NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:906
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggagalkan Kebusukan

Malam itu cuaca di luar sangat dingin akibat mendung dan angin yang terasa seperti akan turun hujan.

Di sebuah ruangan paling belakang, terlihat lima orang duduk menghadap ke arah seorang pria berusia tiga puluh tahun berkumis tipis dengan rambut panjang yang digelung ke atas.

"Ketua, kapan ketua akan melakukan rencana itu?" Tanya seorang bawahan sambil tersenyum penuh arti.

"Sebentar lagi pria tua itu akan meninggalkan tempat ini. Kalian berlima pancing Asok keluar. Kalau bisa pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Sisanya biar aku pikir sendiri". Jawab pemuda bernama Kaja yang menjadi tangan kanan Mahendra.

Tiba tiba suara kelenengan berbunyi kencang mengagetkan ke enam orang itu.

"Cepat lihat, apa yang terjadi". Perintah Kaja sambil lari ke sudut mengambil golok besarnya.

Sekira sepuluh menit sejak kepergian seorang pria berambut putih di kawal selusin anggota Mawar Hitam, Sina dan Silya menyerang penjaga pintu depan yang berjumlah empat orang.

Segera terjadi keributan di pelataran depan yang membuat puluhan anggota perkumpulan itu segera merapat ke situ.

Terlihat Silya dan kakaknya sibuk menghadapi keroyokan banyak pria berbaju hitam sambil terus mundur menjauhi cahaya lampu yang di pasang di sekeliling tempat itu.

Sedang seru seru nya pengeroyok mereka, dari arah belakang Saloka menyusup sambil mengendap masuk ke dalam bangunan besar tersebut.

Pemuda itu segera melumpuhkan seorang anggota yang bertopeng ninja hitam di belakang dan menariknya ke sudut.

Tak lama kemudian, keluarlah seorang anggota Mawar Hitam yang tak lain adalah Saloka yang berjalan santai dan cepat memeriksa semua kamar dari belakang.

"Apa yang terjadi?" Kaja bertanya pada Saloka yang kebetulan membuka pintu kamar itu.

"Ada serangan di depan. Cepat keluar". Jawab Saloka sambil mengubah nada bicaranya.

Tiga orang sisa dalam kamar tersebut segera berlarian ke depan termasuk Kaja yang memegang golok besar di tangannya.

Saloka melanjutkan tugasnya membuka setiap kamar hingga dia menemukan Sila di kamar paling depan sebelah kiri.

"Sila, aku teman Silya. Kau berada dalam bahaya. Cepat ikut aku". Seru Saloka dengan penutup wajah terbuka.

Pemuda itu segera berlari keluar. Namun ketika menoleh, Sila masih saja berdiam di kamarnya.

"Hei tolol, kau akan menjadi korban perkosaan seorang bernama Kaja. Cepat lari ikuti aku". Hardik Saloka dengan nada lebih keras.

Dengan perasaan ragu gadis itu akhirnya berjalan di belakang pemuda yang memakai seragam anggota penjahat itu.

Mereka berjalan menyusuri koridor hingga ke ruang belakang.

"Dinda, kau mau kemana?" Tanya Asok yang tiba tiba sudah ada di situ.

"Kau pasti Asok. Kekasihmu akan menjadi korban pelecehan, cepat ikut aku. Nanti ku jelaskan".

"Kau angkatan terendah berani mengatakan yang bukan bukan? Hiaaat" Tampak Asok yang berpakaian putih ringkas menerjang ke arah pria yang di kira bawahan ayah nya.

"Hei, berhenti, aku bukan anggota kelompok mu. Aku teman Sina kakak nya. Berhenti". Setelah berteriak dengan keras, Asok pun berhenti menyerang dan tampak bingung.

"Cepat, nanti ku jelaskan. Kita harus pergi dari sini".

Akhirnya ketiganya segera berlari menuju ke belakang. Meski ada beberapa anak buah yang bersiap siaga, melihat putra ketua mereka bersama seorang rekan dan gadis tawanan, mereka diam saja.

Setelah melalui hutan belakang, akhirnya mereka tiba di dekat sebuah sumur tua yang tak berair lagi. Di sana Saloka membuka penutup wajahnya dan menjelaskan semua yang terjadi kepada Asok dan Sila.

Tak hanya rencana pemerkosaan Sila, Saloka juga menceritakan rencana mereka membunuh ayah Asok dan merebut posisi ketua.

"Kurang ajar. Rasanya tak mungkin aku bisa percaya apa yang ku dengar ini. Benarkah semua perkataan mu?" Geram Asok ke arah Saloka.

"Kau akan menyesal jika tak mempercayai kata kata ku". Hanya itu saja jawaban pemuda yang kini melihat cemas ke arah utara.

"Itu mereka. Tenang,". Seru Saloka ketika melihat dua bayangan dari jauh mendekati mereka.

"Kami di kejar. Lari, ke tempat tadi. Berpencar". Teriak Sina sambil berlari ke arah timur.

Saloka pun ikut berlari mengajak Asok ke arah barat sengaja memperlihatkan diri kepada belasan pengejar yang terlihat dari situ.

Sila dan kedua saudaranya terus berlari hingga tiba di sebuah gundukan tanah kuburan baru. Hampir tengah malam ketika Saloka dan Asok tiba disana berkumpul bersama mereka.

"Aku lapar sekali. Entah berapa lama aku sudah tidak makan". Begitu duduk, kata itulah yang keluar dari mulut Saloka.

"Kanda, kau baik saja?"

"Ya dinda. Aku baik baik saja. Kau sendiri?" Asok bertanya sambil memegang kedua tangan gadis itu.

"Hei, hei, tak perlu bermesraan dulu. keadaan kita belum aman. Kalian sudah percaya kan?" Saloka berkata ketus.

"Iya kanda, aku sudah mendengar cerita dari kak Sina dan Silya tentang rencana".

"Ya dinda. Aku juga sudah mendengar bahkan dari mulut manusia biadab itu sendiri". Seru Asok dengan wajah marah.

Tiba tiba, turun lah hujan di tempat itu dengan sangat deras.

"Kita harus kemana?" Silya yang takut tubuhnya yang mulai lemah semakin rentan hingga penyakitnya kambuh berkata.

"Ikut aku". Asok memimpin mereka terus ke arah timur menyusuri semak belukar yang hampir tak bisa di lalui orang biasa.

Sampai puluhan menit kemudian, mereka tiba di sebuah gubuk kecil tak berdinding.

"Kita disini dulu. Setelah hujan reda, baru kita pikirkan akan kemana". Seru pemuda tampan berhidung mancung dengan belah dagu jantannya.

Setelah mereka berlima duduk di tempat itu secara berdempetan karena tempat nya yang tak besar, Saloka berkata,

"Ceritakan tentang mu. Ku lihat kau orang yang baik. Mengapa kau bisa bersama para penjahat itu?"

Mulai lah Asok bercerita tentang kehidupannya dari masa delapan tahun yang lalu ketika dia dan keluarganya tinggal di kota Assam sebagai orang yang berada.

Suatu malam, rumah mereka kerampokan yang mengakibatkan tewasnya ibu dan kedua adik perempuannya yang dibunuh perampok setelah diperkosa beramai ramai.

Dia dan ayahnya yang baru pulang dari pabrik milik mereka melihat kebakaran hebat rumah mereka. Ketika sampai disitu kedua adik dan ibunya sudah tergeletak jasadnya di depan rumah salah seorang tetangganya.

Dengan air mata berlinang, dia dan ayahnya akhirnya pergi dari kota itu. Setelah mengetahui bahwa para perampok itu adalah anggota gengster yang terkenal disana, ayah nya mulai berubah, Mahendra di penuhi dendam dalam hatinya sehingga membuat perkumpulan tandingan dan membunuh seluruh penjahat yang menghabisi keluarganya.

"Sejak saat itu, ayah tak pernah lagi peduli tentang baik buruknya sesuatu. Aku juga tak sebaik yang kau pikir, dulu aku sempat terjerumus kedalam dunia hitam, namun akhirnya ku sadari, semua itu tak ada gunanya sama sekali". Asok menutup cerita yang membuat Sila meneteskan air mata dan menyandarkan kepala nya ke bahu pemuda itu.

"Kau juga, ceritakan lah tentang mu" Sina yang kikuk melihat kemesraan adiknya dan pemuda india itu berkata kepada Saloka.

"Apa yang harus ku ceritakan? Aku dibesarkan oleh ibu dan kakek Lo. Mereka mengajariku banyak hal termasuk beladiri. Kata ibu, ayah ku orang Nusantara. Ibu juga memiliki saudari di Nusantara yang menikah dengan pendekar sakti".

"Apa? Kau, anak bibi Caluya?" Seru Sina terkejut setengah mati.

"Kau, kau kenal ibuku?" Saloka bertanya bingung.

"Kenal kepalamu. Adik ibumu adalah ibu kami. Ibu tiri lebih tepatnya. Ah, ternyata kita masih keluarga sendiri". Seru Sina sambil menepuk kepalanya.

"Hujan sudah reda, sebaiknya kita kemana?" Tanya Asok.

"Kami mau ke desa Mayong". Jawab Sina.

"Ayolah. Aku tau jalan pintas menuju kesana. Biar ku antar kalian". Asok segera bangkit di ikuti ke empat orang itu.

Mereka pun melakukan perjalanan menyusuri hutan setelah sebelumnya sempat memanggang daging ular yang terpaksa mereka panggang begitu saja untuk mengisi perut yang sudah sangat kelaparan.

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!