Moses darahnya berdesir seperti ada sesuatu yang terhalang.
"Terima kasih Mama Sila," jawab Moses.
"Baiklah kalian turun dan temui Opa dan Oma dulu," kata Asilla.
Mereka turun dengan kedua tangan Moses memegang tangan Gabriella dan Isabella. Posisi Moses ditengah.
Asilla terdiam sembari memandangi tubuh ketiganya yang mulai menghilang.
"Mereka seperti kembar tiga," gumam Asilla dengan tidak sadarnya. Sesaat ia kembali menggelengkan kepala karena dugaannya itu tidak masuk akal.
Tidak ingin berpikiran aneh-aneh Asilla memasuki kamar ingin melihat Filio, apakah ia sudah bangun atau belum. Jika tidak ada kedua mertuanya mana mungkin Asilla peduli. Dan ia terpaksa bersandiwara kembali.
Ceklek
Seketika wajah Asilla cemberut melihat pemandangan didepan matanya, ternyata Filio masih asik bergulung selimut.
"Apa yang harus aku lakukan? biasanya tanpa aku bangunkan dia sudah bangun duluan, tetapi kenapa hari ini seperti ini," Asilla bersungut-sungut sembari mondar-mandir mencari cara bagaimana ia membangunkan Filio, sedangkan dibawah anak-anak serta kedua mertua sudah menunggu mereka untuk sarapan.
"Tuan bangunlah sekarang sudah pagi," seru Asilla dengan posisi berdiri di tepi ranjang yang ditiduri Filio.
Sama sekali tidak ada respon dari Filio bahkan deru nafas halusnya sangat jelas terdengar. Asilla melangkah mendekati jendela. Ia menyibak gorden sehingga kamar itu terpancar cahaya sinar matahari.
Umm
Filio menggeliatkan tubuh menganti posisi berbaring. Kini ia telungkup sembari memeluk guling kesayangan Asilla.
"Dia tidur atau pingsan sih?" gerutu Asilla sembari menghela nafas. "Tuan bangunlah sekarang sudah siang, anak-anak sudah menunggu dibawah, begitu juga Daddy sama Mommy. Apa Tuan ingin anak-anak terlambat?" seru Asilla dengan suara cukup meninggi.
Tetapi tetap saja tidak ada pergerakan dari Filio, entah disengaja atau ia benar-benar terlelap. Seketika membuat Asilla naik pitam karena waktu sarapan akan dimulai. Tidak mungkin ia turun kebawah tanpa Filio.
"Kebakaran!" Teriak Asilla tepat di telinga Filio sehingga membuat Filio langsung terduduk dengan mata terbuka kecil.
Melihat reaksi Filio membuat Asilla menutup mulutnya karena sudah berani kurang aja*. Tentu saja ia nanti menanggung akibatnya.
Filio membuka matanya lebar-lebar. Pertama wajah Asilla yang menyambut bangun paginya.
"Maafkan saya Tuan," kata Asilla merasa bersalah.
"Begitu caramu membangunkan suamimu? hah?" suara serak bangun tidur Filio membuat Asilla tak berkutik.
"Maafkan saya Tuan, sejak tadi saya berusaha membangunkan Tuan terapi Tuan tidak juga bangun," kata Asilla dengan tidak enak hati.
Filio tidak berkomentar lagi. Ia memegangi kepala. Asilla bisa melihat kedua mata Filio memerah pertanda ia tadi benar-benar tertidur.
"Anak-anak sudah menunggu, begitu juga Daddy sama Mommy," terang Asilla memberanikan diri.
Mendengar Asilla membuat Filio mengangkat kepala lalu menatap Asilla yang juga menatapnya.
"Biasanya kita tidak pernah sama-sama turun. Atas dasar apa kau berani menganggu acara tidurku? aku lelah dengan semua pekerjaan ini," ujar Filio seperti bentakan.
Mendengar itu membuat Asilla merasa bersalah. Asilla juga dapat melihat wajah lelah Filio, tetapi sayangnya mereka seperti orang asing di rumah ini.
"Maaf," lirih Asilla kembali.
"Maaf, maaf dan maaf!" Sinis Filio sembari bangkit ingin keluar kamar untuk kembali ke kamarnya.
Tiba-tiba
Ceklek
"Sayang," panggilan lembut membuat keduanya mematung.
Seketika Lyodra kaget melihat pemandangan didepan matanya. Dimana Filio sedang memeluk Asilla dari belakang, seperti yang selalu dilakukan Farres kepada dirinya.
"Maaf sayang Mommy datang tidak tepat waktu, jika begitu lanjutkan saja. Mommy hanya ingin memanggil kalian untuk sarapan karena anak-anak sudah mulai jengah menunggu di meja makan," jelas Lyodra sembari tersenyum.
"Iya Mom sebentar lagi kami akan menyusul," jawab Filio sembari mengecup pucuk kepala Asilla. Bukannya melepaskan pelukan tetapi malah melakukan diluar dugaan Asilla. Mau tidak mau Asilla ikut tersenyum sembari mengangguk.
"Baiklah, segeralah turun," kata Lyodra dan segera keluar tidak lupa menutup pintu.
Sepanjang jalan Lyodra mengutuk dirinya karena masuk begitu saja tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Bodohnya aku, kayak tidak mengerti saja," gumam Lyodra sembari menggelengkan kepala.
Didalam kamar
"Tuan cukup sandiwaranya," kata Asilla mengingatkan karena ia merasa sesak dipeluk erat begitu oleh Filio.
Bukannya melepaskan Filio masih saja dengan posisi itu sehingga membuat Asilla emosi.
"Tuan, lepaskan saya. Cukup sandiwaranya," teriak Asilla sembari menginjak kaki Filio cukup kuat.
Awww
Pekik Filio sehingga pelukan itu terlepas.
"Kau semakin kurang aja*," bentak Filio dengan mata tajamnya.
"Maaf hanya itu yang bisa saya lakukan. Kenapa Tuan tidak juga melepaskan pelukan itu padahal Mommy sudah keluar," cecar Asilla tidak menyukai itu.
Mendengar itu membuat Filio terdiam, lalu keluar kamar tanpa bicara.
"Sangat aneh," umpat Asilla sembari memandangi punggung Filio yang mulai menghilang.
"Saya turun duluan," seru Asilla sebelum Filio memasuki lift menuju ke kamar pribadinya.
Tanpa harus mendengar jawaban Filio. Asilla langsung bergegas turun kebawah menuju meja makan.
...******...
Kini semuanya sudah berkumpul di meja makan. Tumben untuk pertama kalinya Filio memakan masakan Asilla selama mereka membina rumah tangga. Jika pas kedatangan kedua orang tua atau bahkan Opa, Oma, Filio selalu beralasan akan cepat ke kantor karena ada urusan yang mendadak. Itu hanya untuk menghindari tidak ingin menikmati masakan buatan Asilla. Tetapi kali ini ia tidak menolak bahkan tergiur ingin mencicipi nasi goreng buatan Asilla yang selalu di puji oleh kedua orang tuanya tentang keistimewaan nasi goreng buatan Asilla.
Melihat hal itu tentu saja membuat Asilla sontak kaget tetapi ia berusaha menutupinya.
Sedangkan Isabella tidak menyentuh makanan yang sudah dituangkan Lyodra dalam piringnya. Sejak kedatangan Filio tadi sikap Isabella berubah. Wajahnya sedikit pucat tetapi tidak ada yang menyadari perubahan sikap Isabella, bahkan Asilla sendiri.
"Sayang kenapa Abel tidak makan?" tanya Asilla karena melihat nasi di atas piring Isabella masih utuh tanpa tersentuh.
"A-Abel minum susu saja Ma," jawab Isabella dengan gugup.
"Sayang Abel harus makan," paksa Asilla sedikit heran melihat Isabella tidak biasanya menolak nasi goreng buatannya.
"Abel tidak lapar Mama. Jika begitu Abel tunggu di mobil bersama Bibi Riri," kata Isabella begitu saja.
Melihat perubahan sikap Isabella membuat mereka saling memandang.
"Maafkan atas sikap kurang sopan Abel Dad, Mom," kata Asilla merasa tidak enak hati.
"Tidak masalah sayang, namanya juga anak-anak," balas Lyodra sembari menyunggingkan senyuman.
"Ada apa denganmu Abel?" batin Asilla sembari menyuapkan sendok ke mulutnya.
"Sayang segera habiskan makanan kalian," kata Asilla dengan lembut kepada Moses dan Gabriella.
Selesai sarapan kini mereka berbincang-bincang di ruang keluarga. Sedangkan anak-anak sudah lama berangkat ke sekolah. Sungguh di situasi seperti ini membuat Asilla ingin menghilang, dimana mereka tetap bersandiwara. Ia jujur merasa muak dengan kebohongan ini tetapi bagaimana lagi karena ia adalah jaminan untuk orang tuanya.
Kring.... kring....
Telepon rumah berdering. Asilla bangkit lalu menyambut sambungan telepon di sudut meja dalam ruangan itu.
"Selamat pagi dengan siapa?" tanya Asilla.
"Ini dari pihak sekolah TK. JASLINE GRUP. Ingin menyampaikan kepada Nyonya Asilla Candrawinata,orang tua dari murid kami Isabella. Sepertinya Isabella sakit Nyonya, sejak tadi berdiam diri saja dengan pandangan kosong. Seperti memikirkan sesuatu, dan satu lagi Isabella seperti ketakutan begitu," jelas Ibu guru.
Mendengar penjelasan dari pihak sekolah membuat mereka saling memandang karena tadi Asilla sengaja menyalakan speaker sehingga terdengar jelas oleh Filio, Farres serta Lyodra.
"Sayang sebaiknya kalian bawa pulang Isabella," kata Lyodra.
"Baik Mom, biar Sila saja yang menjemput Abel pulang. Sayang kamu berangkat saja ke kantor," kata Asilla.
"Apa tidak masalah?" ujar Filio.
"Aku bisa diantar sama Sony nanti," imbuh Asilla.
"Baiklah sayang, jika ada sesuatu segera hubungi aku," ujar Filio sembari mengusap pucuk kepala Asilla. Bagaimana mereka saling menghubungi, nomor ponsel masing-masing saja tidak tersimpan di ponsel mereka.
Atas akting mereka dapat diacungi jempol. Farres maupun Lyodra sedikitpun tidak curiga. Sungguh Filio sama Asilla bisa menutupi rahasia rumah tangga mereka bertahun-tahun.
...******...